Kedua, sikap Tuhan Yesus yang menerima dan menjunjung tinggi Alkitab.
Sesungguhnya, Tuhan Yesus adalah teladan hidup kita, termasuk dalam sikapNya terhadap Kitab Suci. Selama hidup Tuhan Yesus di dunia ini, kita melihat ketaatanNya yang sempurna kepada Alkitab (
Perjanjian Lama).
Sebagai contoh sangat nyata adalah
ketika Dia mengalami pencobaan di padang gurun. Kita melihat dengan jelas bahwa semua godaan si Iblis dipatahkan dengan ketaatanNya kepada Firman. Menghadapi godaan tersebut, Dia mengutip Perjanjian Lama dengan memulai dengan mengatakan: "Ada tertulis…" (Mat.4:4,7,10).
Ada orang yang menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa Tuhan Yesus melawan Iblis dengan mengutip Firman, dalam arti Firman tersebut ditujukan buat si Iblis. Jika demikian, sepertinya, Iblis takut terhadap Firman.
Kami tidak setuju dengan penafsiran seperti ini.
Kami lebih setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa Iblis tidak memerlukan Firman Tuhan. Karena itu, Dia mengutip itu bukan buat si Iblis, tetapi buat diriNya sendiri, untuk ditaatiNya. Sungguh, di sini kita melihat teladan yang sempurna sedang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus kepada seluruh umatNya, termasuk kepada kita semua.
Di tengah-tengah pergumulan yang sangat berat, di mana Dia dicobai berkali-kali, Tuhan Yesus berkali-kali pula mengingatkan diriNya akan Firman Allah: "Ada tertulis…" Menarik untuk diperhatikan bahwa pada peristiwa tersebut di atas, Tuhan Yesus mengutip dari
Kitab Ulangan.
Menurut kelompok tertentu,
Kitab Ulangan bukanlah Firman Allah, tetapi hanyalah kata-kata Musa. Memang ada benarnya pendapat tersebut, karena memang hal itu dikatakan oleh Musa (lihat Ulangan 8:1).
Namun penting untuk kita perhatikan bahwa istilah "Musa berkata" dan "Allah berfirman" sering saling ditukarkan. Jadi hal itu dilihat identik. Karena Musa berkata atas pimpinan dan kontrol Allah. Sebagai contoh, mari kita lihat keduaayat berikut: