Oleh: Martin Simamora
Anda
sangat dianjurkan untuk membaca bagian 1A
Sekarang, mari kita memperhatikan paragraf 6,
paragraf 7 dan paragraf 8:
Paragraf 6:
Hak istimewa ini tidak terdapat dalam ajaran dan agama manapun. Oleh sebab
hak tersebut hanya ada melalui karya salib Kristus, maka tidak akan ada keselamatan di luar Kristus dan di luar Kristen.
Tegasnya, tidak ada pemulihan karakter atau gambar diri seperti yang Allah
kehendaki sesuai rancangan-Nya semula di luar Kristus dan di luar agama
Kristen. Lagi pula di dalam agama
manapun tidak ada sosok Yesus yang menjadi prototype yang harus
diteladani. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar
sosok Yesus sebagai “role model” nya. Justru sosok inilah yang menjadi “pokok
keselamatan” bagi mereka yang mau taat
kepada-Nya (Ibr 5:9).
Paragraf 7:Ketiadaan
keselamatan
dalam agama lain bukan hanya
karena tidak ada penebusan oleh darah Yesus Kristus, tetapi juga karena tidak ada acuan atau
standar kesempurnaan karakter yang harus dicapai. Dengan demikian kalau
ada orang Kristen yang merasa dan mengaku memiliki penebusan dalam Yesus
Kristus tetapi tidak menjadikan Tuhan Yesus sebagai acuan dan standar
kesempurnaan moral yang harus dicapai, maka ia tidak memiliki dan mengalami
keselamatan yang sejati. Jadi, jangan terkejut kalau suatu hari nanti
orang-orang Kristen seperti itu disamakan dengan orang yang tidak mengenal
Allah (Mat 24:45-51; 7:21-23).
Paragraf 8:
Berkenaan dengan hal tersebut
kita tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk orang
yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil. Pola keselamatan yang ditawarkan
kepada orang yang mendengar Injil dan yang tidak mendengar Injil berbeda. Demikian pula dengan kualitas keselamatan yang dimiliki masing-masing.
Pengertian keselamatannya pun juga berbeda. Bagi mereka yang mendengar Injil
keselamatan ditentukan oleh sikapnya terhadap karya Kristus, tetapi mereka yang
tidak mendengar Injil ditentukan oleh kebaikan hati nuraninya (Rom 2:11-16).
Moral orang yang tidak mendengar Injil dituntut untuk baik sesuai dengan torat
(baik yang tersurat di atas perkamen atau loh batu maupun yang tersurat di
dalam hati), tetapi bagi orang yang mendengar Injil dan menerima keselamatan
dalam Yesus Kristus, mereka dituntut untuk sempurna seperti Bapa.