Oleh : Prof. Alister McGarth
Pikirkan iman sebagai sebuah tali pusar, menghubungkan
anda dengan Tuhan dan menyediakan sebuah
kanal yang melaluinya kehidupan-Nya—anugerah pemberian dapat menjangkaumu.
Memutuskan hubungan itu dan iman akan melayu, persis seperti sebuah ranting
yang patah, sebuah ranting anggur
yang melayu dan mati
( Yohanes
15:1-6)
Ragu bukan tidak percaya. Tetapi ragu dapat menjadi tidak percaya. Prinsip dasar ini sepatutnya menuntun perenungan-perenungan kita atas isu penting ini. Ragu itu alami didalam iman. Ragu muncul karena kelemahan dan kerapuhan manusia kita. Kita lemah dalam keyakinan untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan mendambakan kepastian dalam segala hal iman. Tetapi kepastian mutlak sulit untuk datang. Anda dapat yakin bahwa 2+2=4, tetapi akankah hal ini mengubah hidupmu? Akankah hal itu memberikan kepadamu sebuah dasar untuk hidup dan berharap dalam menghadapi kematian? Dan tidak hanya orang-orang Kristen saja yang berada dalam situasi ini. Ateis percaya bahwa tidak ada Tuhan, Tuhan hanyalah sejauh iman kala anda percaya maka Tuhan ada! Ragu juga muncul melalui kurangnya kerendahan hati. Semua kita tergoda untuk percaya bahwa karena kita tidak memiliki jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan sukar, maka memang tidak ada jawaban sama sekali untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kita perlu belajar untuk santai terhadap keraguan. Keraguan seperti seorang anak kecil yang sedang mencari perhatian. Semakin anda memberikan perhatian pada keraguan, semakin banyak perhatian yang dituntut keraguan. Dengan menguatirkan keraguan-keraguanmu, anda terkunci kedalam sebuah siklus ganas ketidakpastian.