Oleh: Martin Simamora
Masih Perlukah Berdoa,
Jika Segala Sesuatunya Telah Dipredestinasikan?
Salah
satu sebab mengapa Predestinasi dinilai sebagai
menyesatkan, sekalipun hal itu mewarnai Alkitab secara kental adalah:
pandangan yang menyatakan bahwa dengan
demikian apakah
lagi gunanya berdoa? Atau dengan demikian doa tidak lagi
dibutuhkan untuk segala sesuatu yang
telah ditetapkan. Pertanyaan ini sekilas nampak rasional bagi siapapun, apalagi jika memandang predestinasi
sebagai sebuah bentuk fatalisme.
Apa yang dilupakan ketika berpendapat demikian adalah, lupa bahwa Allah
bukanlah manusia yang pendek akal dan Allah bukanlah manusia yang sama sekali
tak memiliki kemegahan Allah. Paling
fatal, Allah bukan manusia yang dijejali dosa sehingga tak akan sanggup
memahami hal yang bagi pikiran manusia dua hal yang absurd untuk disatukan. Ya.... menjadi hal yang
sukar oleh sebab natur manusia itu sendiri.
Pada kesempatan ini
saya tidak akan meluncur hingga ke kedalamannya, tetapi saya hendak mengajak
pembaca untuk melihat bagaimana Yesus sendiri mendemonstrasikan hal
yang dinilai sebagai dua hal yang
tak mungkin
berpasangan, didalam
Yesus justru tak terpisahkan satu sama lainnya.