Oleh: Martin Simamora
Suara Tuhan Atau Justru Suara Dunia Dengan Segala
Keinginannya?
Kredit: www.rightnow.io |
Apa yang harus dimengerti adalah bahwa Vox Populi bisa
terisolasi dari Vox Dei. Ketika Vox Populi adalah opini umum yang berkuasa dan
lagi menindas penuh kekerasan terhadap kebebasan kemanusiaan lainnya, maka suara rakyat atau Vox Populi itu adalah suara rakyat yang belaka
refleksi keinginan manusia yang akan berlawanan dengan Vox
Dei. Ini tak harus membingungkan karena VPVD bukanlah amsal suci pada manusia sebab tak pernah manusia suci pada sebagaimana Tuhan dengan sendirinya, apalagi jika Vox Populi itu dilatari dengan
konspirasi-konspirasi yang melahirkan
adu kekuatan rakyat terhadap sebuah
konsensus politik nasional. Dengan kata lain, menjadi penting untuk diketahui
bagaimana sebuah Vox Populi terlahirkan,
sesuci apakah. Mengapa begitu?
Karena menautkan Vox Populi dengan Vox Dei pada dasarnya sebuah upaya yang
harus disikapi secara cermat dan hati-hati karena relativitas moralitas manusia yang dinaungi oleh segala keinginannya,
bisa jadi telah akan me-Tuhan-kan
manusia-manusia fana sehingga membuat
kebenaran-kebenaran manusia menjadi sabda manusia yang menentukan apakah konten atau isi Vox
Dei tersebut.
Ketika Vox Populi - Vox Dei dibawa secara penuh dalam
berbagai proses politik yang bagaimanapun, maka opini mayoritas dapat menjelma
menjadi Tuhan kebenaran kala
diperlakukan sebagai standar-standar yang harus diikuti oleh rakyat lainnya
dengan kekuatan paksa, dan bahkan terhadap negara beserta konstitusinya. Kita
harus memahami, ketika kita percaya Vox Populi Vox Dei dalam kenaifan politik
maka konsekuensinya ada 2: pertama, harus siap menerima perubahan negara berdasarkan suara yang tak mayoritas tetapi
memiliki kekuatan opini yang memerintah dan berkekuatan paksa terhadap semua;
kedua, kita harus siap bahwa ini dapat
menjadi situasi rakyat versus negara kala negara dalam perilakunya tidak lagi
mewakili harapan-harapan rakyat yang memilihnya sebagai pemerintahan atas
seluruh rakyat. Tetapi saya tidak ingin berbicara ini lebih lanjut, tetapi
ini: Tuhan menetapkan sebuah
pemerintahan dan negara bukan
berdasarkan pilihan atau suara rakyat sehingga perkenanan Tuhan atas sebuah
negara dan pemerintahannya berdasarkan suara rakyat. Jika dia bersabda maka itu
adalah kebenarannya yang mengatasi dan menghakimi semua kebenaran termasuk apa
yang dipandang sebagai “Vox Populi Vox Dei” oleh para manusia.
Seperti saya kemukakan sebelumnya, pada praktiknya Vox Populi
dapat tak bersangkut paut dengan Vox Dei, sambil mengingat bahwa sebetulnya Vox
Dei tak pernah bersetara dengan Vox Populi. Relasi antara Vox Populi terhadap
Vox Dei, dengan demikian, haruslah memperhatikan kebenaran bahwa Tuhan independen terhadap manusia
dengan Vox Deinya , Ia tidak bertindak
berdasarkan persetujuan manusia: