F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (3/40)

Martin Simamora

Mengenal Tujuan Pengutusan Yesus Oleh Bapa, Benarkah Corpus Delicti?

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Senin,11 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)


Bacalah lebih dulu: “Bagian 2”   

Sementara,secara pokok, telah dijelaskan, apakah corpus delicti itu dalam hukum dunia ini, sebuah terminologi yang digunakan oleh pdt. Dr.Erastus Sabdono untuk menjelaskan bagaimanakah keselamatan Allah itu berlangsung dan terwujud berdasarkan kehendak-Nya, khususnya pada momen pengadilan-Nya terhadap Lucifer  yang hingga kini Ia belum memiliki corpus delicti atau barang bukti yang menunjukan kejahatan iblis-[sekali lagi, dalam hal ini, untuk sementara saya tidak mempermasalahkan terlebih dahulu konsepsi siapakah Lucifer sesungguhnya, benarkah menunjuk iblis ataukah yang lain? Namun anda dapat membaca penjelasan ringkas Prof. Dr. Dan Wallace pada bagian bawah setelah artikel ini]-, maka hal sangat terpenting dari semuanya adalah: apakah benar pengutusan Anak oleh Bapa,memang benar memiliki tujuan corpus delicti di dalam pengutusan itu? Bahwa Bapa memerlukan bukti yang kokoh atas kejahatan Lucifer yang untuk menghadirkannya Bapa harus mendatangkan dari sorga Anak-Nya Yang Tunggal yang datang ke dunia dalam rupa manusia.  Sehingga Yesus juga  menjadi  corpus delicti atau bukti bukan sama sekali bukti yang secara tempat dan waktu kejadian perkara tidak ada [sebab Manusia Yesus belum ada di dunia kala kejahatan iblis berlangsung],  tidak berada dalam peristiwa-peristiwa kejahatan Lucifer.  Dan memang konsepsi corpus delicti pada Yesus yang diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono, sama sekali bukan bukti untuk menunjukan kejahatan iblis tetapi menunjukan Ia mentaati dan menghormati Bapa- yaitu corpus delicti :ia mati di salib dalam sebuah ketaatan. Kekacauan konsepsinya terletak pada corpus delicti Yesus sama sekali tak menunjukan substansi kejahatan siapapun baik Yesus dan iblis sendiri, jadi sama sekali tak berguna bagi Allah dalam pengadilan-Nya dan juga berarti Allah tetap tak pernah memiliki corpus delicti untuk membungkam iblis. Kekacauan ini pun terjadi pada manusia-manusia atau tepatnya anak- anak Allah yang mau menjadi corpus delicti berdasarkan keteladanan Yesus, sebab sebagaimana pada Yesus maka bukan substansi kejahatan iblis yang ditunjukan tetapi menunjukan bahwa mereka berhasil meneladani Yesus.


Untuk menunjukan apakah benar ataukah salah tujuan pengutusan Yesus oleh Bapa untuk menjadi corpus delicti, terlepas dari keselahan konsepsinya, saya tetap akan menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pemikiran pendeta Erastus yang semacam itu.

0 Mengenali Penyesatan Di Sekitar Kita

Mengapa Mentaati Yesus Bukan Opsional(2)



Alih bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu:"bagian 1"

Juga sejak permulaan kita harus menjadi jelas bahwa Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa para pengikut-Nya dapat menjadi sempurna secara nir-dosa dalam kehidupan ini. Jika persyaratan dapat masuk kedalam sorga adalah mematuhi tanpa setitik noda sekecil apapun semua hal yang telah diajarkan Yesus, tak seorang pun akan berada di dalam sorga. Bahkan tidak juga orang Kristen yang paling saleh mengasihi Allah di semua waktunya dengan setiap serat  yang ada pada tubuhnya. Tak seorangpun mengasihi sesamanya dalam cara tanpa cela yang sekecil dan selemah apapun sebagaimana mengasihi dirinya sendiri. Rasul Yohanes mengatakan kepada kita,”Jika kita berkata bahwa kita tidak memiliki dosa, kita sedang menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada didalam kita (1Yoh1:8).” Jadi Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa kita harus mencapai kesempurnaan yang tanpa bercak dosa sesamar apapun sama sekali agar dapat masuk kedalam Kerajaan Sorga. Tetapi yang menjadi fokus pengajaran-Nya  adalah apa yang Yakobus, kemudian, ditekankannya dalam suratnya, bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17,26). Iman yang sejati bukan semata kesetujuan secara intelektual. Iman yang asli tunduk pada ketuhanan Yesus, memberikan dampak dalam sebuah hidup kudus yang aktif mengimplementasi dalam segenap perjalanan hidupnya.


Yesus di sini menunjukan tiga alasan mengapa  kepatuhan kepada diri-Nya bukan opsional, karena  itu adalah sebuah tes atau uji yang sesungguhnya bagi  pengaku beriman pada Kristus (Luk 6:46); kedua, karena itu adalah dasar yang akan bertahan atau kokoh dalam ujian-ujian waktu dan kekekalan (Luk 6:47-48); dan ketiga, karena mereka yang tidak mentaati Kristus akan menghadapi kehancuran seketika dan final (Luk 6:49).
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9