Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat
Jahat?
People comfort each other in front of the St-Agnes church during a vigil for the victims of the train crash Lac-Megantic, Que., Friday, July 12, 2013.- Canada.com |
Bacalah lebih dulu bagian 5
Sejauh ini, bila anda membaca artikel
berseri ini, apakah perasaan atau pikiran yang menyeruak dalam diri anda? Saya cukup
yakin, kesan pertama pembaca pada
umumnya bisa seperti ini
“Absurd benar hidup ini jika faktanya TUHAN dapat berperilaku seperti ini,
masak sih…,TUHAN dapat terlihat
menjadi sekejam ini? Kalau seperti ini, lebih baik tidak usah bertuhan apalagi
beriman pada Kristus! Saya tidak
bisa melarang anda untuk bereaksi
sekeras ini. Tetapi jenis pergumulan ini
adalah manusiawi, dan saya pun teringat
juga akan perkataan isteri Ayub yang
sebetulnya mewakili pembaca pada
umumnya, “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah
Allahmu dan matilah!" (Ayub
2:9). SIAPA YANG TAHAN DAN TETAP WARAS DENGAN FAKTA SEPERTI INI? Dimanakah
letak permasalahan manusia? Saya juga tidak bisa tidak akan diingatkan dengan Asaf. Dia pernah menuliskan begini
terkait ABSURDITAS kenyataan hidup ini ,“Sia-sia
sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih,
dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang
hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap
pagi” (Mazmur 73:13-14). Kita, pada bagian ini, akan memberikan perhatian yang cukup khusus pada
Mazmur ini untuk melihat diri kita sendiri!
ABSURDITAS DALAM KEHIDUPAN DAN TUHAN TIDAK DAPAT BERBUAT
APA-APA DALAM HAL INI? Saya pikir, Petrus pun dapat menggambarkan betapa kita
manusia benar-benar tak akan sanggup
melihat TUHAN yang kelihatannya tidak seperti yang Asaf, atau saya dan anda
harapkan. Mari kita lihat sekilas saja, Petrus. Dia tidak bisa menerima fakta menyedihkan bahwa YESUS HARUS
MENDERITA NANTI, bagi Petrus
mengapa Dia (Mesias dan Anak Allah-
Matius 16:15-17) tidak menghindarkannya namun justru MENEGASKAN PENDERITAAN
YANG AKAN DATANG? “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan
kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung
banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke
samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa
Engkau." Maka Yesus
berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia" (Matius 16:21-23).
Hal semacam ini tentu saja sukar dan menusuk perasaan Petrus
bahwa Mesias harus
menderita? Pada kasus Petrus, nanti pada bagian selanjutnya, kita
akan melihat betapa manusia pada dasarnya, tidak akan
pernah mau memberi ruang pada kedaulatan
TUHAN secara total, tak hanya pada peristiwa-peristiwa baik tetapi juga yang
jahat, sebagai instrumen untuk menggenapi apa yang telah Dia tetapkan sebagai
maksud atau tujuan-Nya; bahwa,dalam hal ini, manusia selalu menilai dirinya
lebih tahu dan lebih bijaksana daripada TUHAN!
Apakah anda masih bisa menerima TUHAN yang demikian, TAK
HANYA MEMBIARKAN BAHKAN MENETAPKAN PENDERITAAN YANG AKAN MENIMPA AYUB, sebagaimana Ayub masih
menerima-Nya. Ayub, seperti yang telah kita lihat, bukan manusia super berhati kaca, dia tetap manusia
yang merasakan penderitaan dan kekecewaan, namun hanya berani mengadukan dan
berkeluh kesah tanpa mengutuki TUHAN
seperti pinta isterinya. Saya dapat menduga dan memahami, jika Ayub dalam
pandangan kebanyakan orang, dinilai sebagai seorang yang sangat naïf dalam beriman atau bahkan sudah kehilangan akal sehatnya, ya
gila…sebab BERANGKALI penyakit kulitnya
yang hebat, berpadu dengan malapetaka
yang beruntun, dan tekanan jiwa yang
menderanya, telah membuatnya
kehilangan daya pikirnya yang waras!
Tetapi, kemungkinan yang paling rasional ini akan sangat
cepat untuk dapat saya singkirkan.
Lihatlah dan bacalah bagaimana Ayub tetap dalam penguasaan diri total kala
dia berdialog dan menanggapi para sahabat-sahabatnya.
Lihatlah misalnya, bagaimana Ayub dalam ketidaktahuannya secara pasti akan apa penyebab malapetakanya,
tetap dapat begitu tajam dalam menjawab
sahabatnya, Elifas pada Ayub 6,
misalnya. Jelas Ayub tidak gila dan dia dalam keadaan waras
dalam memandang semua malapetaka
yang menimpa dirinya. Ya, dia-Ayub tidak mengutuki TUHAN! Bagaimana dengan saya
dan anda, kala memandang realita hidup
yang mengecewakan dan menekan jiwa anda? Apakah anda masih dapat melihat TUHAN
yang semacam ini adalah TUHAN yang kasih, yang adil, yang benar? Atau… ?
Sekarang, pada kesempatan ini, saya ingin mengajak anda untuk
melihat Asaf, terutama terkait dengan cara pandang kita terhadap TUHAN dalam
dunia yang sangat absurd ini. TUHAN,
secara umum diyakini sebagai YANG KASIH,
YANG ADIL, YANG MEMBENCI KEJAHATAN, BAIK KEPADA YANG MENGASIHINYA, tetapi di
dunia yang anda dan saya hidupi saat ini, hal-hal sebaliknya yang lebih akrab .
Begitu gampang kita melihat kebencian diumbar baik dalam
bentuk verbal, tulisan dan melalui filem atau media-media elektronik lainnya;
begitu gampang kita melihat ketidakadilan dipamerkan dengan sebuah kebanggan
atau keadilan yang dibengkokan bukan dengan palu tetapi dengan uang dan
kekuasaan? Begitu gampang kita melihat KEJAHATAN merajalela dan bahkan
KEJAHATAN pun dapat berpakaiankan aparat kemananan atau penegak hukum!
DIMANAKAH TUHAN? ADAKAH DIA,NAMUN TERBATAS DAN TAK BERKUASA PENUH? Dan akan ada
segudang tanya dan ragu dalam benak dan
pikir kita, manakala derita, kecewa, ketidakadilan, dan malapetaka memburu kehidupan orang percaya, sementara orang
fasik tidak.
Kalau anda berpikir TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK
BERBUAT JAHAT, sebab TUHAN memang tidak dapat berbuat apa-apa dikarenakan
Freewill manusia, maka sebenarnya “gen”
berpikir anda mirip sekali dengan Asaf, sebagaimana digambarkan dalam Mazmur 73
:
(1) Mazmur Asaf.
Sesungguhnya Allah itu baik
bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. (2)Tetapi aku,
sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
Iman Asaf mengatakan
bahwa Allah itu eksis dan baik bagi
orang yang tulus hatinya, bagi yang bersih hatinya. NAMUN IMAN TERHADAP ALLAH
ini nampaknya menghadapi masalah yang tidak main-main.Dia mengatakan bahwa
dia sedikit lagi kakinya terpeleset,
nyaris tergelincir. Apakah maksud Asaf dengan menyatakan bahwa imannya hampir-hampir jatuh dalam gambaran semacam
itu?
Itu adalah gambaran
seseorang yang kehilangan :
keseimbangan, kekokohan untuk dapat tegak
berdiri. Apakah dia hendak mengatakan
bahwa imannya kepada TUHAN sedang
limbung, tidak lagi tegak lurus dan kokoh , namun sedang dihempaskan sesuatu?
Hal apakah yang mengakibatkan Asaf
menjadi begitu limbung?
(3) Sebab aku cemburu kepada
pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.(4) Sebab kesakitan tidak ada
pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;(5) mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka
tidak kena tulah seperti orang lain.(6) Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan
berpakaian kekerasan. (7) Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka
meluap-luap dengan sangkaan. (8) Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya,
hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.(9) Mereka membuka mulut
melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
JIKA TUHAN BAIK BAGI ORANG YANG TULUS DAN BERSIH HATI; JIKA
DIA BERDAULAT , MEMEGANG KENDALI PENUH/TOTAL ,lantas mengapa dalam dunia
ciptaan TUHAN sendiri, orang-orang jahat terlihat keadaannya jauh lebih baik
daripada orang-orang benar? Apakah fakta semacam ini KONSISTEN dengan apa yang DIIMANI Asaf
pada TUHAN?
Asaf ketika melihat
kenyataan hidupnya, justru menimbulkan tanya yang sangat mendasar : ”BAGAIMANA TUHAN DAPAT DIKATAKAN BAIK BAGI ORANG BENAR, JIKA FAKTANYA JUSTRU
MEYAKINKAN SAYA DAN ANDA BAHWA ORANG-ORANG BERDOSA SUKSES DAN MAKMUR DAN
ORANG-ORANG BENAR/BERIMAN JUSTRU
MENDERITA? Tidakkah fakta semacam ini
sungguh-sungguh membuat Asaf meragukan SIAPAKAH TUHAN? Tidakkah demikian juga dengan saya dan anda?
Tidakkah situasinya menjadi sangat identik dengan Ayub,
sebagaimana isterinya memandang dan menilai TUHAN? Tidakkah kita akan
sangat terdorong untuk MEMAKI ATAU
MENGUTUKI TUHAN, seperti apa yang disarankan oleh isteri Ayub kepada Ayub? Ini
sebuah situasi paling dilematis yang
pasti dihadapi oleh orang-orang percaya! Lebih mudah untuk memahami dan
meninggikan TUHAN kala TUHAN berperilaku sebagaimana yang kita dambakan- TUHAN
YANG SENANTIASA MEMBERKATI, dan tanpa perlu waktu panjang kita akan dengan mudah kehilangan dasar untuk percaya
kalau yang terjadi SEBALIKNYA.
Tetapi saya percaya, sebagaimana Ayub memiliki dasar kebenaran sejati bagi
dirinya yang berasal dari PERNYATAAN TUHAN DIHADAPAN IBLIS, bukan didasarkan pada apa yang dapat dicapainya
untuk dapat benar dihadapan TUHAN, demikian jugalah seharusnya yang menjadi kekuatan bagi setiap orang benar kala
situasi berat semacam ini dialami (bandingkan misalnya dengan Kisah
Para Rasul 23:11; Yohanes 16:1-4,33; 2 Timotius 3:12; 1
Korintus 10:13; Ibrani 12:5, 1 Petrus 4:12). Sehingga orang percaya itu tidak
menjadi limbung imannya.
Mari kita amati sejenak apa yang dilihat Asaf sebagai kenyataan hidup yang tidak
konsisten dengan imannya dan mengakibatkan imannya limbung:
- Asaf melihat orang-orang fasik mujur
- Asaf melihat orang-orang fasik tidak mengalami kesakitan, sehat dan tubuhnya gemuk
- Tidak mengalami kesusahan manusia, tidak kena tulah
- Kalungnya adalah kecongkakan dan pakaiannya adalah kekerasan
- Kesalahan mereka menyolok dan hati mereka penuh dengan sangkaan
- Pengejek dan pengolok, bahkan kekerasan adalah hal yang dipercakapkan terang-benderang
- TUHAN tidak mereka perhitungkan, perbuatan dan hidup mereka sendiri adalah sebuah aksi menantang TUHAN
Dan dalam fakta yang dilihat Asaf, maka terlihat TUHAN diam, tidak berbuat apapun. Terbukti para pelakunya bebas berkeliaran, makmur dan seperti tidak mengalami kesusahan? Demikianlah pandangan Asaf yang sedang dikuasai oleh CEMBURU terhadap orang-orang berdosa!
Sebentar, faktanya
kita , bukan hanya Asaf, pun dapat
limbung imannya dan berpikiran seperti di atas! Bukankah saya dan anda pun PASTI
berpikiran demikian?
Jika ini yang merajai kehidupan beriman saya dan anda, maka
niscaya TUHAN itu tidak lagi MAHA dalam
SEMUA KESEMPURNAAN-KESEMPURNAANNYA; maha kasih, maha adil, maha benar, dan
semua atribut mulia lainnya. Dan menjadi
dapat dipahami jika hal ini pun dapat melahirkan pandangan yang mengatakan
bahwa “TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT!”
Lantas, mengapa CEMBURU? Apa yang dicemburui ASAF. Atau APA
YANG DIINGINKAN ASAF? Apakah
kemujuran? Apakah kesehatan? Apakah hal tidak mengalami kesusahan atau
tulah? Apakah juga Asaf menginginkan
kebebasan orang fasik dalam
melakukan KEKERASAN? Atau, “apakah Asaf juga ingin menantang langit?”
Tidakkah, kalau melihat berbagai ketidakkonsistenan antara FAKTA dan
IMAN, maka cemburu menjadi VALID untuk dialami? Asaf, dengan kata lain, kini MENDAMBAKAN gaya
dan nilai hidup pada orang-orang berdosa, yang didambakan untuk juga dimiliknya!
Betapa ABSURDITAS kehidupan yang MENGHANTAM IMAN dapat meng-KO-kan iman anda yang sehat, sehingga kehilangan
pijakan kokoh, mulai melirik
hal-hal yang dibenci TUHAN sebagai hal-hal yang dirindukan. Tidakkah ini dapat
terjadi pada saya dan anda?
(10) Sebab itu orang-orang berbalik
kepada mereka,
mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. (11) Dan mereka berkata:
"Bagaimana
Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"(12)
Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! (13) Sia-sia sama sekali aku
mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.(14) Namun sepanjang hari aku kena
tulah, dan kena hukum setiap pagi.
Jika iman anda mulai
limbung karena FAKTA yang anda lihat dalam dunia ini, dan mulai melihat FAKTA
itu sebagai KEBENARAN dalam PIKIRANNYA, maka semakin tajam ketidakkonsistenan itu bagi Asaf :
- Kenyataan hidup menunjukan bahwa orang-orang berdosa seperti sumber air yang berlimpah-limpah bagi orang banyak
- Mereka bahkan berani mengatakan Allah tidak tahu dan tidak memiliki pengetahuan
- Orang-orang fasik, hartanya terus bertambah dan kehidupannya senang salamanya
Sementara itu, kehidupan Asaf, justru sebaliknya dan ini menghasilkan frustrasi iman yang sangat mencemaskan, SEBAB ASAF KINI BERADA ATAU TERJEREMBAB DALAM PEMIKIRAN-PEMIKIRAN SALAH yang dijadikannya dasar untuk menilai kehidupannya dan TUHAN!:
- Pada akhirnya, bagi Asaf, jika
demikian faktanya maka sia-sia baginya sebagai orang beriman pada TUHAN untuk
mempertahankan hati yang bersih, menjauhkan tangannya dari kejahatan
- Malahan Asaf mengatakan dia kena tulah SEPANJANG HARI, dan kena hukum SETIAP pagi
Cemburu, TELAH MENJERUMUSKAN ASAF KEDALAM KEINGIAN UNTUK MEMILIKI KENIKMATAN HIDUP PADA ORANG-ORANG BERDOSA DAN PIKIRAN-PIKIRAN KELIRU ATAU SESAT. Asaf, oleh cemburunya telah menjadi gelap pikiran dan hati sehingga matanya lebih tertuju pada “kenikmatan-kenikmatan” orang fasik atau kehidupan orang-orang berdosa, yang memang menggiurkan! Cemburu, juga telah membuat Asaf memandang kehidupan bergelimang dosa sebagai bernilai untuk didambakan, dicemburui. Asaf pada dasarnya, mengalami kelimbungan iman karena dia berpikir dan mendefinisikan dalam kehidupannya bahwa TUHAN tidak BERBUAT APAPUN. Kala melihat kefasikan, Asaf tidak menjadi PRIHATIN, setidak-tidaknya, atas kehidupan manusia-manusia berdosa.
Tidakkah apa yang dilihat Asaf dalam kehidupan nyata, dalam
benak Asaf dan siapapun juga, dapat memperlihatkan seperti TUHAN mendukung
rancangan orang Fasik (bandingkan
dengan Ayub 10:1-3). BERLAWANAN
dengan KEBENARAN yang dikenal :
Yesaya 32:17 “Di
mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran
ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.”
Lagian , bukankah TUHAN
pada sebuah kesempatan, kepada Daud ,
pernah berkata :
1 Tawarikh 22:9-10 “Sesungguhnya,
seorang anak laki-laki akan lahir bagimu; ia akan menjadi seorang yang dikaruniai
keamanan. Aku akan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuhnya di
sekeliling. Ia akan bernama Salomo; sejahtera dan sentosa akan Kuberikan atas
Israel pada zamannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan dialah
yang akan menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi Bapanya; Aku akan mengokohkan
takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya.”
Terlebih lagi, tidakkah
apa yang digambarkan Asaf, akan sangat
tidak konsisten dengan:
Bilangan 6:24-26 “TUHAN
memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan
wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya
kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”
»Kalau
Asaf berkata bahwa sepanjang hari dirinya kena tulah, sementara orang-orang berdosa
tidak, apa yang dapat anda katakan tentang TUHAN yang “memberkati engkau dan melindungi engaku?”
»Kalau
Asaf berkata bahwa orang-orang fasik tidak mengalami kesusahan, tubuh mereka
sehat dan mujur, apa yang dapat anda katakan tentang TUHAN yang “menyinari engaku dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia?”
»Kalau
Asaf berkata bahwa orang-orang fasik begitu beraninya membicarakan
kekerasan, melawan langit (TUHAN) dan membual di bumi, apa yang dapat anda katakan
tentang TUHAN yang “menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”
»Demikian
juga kalau kita melihat Ulangan
28:1-14 dan Ulangan
28: 15-68, maka kesenjangan antara apa yang TUHAN janjikan dengan
REALITA dapat seperti bumi dan langit. Terlihat tidak konsisten dan omong kosong? Tidakkah ini sebenarnya yang
ada dalam benak kita hendak dikatakan?
Asaf, karena melihat
hal yang dia nilai sebagai kebenaran dalam benaknya, telah
membuat dia limbung, NYARIS tergelincir! Dalam Mazmur 73, sejauh ini, kita telah melihat orang benar yang
menderita dan orang fasik berbahagia, bahkan makmur. Sebuah isu yang juga kita
temukan dalam kasus Ayub, “mengapa orang benar harus menderita penderitaan yang
sepatutnya diderita orang fasik.”
Sebuah hal yang dapat
membuat anda dan saya NYARIS tergelincir untuk menyimpulkan bahwa TUHAN tidak
eksis, dia tidak berdaulat, dia tidak berdaya terhadap kejahatan, TUHAN TIDAK
DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT! Atau
anda bukan lagi NYARIS, tetapi memang sudah benar-benar tergelincir dan
terpelanting hebat?
Berangkali pada diri anda,
tidak berujung pada pandangan atau malah menjadi perilaku fatal, dimana anda
tidak lagi peduli dengan apakah perilaku anda itu bersih atau tidak, sekalian
saja seperti orang-orang fasik itu. Tetapi berangkali anda sudah sanggup dengan
yakin mengatakan bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT,
sebab faktanya persis seperti yang digambarkan oleh Asaf sendiri secara jitu : ”(7) Karena kegemukan, kesalahan mereka
menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. (8) Mereka menyindir dan
mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi
hati.(9) Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi?
“
Kalau anda berkata
bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT, yakinkah bahwa anda
tidak cemburu terhadap kenikmatan hidup orang-orang jahat dan berdosa? Untuk anda
mengatakan tidak cemburu akan menjadi teramat sukar,manakala anda mengatakan
TUHAN tidak dapat mencegah dikarenakan FREE WILL ATAU KEHENDAK BEBAS MANUSIA JAHAT . Bukankah dalam hal
ini, seharusnya anda juga berpikir bahwa
TUHAN menghargai kebebasan manusia BAHKAN untuk berbuat jahat, MALAHAN
derajatnya LEBIH MENGGENASKAN LAGI sebab TUHAN sama sekali tidak dapat berbuat
apa-apa?
TUHAN bahkan dapat “ditendang” dari area kehidupan
orang-orang fasik tersebut! Tidakkah
menjadi seperti ini idenya? TUHAN tidak berdaya dan sungguh luar biasa
hebatnya orang-orang jahat itu dapat MENENDANG TUHAN KELUAR DARI AREA HIDUP
MEREKA!
Saya pikir, anda harus
cemburu kepada mereka! Sebab TUHAN pada dasarnya TIDAK BERKUASA ATAS DIRI MEREKA
DIKARENAKAN KEHENDAK BEBASNYA. Dengan
kata lain TUHAN tidak berdaulat ATAS HIDUP MEREKA! WOW……..
Saya juga harus mengatakan bahwa ini adalah pemikiran sesat yang sama mematikannya dengan apa yang dialami oleh Asaf. Jika Asaf NYARIS tergelincir, bagaimana dengan anda?
Asaf, pada akhirnya menemukan FAKTA SESUNGGUHNYA bahwa
hal-hal yang membuatnya limbung bukanlah INDIKASI bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA
UNTUK BERBUAT JAHAT, seolah-olah dalam dunia orang jahat TUHAN tiba-tiba
kehilangan kedaulatannya, TUHAN hanya TUHAN kala dia ada dalam dunia orang
benar secara TOTAL.
Hidup orang
benar dalam dunia yang dipenuhi dengan kefasikan/kejahatan memang dapat membuat
jiwa ini merana, dapat membuat kita berpikir
apakah TUHAN masih ada atau sudah
tidak ada.
Mari kita lihat sejenak:
2 Petrus 2:6-8 “dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa” (baca Kejadian 19)
Tidakkah ini, menjelaskan apa yang dikemukakan oleh Asaf
secara jujur? Tidakkah 2 Petrus 2:7-8
juga seolah-olah menunjukan bahwa orang fasik
merajalela dan bebas melakukan kejahatan, dan dampak pada orang benar adalah
tersiksa, jiwanya tersiksa sebab TERUS-MENERUS menderita oleh cara hidup
orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang mengikuti hawa nafsu mereka saja!
Asaf yang pada dasarnya berupaya juga untuk memahaminya,
tidak kuasa untuk dapat memahami hal ini. Kemanusiaannya yang
fana lagi terbelenggu cemburu
hanya akan direcoki oleh hati yang panas dan protes terselubung terhadap TUHAN,
melihat bahwa orang Fasik hidup enak dan
nyaman dan orang benar yang hidup susah dan sepanjang hari kena tulah.
Apakah PIKIRAN
ASAF itu BENAR ataukah SESAT? Apakah
pandangan anda bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT
adalah BENAR atau SESAT?
Mari kita dengar
perkataan Asaf yang NYARIS tergelincir ini :
(16) Tetapi ketika aku
bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di
mataku,
(17) sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan
kesudahan mereka. (18) Sesungguhnya di tempat-tempat licin
Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. (19) Betapa binasa
mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!(20) Seperti mimpi pada
waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka
Kaupandang hina.
Asaf, pada akhirnya, dapat mengetahui kebenaran dan terlepas
dari pikiran yang menyesatkan! Kala matanya gagal, pengertiannya gagal,
pikirannya gagal untuk menjangkau
kenyataan yang tidak konsisten dengan imannya itu, maka TUHAN sendiri
yang memberikan FAKTA SESUNGGUHNYA ATAS
ORANG-ORANG FASIK. Ya, sampai Asaf masuk ke dalam tempat kudus TUHAN, dan di situ Asaf dapat
memperhatikan/mengamati/melihat KESUDAHAN ORANG-ORANG FASIK.
Di tempat
TUHAN, apa yang Asaf lihat?
1.TUHAN menempatkan
orang-orang fasik di tempat-tempat yang licin
2.TUHAN menjatuhkan mereka hingga hancur
3.Orang-orang fasik itu
binasa dalam sekejap mata, lenyap, habis!
4.TUHAN memandang
mereka HINA!
Pada kasus Ayub, dia dan para sahabatnya tidak melihat REALITA sesungguhnya dari TEMPAT TUHAN. Tetapi kita telah membaca bahwa pada kasus Ayub, kita tahu bahwa kala kejahatan dan penderitaan mengepung dan merampas kehidupan Ayub yang berbahagia, tidak sama sekali menunjukan TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT!
Asaf menjadi menyadari dan menemukan fakta sebenarnya HANYA
DI TEMPAT TUHAN dan HANYA KALA TUHAN MEMAMPUKANNYA UNTUK MELIHAT bahwa semua
hal yang dia, saya dan anda cemburui itu adalah sebuah kesemuan yang amat
menyesatkan. Coba bandingkan dan renungkan dengan apa yang telah dilihat dan
disaksikan sendiri oleh Asaf.
Membandingkan dengan
kisah Lot yang hidupnya dikelilingi oleh kejahatan yang subur, pun kita
akan menemukan bahwa hal itu sama sekali tidak menunjukan TUHAN tidak
berdaulat penuh dalam dunia orang-orang
jahat atau seolah TUHAN membiarkan kejahatan
manusia dengan alasan bahwa manusia memiliki Freewill? Bahkan, penjelasan
pada 2 Petrus akan memiliki kesamaan dengan apa yang telah dilihat Asaf , mari
kita lihat penjelasan dalam:
2 Petrus 2:9- 13
“(9)maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang
saleh dari pencobaan dan tahu
menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman,(10) terutama
mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang
menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak
segan-segan menghujat kemuliaan,(11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang
sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai
kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di
hadapan Allah.(12) Tetapi mereka itu
sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan.
Mereka menghujat apa yang tidak mereka
ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar,(13)
dan akan mengalami nasib yang buruk
sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya
pada siang hari, mereka anggap
kenikmatan. Mereka adalah kotoran
dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan
minum bersama-sama dengan kamu.
»Jika Asaf sempat memandang bahwa orang-orang fasik memiliki kehidupan yang nikmat dan nampak bebas untuk melakukan kejahatan apapun juga, tidakkah ini terlihat juga dalam ayat 13 pada 2 Petrus 2?
»Jika
Asaf di TEMPAT TUHAN melihat bahwa TUHAN memandang rupa orang-orang fasik,
HINA, tidakkah ini terlihat juga dalam ayat 12, bahwa TUHAN menyamakan mereka
dengan binatang yang tidak berakal,
bahkan hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan! Sedemikianlah HINANYA
orang-orang fasik itu.
»Jika
Asaf melihat orang-orang fasik itu binasa, lenyap seketika oleh karena
kedahsyatan, tidakkah ini terlihat juga dalam ayat 12, binasa seperti BINATANG
LIAR!
»Baik
Asaf dan 2 Petrus 2, keduanya sama-sama memperlihatkan bahwa orang-orang fasik
memiliki upah atas kejahatan mereka, juga TUHAN memegang kendali bahkan ujung
kehidupan mereka ada dalam genggaman tangan TUHAN!
2 Petrus 2 malah
menegaskan bahwa PEMUSNAHAN Sodom dan
Gomora adalah SUATU PERINGATAN UNTUK MEREKA YANG HIDUP FASIK DI MASA-MASA
KEMUDIAN! Ya, sebuah peringatan bagi orang-orang fasik untuk masa-masa setelah Sodom dan Gomora, masa dimana saya
dan anda hidup saat ini, dan setelah
generasi saya dan anda, sampai Yesus Kristus datang kembali ke dunia ini
sebagai HAKIM ( 2 Timotius 4:1, Matius 24:31-33, Ibrani 12:26-27, Matius
24:27-30, Kisah Para Rasul 1:11,Wahyu 20:15, Daniel 12:1, Wahyu 20:4)!
Setelah Asaf MELIHAT FAKTA DARI TEMPAT TUHAN, maka inilah
pengakuan Asaf atas dirinya, yang sebelumnya dipenuhi dengan keraguan dan
kebimbangan iman yang mematikan : DUNGU! Seperti inlah Asaf bertutur :
(22) aku dungu dan
tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
Berupaya menilai dengan matanya sendiri terkait realita dunia
yang sangat senjang dengan pemahaman iman kita mengenai TUHAN, ternyata adalah
SEBUAH KEDUNGUAN kala kita berada di dekat TUHAN. Sebuah indikasi bahwa manusia
tidak akan sanggup sedikitpun memahami realita ini. Memaksakan pemahaman
manusiawi kita adalah KEDUNGUAN! Ya, ketika anda hendak mengatakan TUHAN TIDAK
DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT, karena manusia memiliki Freewill itu adalah sebuah
KEDUNGUAN yang anda lakukan.
Tidak ada satupun dari apa yang telah saya sajikan dalam kasus Firaun Vs Israel, kasus Ayub , dan kini kasus
Asaf ada sedikit saja menjelaskan faktor FREEWILL sebagai elemen kunci mengapa
TUHAN TIDAK MENCEGAH. Ini dalam cara yang berbeda adalah sebuah PEMIKIRAN SESAT
sebab tidak memiliki sedikitpun dasar kesaksian Alkitab. Dan Asaf mengingatkan
kita bahwa anda dan saya itu seperti HEWAN didekat DIA! Kita tidak pernah dapat
memahami-Nya selain apa yang DIA nyatakan.
Lalu, apa konklusi final Asaf, setelah dia diperlihatkan oleh
TUHAN di tempat TUHAN mengenai kesudahan orang fasik yang sepenuhnya dalam
genggaman tangan TUHAN?
Asaf, kini, walau dalam
realita dikelilingi dengan kenyataan-kenyataan yang sama sebagaimana yang telah
dia kemukakan, kini dapat berkata dalam
iman yang bulat :
(23) Tetapi aku tetap
di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. (24) Dengan nasihat-Mu Engkau
menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. (25) Siapa
gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang
kuingini di bumi.(26) Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku
dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.(27) Sebab sesungguhnya, siapa yang
jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan
meninggalkan Engkau. (28) Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh
tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala
pekerjaan-Nya.
Apa yang
dapat kita tangkap dari konklusi Asaf ini?
1.Kebimbangan terhadap
TUHAN berdaulat penuh atas dunia orang
fasik LENYAP
2.Asaf kini bersandar
pada nasihat dan tuntunan TUHAN, tidak lagi mengandalkan pemahamannya
3.Cemburunya atas
kehidupan orang fasik pupus lenyap berganti dengan HANYA MENGINGINKAN TUHAN, lihatlah betapa
mesranya Asaf melukiskannya pada ayat 25
4.Seberat apapun
realita hidup sebagaimana dia lukiskan
sebelumnya, pun kini tidak bernilai apapun, asalkan TUHAN bagiannya untuk
selama-lamanya
5. Asaf tidak lagi
dikuasai oleh daya tarik dunia yang nikmat dan memuaskan daging, sebab kini
TUHAN adalah kesukaannya, TUHAN dan bukan dunia ini tempat dia menaruhkan perlindungannya,
sehingga dia dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya. Dia kini DAPAT MELIHAT
TUHAN BEKERJA dalam dunia yang dipenuhi dengan orang fasik dan berbagai
peristiwa mengecewakan.
Ini adalah akhir dari bagian 6, sejauh ini kita tidak menemukan
sedikit saja FREEWILL sebagai elemen vital sehingga TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH
MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT, sebaliknya TUHAN berdaulat dalam dunia orang
jahat/fasik. Anda dan semua orang boleh berkata
yang sebaliknya, tetapi sebagaimana Asaf telah mengatakannya dan 2
Petrus 2 menegaskannya, tak ada indikasi apapun mengenai hal ini. Kisah Firaun
Vs Israel, Ayub, dan Asaf, sejauh ini telah menunjukannya.
Itu wajar, sebab kala anda berpikir dan berkata bahwa TUHAN seolah
kehilangan TOTALITAS KEDAULATANNYA dalam dunia orang fasik/jahat, maka seperti
Asaf bilang, anda sebenarnya sedang melakukan sebuah KEDUNGUAN dihadapan TUHAN.
Dan masih kata Asaf, anda dan siapapun
juga seperti binatang kala dekat TUHAN untuk memahami perihal ini. Anda tidak
dapat mendefinisikan TUHAN sedemikian rupa, sampai-sampai TUHAN mengalami
pengurangan atau reduksi KEMAHAAN-NYA.
Bersambung
ke Bagian 7
No comments:
Post a Comment