Oleh: Martin Simamora
Artikel ini sepenuhnya diadaptasi oleh Editor dari karya Greg Johnson, Ph.D, "Predestination : God’s Sovereignty in Salvation"
Allah
Yang Berdaulat, Ya..Dia Memiliki Supremasi Dalam Sejarah
Allah
kita adalah Allah yang memiliki kuasa yang berdaulat. Memang benar bahwa Allah
kita itu memiliki kasih dan belas kasih yang
berlimpah, dan perwujudannya telah masuk dan melintasi sejarah manusia melalui
peristiwa Natal, sang Firman yang datang
ke dalam dunia ini menjadi manusia. Tetapi ingat, disaat yang sama kita juga
harus menyadari sebuah realita : sekalipun demikian, Dia tetaplah Allah yang
terlampau besar untuk dapat kita peluk. Dan orang-orang yang telah melihat dia—orang-orang
seperti Yesaya dalam Yesaya 6—ingin lari dari Allah ketimbang ingin memeluk dia.
Dalam nada terror dia
berteriak “"Celakalah aku! aku binasa!” (Yesaya 6:5). Bahkan malaikat-malaikat
yang tak berdosa, yang melayani di hadapan takhta Allah tidak berani
memandang wajah Allah, tetapi menutupi mata dan kaki mereka
(ayat 2) dan berseru, “Kudus, Kudus, Kudus (ayat 3)!” Allah
kita adalah api yang menghanguskan, bukan sebuah boneka mainan. Allah kita
berdaulat—dia memegang kendali.
Allah berdaulat, Dia memegang
kendali. Terkait hal ini, Paulus
secara tegas dan gamblang menggambarkan perihal ini dalam Efesus 1:11:
“di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya “