Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah
Manusia Untuk Berbuat Jahat?
credit:nonprophetsatus.com |
Bacalah lebih dulu bagian 14
Ketika anda berpendapat dan percaya bahwa Tuhan tidak dapat mencegah manusia
untuk berbuat jahat, mengacu pada kebanyakan fakta betapa manusia-manusia
jahat dapat secara bebas melakukan kejahatannya dan Tuhan tidak mencegahnya; bahkan
tidak terlihat bertindak sebagaimana Polisi
akan segera bertindak mencegahnya bilamana dia berada di lokasi
kejadian. Ini sebetulnya lebih dari sekedar benih-benih meragukan Tuhan; ini pada puncaknya akan meragukan keselamatan
adalah tindakan kedaulatan Allah terhadap manusia, bahkan Allah sendiri
melakukan penjaminan atas apa yang
diberikanNya.( bandingkan dengan Efesus 1:3-6; Ibrani
6:17-18;Efesus 1:11, Yoh 1:12-13, KPR 4:12;Roma 8:28-29)
Pemikiran bahwa Tuhan tidaklah seandal atau sehebat yang
dikemukakan oleh Kitab Suci, pun telah
sejak lama berkembang menjadi sebuah pandangan umum yang normal-normal saja dalam dunia yang tidak selalu membahagiakan ini.
Hanya untuk sebuah contoh, pada
bagian “parable of the madman,”
(perumpamaan orang gila) yang dapat
ditemukan dalam karya Friedrich Nietzcshe
berjudul “The Gay Science,” halaman
119 [Nietzcshe sendiri dikenal sebagai filsuf yang menantang fondasi-fondasi Kristen], perhatikan kalimat-kalimat ini:
“‘Have you not heard of that madman who lit a lantern in the bright morning hours, ran to the market-place, and cried incessantly: "I am looking for God! I am looking for God!" As many of those who did not believe in God were standing together there, he excited considerable laughter. [“Tidakkah kamu ada mendengar orang dengan tingkah yang gila menyalakan sebuah lentera pada saat pagi yang cerah, berlari ke pusat bisnis, dan berteriak tanpa henti :”Aku mencari Tuhan! Aku mencari Tuhan!” Banyak dari mereka yang tidak percaya kepada Tuhan sedang berkerumun di sana, dia tertawa terbahak-bahak penuh makna.]‘Have you lost him, then?’ said one. [‘Apakah kamu kehilangan dia, saat ini?’ ujar salah satu dari kerumumunan.]‘Did he lose his way like a child?’ said another. [‘Apakah Tuhan telah kesasar seperti seorang anak?’ kata yang lainnya]‘Or is he hiding? Is he afraid of us? Has he gone on a voyage? or emigrated?’ [“Atau apakah Tuhan sedang bersembunyi? Apakah dia takut dengan kita? Telah lenyapkah dia dalam sebuah perjalanan panjang? Atau telah pergikah dia meninggalkan dunia ini?’]Thus they shouted and laughed. The madman sprang in to their midst and pierced them with his glances.[mendengarkannya,mereka berteriak dan tertawa-tawa. Orang yang bertingkah gila itu menyeruak ke tengah-tengah kerumunan tersebut dan memaku mereka dengan tatapan matanya]‘Where has God gone?’ he cried. [‘Kemanakah Tuhan telah pergi?’]‘I shall tell you. [ Aku akan beritahu anda]We have killed him - you and I.[ Kita telah membunuhnya-kamu dan aku]We are his murderers. [Kita asdalah pembunuh-pembunuhnya]
Kita tidak akan mengulas Nietzcshe
sama sekali. Tidak sama sekali! Selain hanya hendak menunjukan bahwa meragukan Tuhan
hingga derajat yang merendahkan serendah-rendahnya adalah hal yang sangat mudah
menyerang kemanusiaan kita yang fana kala kita melihat sekeliling kita; kala
kita membaca koran; kala kita menyaksikan berita-berita di TV; kala kita
menyaksikan keadilan dapat diserongkan. Dan apakah menurutmu Allah benar-benar
ada? Jika ada, mengapa Dia membiarkan kejahatan beranak pinak? Tetapi yang
paling menakutkan jika peraguan terhadap Tuhan ini bersifat LATEN seperti “Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat,”maka
gereja sebetulnya sudah disusupi “ateisme” dalam dosis “ringan,” namun ini
sudah memiliki daya rusak permanen pada optik-optik mata orang-orang percaya.
Ketika matanya melihat realita suram dunia ini maka akan dipersepsikan sebagai
Tuhan telah kehilangan kebesaran dan kedaulatannya atau Tuhan tidak lagi Tuhan.