F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Allah Adalah Kasih, Tidak Ada Yang Bisa Memisahkan Sekalipun Aku Menyangkali Dia??



Oleh : Martin Simamora

Allah Adalah Kasih, Tidak Ada Yang Bisa Memisahkan Sekalipun Aku Menyangkali Dia??

Benarkah demikian? Artikel ini sepenuhnya berdasarkan dari  pertanyaan yang diajukan oleh ibu Fransisca Alexandra  dalam sebuah grup tertutup dan terbatas NEW Swers di Face Book. Terimakasih telah mengizinkan saya untuk menggunakan salah satu  dari berbagai pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan selama ini, sehingga  saya dapat jadikan dasar untuk menulis artikel ringkas dan sederhana  ini.  Pertama-tama, saya ingin mengajak pembaca  untuk melihat Roma 8:35Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” Sebuah  pernyataan tantangan yang begitu vulgar dirasakan di jiwa dapat ditemukan dalam teks ini khususnya “SIAPAKAH yang akan MEMISAHKAN kita dari KASIH KRISTUS?” Jika saja, Paulus mendasarkan  hal ini pada kapabilitas kemanusiaan maka jelas ini bukan sekedar  tantangan yang arogan tetapi juga omong kosong  manakala dia memaksudkan apa-apa yang dipikir dapat memisahkan adalah “Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau pedang?”

0 Meneropong Hal Buruk Dalam Tujuan-Tujuan Allah



Oleh : Dr. RC Sproul

Meneropong  Hal Buruk Dalam Tujuan-Tujuan  Allah


Mengapa?” Pertanyaan sederhana ini dijejali dengan asumsi-asumsi  yang   disebut “teleology”oleh para filosofer. Teleology, yang berasal dari kata Yunani untuk “sasaran yang hendak dicapai” atau  arah yang dibidik” (telos), adalah   studi tujuan. Pertanyaan-pertanyan “mengapa” adalah pertanyaan-pertanyaan tujuan. Kita mencari alasan- alasan untuk  hal-hal yang terjadi sebagaimana adanya. Mengapa hujan turun? Mengapa bumi berputar pada porosnya? Mengapa kamu berkata demikian?


Ketika kita mengangkat pertanyaan tujuan, kita sedang memedulikan sasaran-sasaran, maksud-maksud, dan tujuan-tujuan. Semua istilah ini menyiratkan  intensi atau kehendak. Kata-kata ini  membawa makna ketimbang ketidakbermaknaan. Meskipun upaya-upaya para filosofer nihilis untuk menyangkali  bahwa apapun juga memiliki makna dan signifikansi ultimat. Pertanyaan  mengapa?” yang selalu ada di setiap masa , memperlihatkan bahwa para  filsuf itu belum jua sukses sepenuhnya dalam menjawab. Faktanya  bahkan  pertanyaan gegabah dilemparkan oleh si sinis dengan “mengapa tidak?” yang merupakan sebuah selubung tipis yang menutupi komitmen terhadap tujuan. Untuk menjelaskan  mengapa, kita tidak sedang melakukan sesuatu, yaitu  untuk memberikan  sebuah alasan atau maksud untuk tidak melakukannya. Tujuan masih tetap ada dalam latar belakang. Manusia adalah  mahkluk hidup yang  berkomitmen terhadap tujuan. Kita melakukan hal-hal untuk sebuah tujuan—dengan sejumlah macam  sasaran yang hendak dicapai  dalam pikiran.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9