Oleh: Martin Simamora
“Tak Terkatakan”
Tahukah anda, sangatlah
sukar bagi manusia untuk pada akhirnya mengatakan “Tak terkatakan!” Terhadap kasih karunia. Ini adalah sebuah ekspresi
yang hendak menunjukan sesuatu yang begitu agung atau terlampau megah sehingga
sangat dikuatirkan kekayaan bahasa
manusia gagal untuk sanggup memotret
kemegahan kasih karunia yang bekerja total dalam diri manusia milik Kristus. Maka memang ketika berjumpa dengan hal yang
tak terselami oleh pikiran dan tak dapat diraba keluasannya dan kemegahannya
maka ekspresi tak terkatakan memiliki sebuah bobot jiwa bahasa yang seharusnya
membuat para pembaca untuk berhenti dan
mengamati keindahan atau kemegahan apakah yang sedang diekspersikannya:
2Korintus 9:15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya
yang tak
terkatakan itu!
Alkitab Batak: 2Korint
9:15 Alai mauliate ma tu Debata
ala ni silehonlehonma, na so
tarhatahon i!
NIV: Thanks be to God for his indescribable gift!
Jika saja anda mau membaca
lebih utuh ayat-ayat sebelumnya maka
dapat dipastikan bahwa ini adalah
ungkapan yang sedang memuji-mujikan, sedang
memulia-muliakan Tuhan dalam sebuah cara
terpuncak kemampuan manusia untuk menyatakan kemegahan yang terlampau
agung: “tak terkatakan.” Sebab memang hanya bisa dinikmati, dialami dan
dihidupi sehingga melahirkan sebuah pengalaman atau kesaksian yang tak kuasa
untuk berlebar panjang diutarakan selain sebuah kagum, tertegun, terpana dan
semua kata-kata termegah dan terpuitis pun kadang sudah tak kuasa untuk menguap
dihadapan tindakan Tuhan yang tak
terkatakan itu. Tetapi saya kuatir bagi sebagian orang Kristen ini seperti
omong kosong sebab kini cukup
banyak orang Kristen melihat dirinya
sebagai sumber pemenuhan diri dalam
segenap aspeknya dan bukan Tuhan. Bahkan manusia menjadi tuhan bagi dirinya
sendiri sehingga tak lagi keluar pujian bagi kasih karunia Tuhan yang menjangkau realita sorga.