Oleh : John Blom
Catatan Editor:
Tidak semua orang percaya menyambut natal dengan tawa apalagi girang, berangkali. Kehilangan orang-orang yang teramat dikasihi sangat mungkin membuat pilu jiwa ini dan bisa jadi inilah warna natal kali ini, kita tidak dapat lagi merayakan Kasih Tuhan yang Akbar ini dalam susana suka namun sedih. Demikian juga dalam keluarga besar saya terutama untuk Laeku Daniel Silaban harus menyambut natal dalam duka sebab Amangboru dan Namboru , telah meninggalkan kita kembali kepada Tuhan di bulan Desember ini. Namun demikian biarlah kelahiran Yesus Kristus yang telah melenyapkan kuasa maut dapat membuat kita tetap tegar dan bangkit sebagai anak-anak Tuhan yang berpengharapan. Selamat Natal Laeku, Tuhan menampung air matamu, Dia yang menghiburmu.
Selamat Natal bagi para pembaca Anchor of Life Fellowship, jikapun natal kali ini tidak bisa sepenuhnya diekspresikan dalam suka dan girang, ingatlah selalu bahwa Yesus telah melakukan hal yang hebat bagi akhir kehidupan kita, sebuah karya terakbar yang membuat kita sebagai milik kepunyaan-Nya : walau kita mati namun sesungguhnya kita tidak mati.
Salam dalam Kasih Kristus
Martin Simamora
Rasul Paulus menulis ,”O Maut dimanakah sengatmu?” ( 1 Korintus 15:5). Siapapun
meratapi kematian seseorang yang mereka kasihi sedemikian mendalamnya, juga akan berkata bahwa “sengat” mulai terasa sulit untuk menggambarkan rasa
sakit yang dialami.
Dan Natal
kerap memperkuat rasa sakit ini.
Dekorasi-dekorasi tertentu mengingatkan tangan-tangan yang tidak akan pernah
kita genggam lagi. Berkumpul membuat
kehilangan orang-orang terkasih terasa semakin nyata. Suara-suara yang manis
masih menggema dalam ingatan-ingatan saat kita menyanyi atau berbagi kisah.