Oleh: Martin Simamora
Kasih Karunia Mendidik Kita Meninggalkan Kefasikan
dan Keduniawian
Paulus sangat dikenal
sebagai rasul yang kental pengajaran kasih karunia, bahwa kita selamat oleh
kasih karunia, bukan karena kemampuAn manusia untuk melakukan atau memenuhi tuntutan hukum taurat (Roma 3:24, Roma 3:26, Roma 3:28-30, Roma 4:3, Roma 4:5, Roma
4:11, Roma 4:16, Roma 5:1, Roma 5:9, Roma 9:33, Roma 10:4, Roma 10:9-10, Roma
11:6, Galatia 2:16, Galatia 2:21, Galatia 3:5-6, Galatia 3:8, Galatia 3:14,
Galatia 3:22, Galatia 3:24, Efesus 1:13, Efesus 2:8, Filipi 3:9, 1 Timotius
1:16). Juga didalam kasih karunia itu, Paulus secara kental mengajarkan sebuah
kehidupan keselamatan yang bertanggungjawab pada diri orang Kristen (Filipi
2:12-13, Galatia 6:1-8, 2 Korintus 5:6-10, 1 Korintus 13:11, 2 Tesalonika
3:11-18, Roma 12:9-21, Kolose 3:23-25, Roma 6:1-23, Efesus 5:8-11).
Saya berharap anda berkenan
untuk membuka Alkitab dan membaca
teks-teks itu. Namun, kita dapat menyederhanakannya melalui pernyataan
Paulus sendiri:
Titus
2:11-12 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah
nyata. Ia mendidik kita
supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya
kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.
Ini adalah poin
tertinggi yang dikerjakan oleh kasih karunia
Allah dalam diri orang percaya namun terlihat
mulai atau telah diabaikan oleh sejumlah
gereja. Epsitel Paulus ketika berbicara kasih karunia yang menyelamatkan semua manusia (semua disini adalah umat kepunyaan
Allah yang telah dikuduskan-Nya Titus
2:14) . Seolah tak lagi penting untuk mendidik atau mengajarkan tentang
kesoponan atau kesantunan dan kekudusan seorang perempuan dalam berbusana
misalnya, sebab berdasarkan ayat-ayat
kasih karunia dipelintirkan bahwa mengejar
hal itu sama saja merendahkan kasih karunia, sebagaimana diindikasikan
juga melalui pengajaran pastor Joseph Prince.