Mengapa
Mentaati Yesus Bukan Opsional(2)
Alih
bahasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu:"bagian 1"
Juga sejak permulaan
kita harus menjadi jelas bahwa Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa para
pengikut-Nya dapat menjadi sempurna secara nir-dosa
dalam kehidupan ini. Jika persyaratan dapat masuk kedalam sorga adalah mematuhi
tanpa setitik noda sekecil apapun semua hal yang telah diajarkan
Yesus, tak seorang pun akan berada di dalam sorga. Bahkan tidak juga orang
Kristen yang paling saleh mengasihi Allah di semua waktunya dengan setiap
serat yang ada pada tubuhnya. Tak
seorangpun mengasihi sesamanya dalam
cara tanpa cela yang sekecil dan selemah apapun sebagaimana
mengasihi dirinya sendiri. Rasul Yohanes mengatakan kepada kita,”Jika kita berkata bahwa kita tidak memiliki
dosa, kita sedang menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada didalam
kita (1Yoh1:8).” Jadi Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa kita harus
mencapai kesempurnaan yang tanpa bercak
dosa sesamar apapun sama sekali agar dapat masuk kedalam Kerajaan Sorga.
Tetapi yang menjadi fokus
pengajaran-Nya adalah apa yang Yakobus,
kemudian, ditekankannya dalam suratnya, bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati
(Yakobus 2:17,26). Iman yang sejati bukan semata kesetujuan secara intelektual. Iman yang asli tunduk pada ketuhanan Yesus, memberikan
dampak dalam sebuah hidup kudus
yang aktif mengimplementasi dalam segenap perjalanan hidupnya.
Yesus di sini
menunjukan tiga alasan mengapa kepatuhan
kepada diri-Nya bukan opsional, karena itu adalah sebuah tes atau uji
yang sesungguhnya bagi pengaku beriman pada Kristus (Luk
6:46); kedua, karena itu
adalah dasar yang akan bertahan atau
kokoh dalam ujian-ujian waktu dan kekekalan (Luk 6:47-48); dan ketiga, karena mereka yang tidak
mentaati Kristus akan menghadapi kehancuran seketika dan final (Luk 6:49).