Oleh: Martin Simamora
Tindakan Allah Untuk Mengatasi Kemustahilan Manusia Untuk Menggapai
Keselamatannya Sendiri
Dianjurkan
untuk membaca: “Apakah Anda Sudah Paham Arti Hidup DalamKristus? Dan Hidup Di Dalam Adam?”
Kemustahilan akan
apa? Bahwa manusia tidak mungkin mendatangi Allah atau tidak mungkin bersatu
kembali dengan Allah dalam sebuah relasi yang begitu penuh kasih dan penuh
pengenalan akan Dia. Mengapa? Karena telah terjadi keterpisahan yang dilakukan
Allah berdasarkan perbuatan dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, tepat
setelah penghakiman dan penghukuman yang kemudian menguasai segenap manusia di
sepanjang generasi dan peradaban manusia [Kejadian 3:11-22]. Penghakiman dan
penghukuman ini, pada akhirnya ditetapkan dalam sebuah tindakan pengusiran
manusia dari hadapan Allah, oleh-Nya:
Kejadian
3:23-24 Lalu TUHAN
Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari
mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden
ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan
menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Pengusiran ini bukan
sekedar pengusiran satu dan dua manusia saja, tetapi telah menghukum segenap generasi manusia, dan
satu-satunya peristiwa yang dapat memulihkan situasi ini hanyalah berdasarkan janji Allah untuk mengatasi kuasa
maut yang memerintah dalam peristiwa dosa itu, yaitu:
Kejadian
3:15 Aku akan mengadakan permusuhan
antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya
akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Manusia diusir dalam
vonis-vonis kekal yang mengikatnya [Kejadian 3:11-22], dan dalam hal itu, Allah
hanya mengindikasikan satu hal saja terkait penyelamatan dari situasi maut ini,
yaitu kala janji: “keturunannya akan meremukan kepalamu,” digenapi.
Inilah satu-satunya
yang menjadi karakteristik bagi sebuah peristiwa untuk disebut peristiwa
berdasarkan kasih karunia Allah, yang sangat erat dengan: (1)kemustahilan
manusia untuk meluputkan dirinya dari
murka Allah terhadap keberdosaannya, yang menantikan waktu-waktu penggenapan penghukuman itu, apakah saat masih di bumi ataukah nanti pada hari penghakiman dan (2)bagaimana manusia itu dapat memiliki kehidupan kekal,
yaitu kehidupan bersama Allah, hanya berdasarkan kasih karunia-Nya.