F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)

Oleh: Martin Simamora


Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

serial menyambut Natal: Yesus dapat Berdosa Karena Memang Ke-Natal-an Yesus Bertujuan Menjadi Sama dengan Manusia Berdosa yang Membutuhkan Pertobatan


Bacalah lebih dulu: “Pengantar

Pandangan “Yesus dapat berdosa namun memilih tidak melakukannya” telah dibangun  pondasinya oleh Pdt. Dr.Erastus Sabdono sejak halaman-halaman awal pada Diktat Kuliah Sistematika Theologia “KRISTOLOGI.” Saya mengajak anda untuk melihat  Bab I ‘Pentingnya Mengenal Kristologi” pada halaman 13, sebagaimana saya sajikan dibawah ini beserta penekanan yang saya berikan untuk menunjuk pokok pikiran utama yang sedang dikemukakan olehnya untuk mendukung gagasan “Yesus dapat berdosa namun memilih tidak melakukannya”:


Pendeta Erastus Sabdono, pada bagian ini, membangun gagasannya berdasarkan Filipi 2:6 yang berbunyi (anda bisa menemukan sub judul Filipi 2:6 pada halaman 12):“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap  kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,” yang kemudian ditinjaunya berdasarkan analisis kata atau leksikon pada kata demi kata teks 2:6 dalam bahasa Yunaninya. Berdasarkan analisa kata demi kata pada teks tersebut, ia kemudian, sebagaimana pada halaman 13  pada paragraf yang saya sorot, menuliskan: “dari analisis teks ini tersimpulkan bahwa  Yesus tidak menganggap keberadaan-Nya yang mulia sebagai sesuatu yang berharga sehingga Ia mempertahankan-Nya (a thing to be grasped), tetapi dengan rela melepaskannya.”Inilah yang menjadi jembatan baginya untuk membangun sebuah Yesus yang berdosa sebagaimana seutuhnya semua manusia adalah berdosa. Beginilah pendeta Dr. Erastus Sabdono menuliskannya pada paragraf selanjutnya   yang juga saya beri sorotan khusus. Di situ ia menyatakan:

Teks ayat 6 hendak menjelaskan bahwa Yesus Kristus telah melepaskan hak-Nya sebagai Anak Allah. Sikap seperti ini telah ditunjukan sejak Ia memberi diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3:1-1). Dengan kesediaan-Nya dibaptis Ia menyamakan diri-Nya dengan manusia berdosa yang memerlukan pertobatan. Hal ini dilakukan oleh Tuhan Yesus agar Ia dapat menggenapkan seluruh kehendak Allah.”

Berdasarkan simpulan tersebut, pendeta Erastus Sabdono, sebenarnya sedang menyatakan bahwa kelahiran Yesus Kristus adalah kedatangan Anak Allah yang telah melepaskan ke-Anak Allah-annya dengan sebuah tujuan: agar  Yesus Kristus menjadi sama dengan manusia berdosa yang memerlukan pertobatan. Atau perhatikan grafis berikut ini:

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)



 Meninjau  Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

(serial menyambut Natal: Pengantar)


Sederhananya ketika kita membaca  Yohanes 1:14 “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,” ini dinyatakan sebagai inkarnasi. Harus diketahui bahwa kata inkarnasi tidak terdapat di dalam Alkitab. Kata inkarnasi berasal dari  kata latin in dan caro (daging), bermakna clothed in flesh atau berbalutkan tubuh daging, tindakan mengenakan tubuh daging. Satu-satunya penggunaannya dalam theologia hanya untuk merujukan pada kebelaskasihan ilahi Allah, tindakan penuh kerelaan Anak Allah dalam Ia mengenakan sebuah tubuh manusia. Dalam  doktrin Kristen, inkarnasi secara ringkas dinyatakan bahwa  Yesus Kristus, Anak Allah kekal, telah menjadi seorang manusia. Ini adalah salah satu peristiwa agung yang terjadi dalam sejarah semesta. Peristiwa tanpa tanding. (Prof. Lehman Strauss, LittD, Why God Became Man, Bible.org).

Yohanes 1:14 sendiri dalam bagian Perjanjian Baru telah diperingatkan dan dinyatakan sebagai sebuah peristiwa yang tak dapat begitu saja dipahami dan dijelaskan dari sudut pandang dan common sense atau akal sehat manusia. Jika kita merujuk pada rasul Paulus maka kita akan mendapatkan sebuah catatan yang begitu menunjukan bahwa apa yang disebut sebagai inkarnasi tidak memiliki patron yang bagaimanapun bagi manusia untuk memahaminya:

Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."- 1 Timotius 3:16

Ketika rasul Paulus menyatakan agunglah rahasia ibadah kita, maksud rahasia di sini bukan bermaksud sebuah kemisterian  yang esoteris atau terbatas pada kalangan tertentu/tertutup yang berbasiskan pada apapun juga yang mungkin untuk dilakukan manusia untuk membangun pengertian, pemahaman dan ajaran berdasarkan koginisi dan spiritualisme manusia yang berjuang memahami Yesus, tetapi terkait  dengan “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia.” Dan sebetulnya kosa kata inkarnasi itu sendiri bukan basis atau dasar untuk memahami Yohanes 1:14 itu sendiri sebab Ia sesungguhnya dalam menjadi manusia lebih besar dari sekedar menjadi manusia sebagaimana rasul Paulus menyatakannya: “diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat.”

Kalau  ditanyakan soal inkarnasi dan kemanusiaan manusia Yesus dalam relasinya terhadap Ia sebelum mengambil rupa manusia- apakah ia tetap dalam keagungan yang sama secara divinitas, maka jawab rasul Paulus tidak ada perubahan kedivinitasan malah dinyatakan bahwa Ia begitu penting untuk menampakan dirinya dalam rupa manusia kepada malaikat-malaikat, walau Ia menjadi manusia bukan untuk menebus malaikat-malaikat. Ini sendiri memang dapat kita saksikan dalam injil-injil bahwa ia memiliki relasi yang begitu istimewa terhadap malaikat-malaikat:
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9