Oleh: Martin Simamora
Saya tidak sedang membicarakan pembangunan kekuatan jiwa atau mental,
atau mengimplantasikan ke dalam relung jiwa dan alam bawah sadar sejumlah
formulasi kata, visual, pembangkitan imajinasi, masuk ke dalam fase-fase tidur dengan musik dan visualisasi
terprogram, bukan itu sama sekali walau
hal semacam itu ada dipraktikan. Tetapi inilah dasar bagiku untuk menuliskan judul di atas
tersebut adalah serentet ayat berikut ini sebagai sebuah kehidupan yang
melahirkan pengalaman-pengalaman iman yang membawa diri pada kebenaran bahwa eksistensi diri ini pada nilai intrisiknya sepenuhnya berada
didalam Kristus, bukan diri ini sendiri. Inilah ayat-ayat tersebut, dan
perhatikanlah seksama:
“Sebab Engkaulah yang membentuk
buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur
kepada-Mu oleh karena kejadianku
dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat,
dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu,
ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di
bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu
melihat selagi
aku bakal anak, dan dalam
kitab-Mu semuanya
tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum
ada satupun dari padanya.- Mazmur 139:13-16
Jika ada kata “perkasa” pada judul artikel ini, bukan
berarti seorang anak Tuhan tak dapat
letih, lelah, marah, kala sedang menghadapi tantangan berkepanjangan yang menguras
kebahagiaan ganti kesiagaan dan ketajamaan berdurasi panjang yang kadang menjadikan
jiwa letih menjadi frustrasi. Tetapi, yang pasti, dalam semuanya itu, telah
dijaga dan dinsungi-Nya jiwamu sedemikian rupa sehingga segala reaksimu,
keputusanmu bahkan yang terburuk, tidak akan pernah menjadi pembentuk masa
depanmu, sekalipun memang menimbulkan berbagai konsekuensi yang membuatmu ada
sebagaimana anda ada pada hari ini, pada keseluruhannya. itu semua bukanlah Tuhan atasmu
yang membuatmu ada sebagaimana anda ada pada hari ini. Atau
bukan?