Khotbah
Minggu : 2 Februari 2014
TAKLUK KEPADA HUKUM TAURAT
By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Dua minggu
berturut-turut kita sudah membahas kisah pengungsian Yesus ke Mesir terkait
dengan pembunuhan anak-anak Betlehem oleh Herodes hingga kembalinya ke Israel
dan menetap di Galilea dan dikenal sebagai Yesus Orang Nazaret (Mat 2:13-23).
Pembahasan itu
cocok dari sisi kronologi Injil Matius yang menempatkan kisah pengungsian ke Mesir
itu persis setelah peristiwa kelahiran Yesus dan kunjungan para majus. Tetapi
seperti saya jelaskan bahwa kunjungan orang majus tidak terjadi persis pada
hari Yesus dilahirkan melainkan kira-kira 1
tahun setelah Ia dilahirkan dan dengan demikian pengungsian ke Mesir juga
terjadipada waktu yang sama maka sesungguhnya dalam menulis Injilnya, Matius
meloncat 1 tahun tanpa ada informasi apa-apa tentang Yesus dalam kurun waktu 1
tahun itu.
Tetapi Injil
Lukas memberikan kepada kita catatan bahwa sesungguhnya ada satu peristiwa penting
yang terjadi di antara kelahiran Yesus dan kunjungan para majus dan peristiwa
itu adalah peristiwa di mana kepada Yesus dilakukan sejumlah aturan hukum
Taurat, salah satunya adalah disunat.
Mari kita
perhatikan teksnya :
Luk 2:21-24 – (21)
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus,
yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. (22) Dan
ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke
Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,(23)seperti ada tertulis dalam hukum
Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",
(24)dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum
Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau duaekor anak burung merpati.
Dalam ayat 21
dikatakan bahwa ini terjadi pada saat Yesus berumur 8 hari dan karena itu jelas bahwa peristiwa
ini mendahului peristiwa kunjungan orang majus. Dalam teks ini diceritakan bahwa
kepada bayi Yesus dilakukan sejumlah ritual berdasarkan aturan hukum Taurat
agama Yahudi. Saya Akan membahas teks ini dalam beberapa bagian :
I. HAL-HAL APA SAJAKAH
YANG DILAKUKAN PADA YESUS?
Hal-hal apa sajakah yang dilakukan pada Yesus dalam teks kita ini?
a.
Ia disunat.
Perhatikan ayat
21a : “Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan….”
Mengapa Yesus harus disunat? Karena itu memang adalah tuntutan hukum
Taurat. Itu berlaku untuk semua orang Israel. Hukum sunat mulai
diberlakukan sejak zaman Abraham di mana itu adalah tanda perjanjian
antara Allah dan Abraham. Dalam Kej 17 diceritakan bahwa ada perjanjian
antara Allah dan Abraham.
Kej 17:2,4-9 – (2) Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak." (4) "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa…. (5) …engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. (6) Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. (7) Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. (8) Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka." (9) …"Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.
Perjanjian itu
lalu disahkan dengan tanda sunat bagi Abraham dan seluruh keturunannya yang
laki-laki dan itu dilakukan pada usia 8 hari.
Kej 17:10-13 – (10) Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; (11) haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. (12) Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. (13) Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.
Mungkin ada beberapa pertanyaan yang
muncul di sini :
1).
Mengapa perjanjian itu harus ditandai dengan sunat yaitu pemotongan kulit
khatan / kulit kelamin laki-laki? Atau dengan kata lain mengapa Allah memilih
tanda itu? Apa manfaatnya?
Jawab :
»Tanda itu akan terlihat sekitar 5-10 kali / hari (pada waktu mereka pergi ke belakang untuk buang air kecil). Jadi, ini adalah suatu tanda yang sangat efektif untuk mengingatkan mereka bahwa mereka adalah umat Allah.»Setiap kali mereka mau berzinah / kawin dengan orang kafir, tanda itu akan terlihat dan akan mengingatkan mereka.
Perlu diingat
bahwa banyak sekali agama-agama kafir yang mempraktekkan free sex dalam
upacara keagamaan mereka, sehingga tanda itu sekaligus bisa mencegah mereka
untuk mengikuti agama-agama kafir.
2).
Mengapa sunat itu hanya berlaku bagi laki-laki dan tidak bagi perempuan?
Jawab :
»Karena tidak menyenangkan kalau dilakukan terhadap perempuan.»Laki-laki adalah kepala perempuan (1 Kor 11:3) sehingga perempuan dianggap ada di dalam laki-laki. Jadi, dengan memberi tanda pada laki-laki, maka perempuan dianggap sudah termasuk.»Perempuan tidak terlalu dianggap / dihargai pada zaman itu. Yang penting adalahlaki-laki.
3).
Mengapa baru boleh dilakukan pada usia 8 hari?
Jawab : Karena
kelihatannya hari ke delapan adalah hari tahirnya seseorang setelah melahirkan
/ dilahirkan setelah mengalami kenajisan selama 7 hari berdasarkan hukum
Taurat.
Im 12:2-3 – (2) "Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak laki-laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada hari-hari ia bercemar kain ia najis. (3) Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu.
Dalam Im 22:27
dikatakan bahwa seekor binatang baru boleh dipersembahkan kepada Tuhan setelah
berumur 8 hari.
Im 22:27 - "Apabila seekor anak lembu atau anak domba atau anak kambing dilahirkan, maka haruslah itu tinggal tujuh hari lamanya dengan induknya, tetapi sejak hari kedelapan dan seterusnya TUHAN berkenan akan binatang itu kalau dipersembahkan berupa korban api-apian bagi-Nya.
Jadi,
rupa-rupanya 7 hari setelah kelahiran, anak maupun binatang tersebut dianggap najis
sehingga tidak boleh disunat / dipersembahkan kepada Tuhan, dan baru pada hari
ke 8 anak / binatang itu boleh disunat / dipersembahkan kepada Tuhan.
Tanda ini
begitu sakral / keramat sehingga pelanggaran terhadap hukum ini diancam dengan
hukuman mati.
Kej 17:14 - Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."
Bandingkan
dengan Musa yang hampir dibunuh oleh Tuhan karena lupa / melalaikan hukum sunat
ini.
Kel 4:24-26 – (24) Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. (25) Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku." (26) Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu.
Dan karena itu
orang Yahudi sangat memegang teguh hukum ini dan menjadi salah satu sakramen
mereka. Bahkan upacara penyunatan ini, saking pentingnya boleh dilakukan pada
hari Sabat sekalipun ada larangan untuk melakukan kegiatan lain pada hari
Sabat.
Yoh 7:23 - Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat. Jikalau ada orang non Yahudi yang lalu memeluk agama Yahudi, dia harus disunat.Kis 15:5 - Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, …. datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa."
Karena ketatnya
aturan ini sehingga lama kelamaan orang Yahudi dikenal sebagai golongan orang
bersunat sedangkan non Yahudi dianggap sebagai golongan tidak bersunat.
Efs 2:11 - Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat",…”
Orang-orang
tidak bersunat dianggap kafir dan najis dan karena itu orang Yahudi tidak boleh
bergaul / bersekutu (masuk rumah / makan bersama) dengan orang-orang yang tidak
bersunat
Kis 11:2-3 – (2) Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. (3) Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka."Gal 2:12 - Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.
Karena latar
belakang seperti inilah maka Yesus pun harus disunat pada hari ke 8. Ia akan dianggap
kafir / najis jikalau tidak disunat, Ia akan dikucilkan dari masyarakat Yahudi,
dan tentu saja semua ini akan menyulitkan-Nya apabila Ia mulai melayani.
Bandingkan dengan Timotius yang disuruh sunat oleh Paulus demi kepentingan
pelayanan.
Kis 16:1,3 – (1) Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. (3) dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani.
Pada waktu
disunat itulah Ia diberi nama Yesus sesuai dengan nama yang dipesan oleh malaikat
dalam Mat 1:21. Ini memang sesuai dengan tradisi pada saat itu di mana seorang anak
baru resmi diberi nama saat disunat.
************
Sebagai catatan
saja, dalam PB sunat sudah tidak diberlakukan lagi. Yang dipentingkan adalah
iman kepada Yesus. Apa artinya orang bersunat tetapi tidak beriman? Itu tidak
ada gunanya dan sama sekali tidak bisa diselamatkan.
- Gal 5:6 - Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
- Gal 6:15 - Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.
Karena itu saat
ini kita tidak perlu bersunat dalam rangka mentaati hukum Allah ini. Sunat baru
ada manfaatnya kalau disertai dengan ketaatan pada seluruh perintah Allah. Begitu
ada 1 pelanggaran, sunat menjadi percuma.
Gal 5:2-3 – (2) Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. (3) Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Kecuali sunat
demi alasan yang lain, misalnya alasan kesehatan, itu bukanlah masalah. Juga
sunat adalah sakramen dalam PL dan karena sudah tidak berlaku, maka sunat itu dilanjutkan
dengan sakramen di dalam PB yakni baptisan. (Sunat adalah type dari baptisan).
Atas dasar penyunatan yang dilakukan pada keturunan Abraham yang beriman itu
dan dilakukan pada bayi yang berumur 8 hari maka baptisan bagi anak-anak orang percaya
ditegakkan di dalam gereja Kristen.
Matthew Henry – Sudah pasti
bahwa penyunatan-Nya pada usia-Nya yang ke delapan hari itu lebih memberi arti
bagi persembahan anak yang dilakukan oleh orang-orang Kristen yang setia
melalui pembaptisan mereka saat masih bayi dibandingkan dengan pembaptisan-Nya
pada usia-Nya yang ketiga puluh. Perubahan dari upacara sunat menjadi baptisan
tidak mengubah intisari dari kedua acara tersebut. (Injil Lukas 1-12,
hal. 92).
Sunat sekalipun
hanyalah sebuah tanda, tetapi itu dianggap sakramen yang penting / keramat.
Seperti telah dijelaskan di atas, pelanggaran / pengabaian terhadapnya diancam dengan
hukuman mati. Bahkan Yesus sendiri harus disunat. Ini berarti bahwa Allah memandang
serius sebuah sakramen. Dan ini menjadi peringatan bagi kita untuk tidak mengabaikan
sakramen-sakramen kita seperti baptisan dan Perjamuan Kudus.
Budi Asali – Apakah
saudara sering meremehkan sakramen? Misalnya dengan tidak membaptiskan anak saudara,
dengan sengaja tidak mau ikut Perjamuan Kudus tanpa alasan, dengan ikut
Perjamuan Kudus dengan sembarangan (bdk. 1Kor 11:27-31), dengan membiarkan anak
saudara mengambil roti / anggur dalam Perjamuan Kudus sekedar untuk
menyenangkan anak itu. Jangan menganggap enteng hal-hal seperti ini! Ingatlah bahwa
Tuhan memberikan sanksi yang berat terhadap pengabaian / peremehan sakramen! (Eksposisi
Kitab Kejadian : Jilid 1, hal. 90).
b.
Ia diserahkan kepada Tuhan.
Perhatikan ayat
22-23 : Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka
membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan (23) seperti
ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus
dikuduskan bagi Allah".
Salah satu
hukum Musa yang lain adalah bahwa semua yang sulung baik manusia maupun hewan
harus diserahkan kepada Tuhan menjadi milik dari Tuhan. Hal ini ada kaitannya
dengan peristiwa dalam kitab Keluaran di mana sebelum Israel dibawa keluar dari
Mesir, Allah melakukan tulah ke sepuluh yakni membunuh semua anak sulung di Mesir
baik anak sulung manusia maupun anak sulung binatang.
Kel 12:12 - Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN.
Sedangkan dari
kalangan bangsa Israel tidak ada satu pun anak sulung baik anak sulung manusia
maupun binatang yang mati. Berarti Tuhan telah menyelamatkan setiap anak sulung
orang Israel (manusia maupun binatang) dan karena itu mereka haruslah menjadi milik
/ kepunyaan Tuhan.
Kel 13:2 - "Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka."
Bil 3:13 - sebab Akulah yang punya semua anak sulung. Pada waktu Aku membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, maka Aku menguduskan bagi-Ku semua anak sulung yang ada pada orang Israel, baik dari manusia maupun dari hewan; semuanya itu kepunyaan-Ku; Akulah TUHAN."
Karena mereka
adalah milik kepunyaan Tuhan maka apabila sebuah keluarga mempunyai anak sulung
(manusia maupun binatang), mereka harus membeli / membayar / menebus kembali
anak sulung itu dengan membayar sejumlah uang kepada Tuhan (diterima oleh imam)
yakni 5 syikal perak.
Bil 18:15-16 – (15) Semua yang terdahulu lahir dari kandungan segala yang hidup, yang dipersembahkan mereka kepada TUHAN, baik dari manusia maupun dari binatang, adalah bagianmu; hanya haruslah kamu menebus anak sulung manusia, juga anak sulung binatang yang najis haruslah kamu tebus. (16) Mengenai uang tebusannya, dari sejak berumur satu bulan haruslah kautebus menurut nilainya, yakni lima syikal perak ditimbang menurut syikal kudus; syikal ini dua puluh gera beratnya.
Hal ini dilakukan
dalam suatu acara khusus yang namanya upacara “Penebusan Anak Sulung”. Dan
upacara ini dilakukan pada saat anak sulung itu berumur1 bulan (Bil 18:16).
Karena Yesus adalah (dianggap) anak sulung dari Yusuf dan Maria maka kepada-
Nya pun harus dilakukan upacara penyerahan anak sulung ini.
************
Terlepas dari
konteks itu, ada komentar menarik dari Barclay tentang upacara ini :
William Barclay
:
“…upacara ini adalah upacara kuno yang aneh,… tetapi di balik upacara ini
terdapat pengakuan bahwa anak adalah anugerah Allah. Kaum Stoa berpendapat
bahwa seorang anak bukanlah diberikan kepada orang tuanya, melainkan hanya
dipinjamkan. Dari semua anugerah Allah, maka anak merupakan karunia yang paling
menuntut pertanggungjawaban. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil
Lukas, hal. 35-36).
Saya kira
kata-kata William Barclay ini perlu direnungkan. Jikalau anak adalah milik Tuhan
maka kehadiran seorang anak dalam keluarga perlu diterima dengan baik dan disyukuri.
Tidak boleh ditolak (misalnya karena jenis kelamin yang tidak dikehendaki, atau
karena cacat, dll) atau bahkan dibunuh (aborsi) karena kehadirannya tidak dikehendaki.
Ingat, ada banyak orang yang sangat merindukan kehadiran anak-anak dalam rumah
tangga mereka, tetapi Tuhan belum / tidak mengijinkannya karena mereka adalah “Limited
Edition”. Jikalau anak adalah milik Tuhan maka anak-anak harus dipelihara
dan dibesarkan dengan penuh tanggung jawab di hadapan Tuhan. Tidak boleh diabaikan,
disia-siakan, diterlantarkan, disiksa, dsb. Karena itu jangan sembarangan membikin
anak kalau belum bisa bertanggung jawab atas kehadiran anak itu.
Karena itu juga
gereja harus benar-benar memperhatikan pelayanan terhadap anak-anak. Jikalau anak
adalah milik Tuhan maka kita tidak boleh menolak apabila Tuhan Sang Pemilik
dari anak-anak itu
memintanya baik untuk melayani-Nya sebagai seorang hamba Tuhan maupun
memintanya kembali melalui kematian. Simak kata-kata menarik dari Kahlil
Gibran, seorang penyair Kristen dari gereja Maronit Libanon.
ANAKMU BUKAN MILIKMUAnakmu bukanlah milikmu,mereka adalah putra putri sang Hidup,yang rindu akan dirinya sendiri.Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari engkau,mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.Berikanlah mereka kasih sayangmu,namun jangan sodorkan pemikiranmu,sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri.Patut kau berikan rumah bagi raganya, namun tidak bagi jiwanya,sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,yang tiada dapat kau kunjungi, sekalipun dalam mimpimu.Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,namun jangan membuat mereka menyerupaimu,sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,ataupun tenggelam ke masa lampau.Engkaulah busur asal anakmu,anak panah hidup, melesat pergi.Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,Dia merentangkanmu dengan kuasa-Nya,hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,sebagaimana dikasihi-Nya pula busur yang mantap.Kiranya ini membuat kita sadar bahwa anak-anak adalah milik Tuhan di mana setiap kitayang memilikinya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Tuhan tentang mereka.
c.
Ia ditahirkan (?)
Mengapa saya
memberikan tanda tanya (?) di sini? Karena sebenarnya tidak pasti apakah Yesus
ditahirkan atau tidak. Perhatikan ayat 22 dan 24 :
Luk 2:22,24 – (22) Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem… (24) … untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati
Di sini Alkitab
bahasa Indonesia tidak menjelaskan pentahiran bagi siapa? Tetapi terjemahan-terjemahan
lain biasanya memberikan keterangan tentang pentahiran siapa yang dimaksud di
sana.
» Ada
terjemahan yang mengatakan itu adalah pentahiran Maria.
KJV - And when the days of her purification according to the law of Moses were accomplished,…The Living Bible - When the time came for Mary's purification offering at the Temple, as required by the laws of Moses after the birth of a child, ….
Dan ini sesuai
dengan hukum Taurat.
Im 12:2,4-8 – (2) “… Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak laki-laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada hari-hari ia bercemar kain ia najis. (4) Selanjutnya tiga puluh tiga hari lamanya perempuan itu harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas, tidak boleh ia kena kepada sesuatu apa pun yang kudus dan tidak boleh ia masuk ke tempat kudus, sampai sudah genap hari-hari pentahirannya. (5) Tetapi jikalau ia melahirkan anak perempuan, maka najislah ia selama dua minggu, sama seperti pada waktu ia bercemar kain; selanjutnya enam puluh enam hari lamanya ia harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas. (6) Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaian bagi perempuan itu. Demikianlah perempuan itu ditahirkan dari leleran darahnya. Itulah hukum tentang perempuan yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. (8) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia."
Dari ayat ini
jelas bahwa pentahiran itu dilakukan bagi perempuan yang melahirkan sehingga dalam
teks kita itu pasti menunjuk pada pentahiran Maria dan bukan Yesus.
»Ada terjemahan
yang mengatakan itu pentahiran mereka.
NIV - When the time of their purification according to the Law of Moses had been completed, …”NASB - And when the days for their purification according to the law of Moses were completed, …”
Persoalannya
sekarang adalah siapakah yang dimaksud dengan “mereka” di sini? Berdasarkan
Im 12 yang dikutip di atas, jelas Maria termasuk. Tapi Maria dan siapa? Mengapa
sampai ada perbedaan penerjemahan seperti ini? A.T. Robertson mengatakan ini
dikarenakan adanya 2 manuscript Yunani yang berbeda. Yang satu menggunakan kata
ganti “AUTES” (her) sedangkan yang satu menggunakan kata ganti “AUTON” (their).
Itulah sebabnya
Alkitab-Alkitab menerjemahkan secara berbeda tergantung manuscript mana yang
diacu.
Note : Manuscript
yang menggunakan “AUTON” (their) lebih tua daripada manuscript yang
menggunakan “AUTES” (her).
Jikalau
mengikuti manuscript yang menggunakan kata ganti “AUTES” (her) maka
jelas bahwa yang ditahirkan adalah Maria sedangkan Yesus tidak. Tetapi kalau
mengikuti manuscript yang menggunakan kata ganti “AUTON” (their) maka
memang masih mempunyai 2 kemungkinan yakni yang ditahirkan itu Maria dan Yesus
atau Maria dan Yusuf? Kalau itu menunjuk pada Maria dan Yesus maka
penjelasannya adalah Maria ditahirkan karena memang ia najis (berdasarkan Im
12:1-8), sedangkan Yesus ditahirkan bukan karena Ia najis, tetapi dengan alasan
yang sama seperti waktu Ia disunat atau dibaptiskan. Calvin memberikan
penjelasan yang berbeda, yaitu: Yesus rela dianggap najis (sekalipun sebetulnya
Ia tidak tak bernoda dan tak bercacat - bdk. 1Pet 1:19), supaya Ia bisa menjadi
sumber penyucian dan menyucikan kita yang najis. Sedangkan kalau itu menunjuk
pada Maria dan Yusuf maka penjelasannya adalah sebagaimana dikatakan William
Hendriksen, Yusuf memang tidak ikut menjadi najis, tetapi ia tercakup karena
ialah yang membiayai persembahan untuk pentahiran.
Jadi kita
memang tidak tahu pasti apakah Yesus ikut ditahirkan atau tidak? Saya condong untuk
mengatakan bahwa Yesus tidak ikut ditahirkan tetapi alasan yang diberikan untuk
mengatakan bahwa Ia ditahirkan karena ia rela dianggap najis dan juga bahwa
manuscript yang menggunakan “AUTON” (their) lebih tua juga cukup kuat
untuk dipertimbangkan.
Karena itu
memang tidak pasti apakah Yesus ditahirkan atau tidak. Itulah sebabnya saya memberikan
tanda tanya (?) pada judul kecil di atas.
Jadi teks kita
menceritakan bahwa kepada bayi Yesus dilakukan 2 atau mungkin 3 upacara keagamaan
sesuai dengan tuntutan hukum Taurat yakni sakramen sunat, upacara penebusan anak
sulung dan mungkin pentahiran.
II. MENGAPA YESUS HARUS
MENGALAMI SEMUA ITU?
Untuk menjawab
pertanyaan ini kita harus kembali mengingat bahwa Yesus adalah Tuhan / Allah
sendiri. Dalam hubungannya dengan bangsa Israel, Allahlah yang memberikan
kepada mereka segala aturan di dalam hukum Taurat misalnya aturan sunat, aturan
penebusan anak sulung, aturan pentahiran, dsb. Jikalau aturan-aturan di dalam
hukum Taurat itu diberikan oleh Tuhan bagi umat-Nya, maka umat-Nya berada di
bawah / takluk kepada hukum Taurat sedangkan Tuhan sendiri berada di atas hukum
Taurat dan tidak takluk kepadanya.
Karena umat /
manusia berada di bawah / takluk kepada hukum Taurat maka umat / manusia harus
melakukan segala perintah hukum Taurat. Jikalau tidak melakukannya maka itu
adalah dosa dan akan dihukum oleh Tuhan. Tetapi karena Tuhan berada di atas /
tidak takluk hokum Taurat, maka hukum Taurat tidak berlaku bagi Tuhan. Tuhan
tidak perlu taat hukum Taurat sehingga Ia menjadi berdosa jikalau Ia tidak
melakukannya.
Saya berikan
contoh! Seorang bos memberikan aturan kepada para pegawainya supaya masuk
kantor jam 8. Semua pegawai berada di bawah aturan itu / takluk kepada aturan
itu sehingga apabila ada yang masuk di atas jam 8, ia bersalah. Lalu apakah bos
itu akan dianggap salah jika ia masuk kantor jam 12 siang? Tidak! Karena ia
berada di atas aturan yang ia buat dan aturannya tidak berlaku bagi dia. Dia
tidak takluk kepada aturan itu. Contoh lain lagi adalah sewaktu kuliah di
kampus STAN (Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara – Malang) dulu, ada aturan bahwa
setiap jam 7 hingga 9.30 malam semua mahasiswa harus studi mandiri di
perpustakaan.
Semua mahasiswa
takluk di bawah aturan ini. Jikalau ada mahasiswa yang tidak melakukannya maka
ia bersalah. Nah, apakah rektor yang tidak belajar pada jam 7-9.30 malam akan
dianggap bersalah juga? Tidak! Karena ia berada di atas aturan yang ia berikan
/ tidak takluk kepada aturan itu dan karenanya aturannya tidak berlaku bagi dia.
Sekarang mari perhatikan contoh dari Alkitab. Tuhan memberikan hukum “Jangan
membunuh”. Apabila manusia membunuh maka manusia berdosa. Tetapi apakah
Tuhan dianggap berdosa karena setiap hari dia membunuh orang? Berapa banyak
manusia yang dicabut nyawanya oleh Tuhan dalam sehari?
Karena itu
jikalau Yesus adalah Allah / Tuhan sendiri maka Ia sesungguhnya berada di atas hukum
Taurat. Ia tidak takluk kepada hukum Taurat dan karena itu Ia tidak perlu
mentaati satu pun dari hukum-hukum yang diberikan-Nya kepada manusia / bangsa
Israel. Tetapi teks kita menceritakan bahwa ketika Ia datang sebagai manusia /
lahir dari seorang perempuan, ternyata kepada-Nya dilakukan semua aturan /
sakramen / upacara sesuai dengan tuntutan hukum Taurat (sunat, penebusan anak
sulung dan mungkin pentahiran). Berarti pada waktu itu posisi Yesus berada di
bawah hukum Taurat / menjadi takluk di bawah hukum Taurat. Ini yang dikatakan
Paulus di dalam surat Galatia.
Gal 4:4 - Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.KJV - But when the fulness of the time was come, God sent forth his Son, made of a woman, made under the law
Jadi Ia
seharusnya berada di atas hukum Taurat, tidak takluk kepada hukum Taurat tetapi
ketika Ia hadir dalam dunia ini, Ia berada di bawah hukum Taurat / takluk di
bawah hukum Taurat.
C. H. Spurgeon - Anak Allah
telah datang di bawah hukum Taurat. Ia adalah Pembuat hukum Taurat dan Pemberi
hukum Taurat, dan Ia adalah Hakim dari hukum Taurat maupun Algojo dari hukum
Taurat, tetapi Ia sendiri datang di bawah hukum Taurat. (‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, Vol I, hal. 100).
Mengapa ini
perlu terjadi? Pertama-tama kita perlu mengetahui mengapa hukum Taurat diberikan?
- Im 18:5 - Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.
- Luk 10:25-28 – (25) Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (26) Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" (27) Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (28) Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
- Gal 3:12 - Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya,
akan hidup
karenanya.
Ayat-ayat ini
menunjukkan bahwa jikalau orang taat pada hukum Taurat maka ia akan hidup/
selamat / masuk surga. Tetapi sekarang mari bandingkan dengan ayat-ayat yang
lain lagi.
Gal 3:10 – “… Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."
Dari ayat ini
terlihat bahwa kutuk akan menimpa orang-orang yang :
»Tidak melakukan hukum Taurat.Gal 3:10b – “… "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."» Melakukan hukum Taurat tapi tidak terus menerus.Gal 3:10b – “… "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."» Melakukan hukum Taurat tetapi tidak semua.Gal 3:10b – “… "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."
Bandingkan
:
Yak 2:10-11 – (10)
Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu
bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
(11) Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia
mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak
berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.
Jadi memang
ketaatan pada hukum Taurat bisa menyelamatkan asal taat semua (tidak boleh kurang
satu pun) dan taat terus (tidak boleh berhenti / macet). Begitu kurang satu
atau macet satu kali, itu dosa dan harus terkutuk / masuk neraka! Sekarang
pikirkan, apakah ada orang yang bisa taat seluruh hukum Taurat tanpa kurang
satu pun dan selalu taat tanpa macet sekali pun? Mustahil! Mungkin tidak sukar
untuk mentaati hukum Tuhan kalau hanya beberapa dan kadang-kadang saja. Tetapi
bagaimana kalau harus taat semua dan taat terus menerus?
Bayangkan
apakah saudara bisa terus menerus jujur / tak berdusta, selalu sabar, selalu
rendah hati, selalu rajin, selalu hormat kepada orang tua, selalu memberitakan
Injil dalam setiap kesempatan, terus tekun / rajin dalam saat teduh (setiap
hari), dsb. Kalau tidak bisa, maka menurut Gal 3:10b ini saudara adalah orang
terkutuk dan harus masuk neraka! Karena mustahil itulah makanya Alkitab berkata
tidak ada satu orang pun yang bisa selamat/ dibenarkan melalui ketaatan pada
hukum Taurat.
Rom 3:20 - Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosaGal 2:16 - Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat,…
Berarti semua
orang menjadi terkutuk dan akan masuk neraka! Lalu bagaimana? Di sinilah Yesus
mengambil bagian kita pada waktu Ia menjadi manusia. Ia sebenarnya berada di
atas hukum Taurat, tetapi ketika Ia datang ke dalam dunia, Ia menempatkan
diri-Nya di bawah hukum Taurat, atau takluk di bawah hukum Taurat sehingga Ia
harus taat kepada hokum Taurat. Ingat bahwa jikalau ada satu saja hukum Taurat
yang tidak dilakukan itu dosa. Dan jikalau tidak dilakukan terus menerus, itu
juga dosa. Tetapi Firman Tuhan berkata bahwa Yesus sama sekali tidak berdosa
(Ibr 4:15; 7:26). Itu berarti bahwa Ia taat pada hukum Taurat secara sempurna
(semua dan terus menerus). Yesus sendiri juga berkata :
Yoh 8:29 – “…Aku senantiasa berbuat apa
yang berkenan kepada-Nya."
Ketaatan Yesus
yang sempurna kepada hukum Taurat ini dan nantinya ditambah dengan kematian-Nya
di atas kayu salib, menjadi jalan penebusan bagi kita yang berada di bawah hukum
Taurat. Inilah tujuan Ia takluk di bawah hukum Taurat.
Gal 4:4-5 – (4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah
mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada
hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka,
yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.
Sehingga pada
akhirnya kita diselamatkan bukan lagi karena ketaatan kepada hukum Taurat melainkan
hanya karena iman.
Rom 3:28 - Karena kami yakin, bahwa manusia
dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat
Gal 2:16 - Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang
dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman
dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada
Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan
bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada
seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
Kita tidak perlu taat lagi pada hukum Taurat untuk diselamatkan. Kita cukup beriman saja karena ketaatan pada hukum Taurat yang sempurna sudah dilakukan oleh Kristus. Dengan kata lain, kita “nebeng” pada Kristus dalam urusan ketaatan pada hukum Taurat. Kita memang tidak taat dan tidak bisa taat sempurna pada hukum Taurat, tetapi dengan iman kepada Kristus, ketaatan Kristus pada hukum Taurat itu diberlakukan bagi kita. Sama seperti dosa Adam diberlakukan pada kita waktu kita belum beriman.
Rom 5:19 - Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.
Jadi kita
memang tidak ikut berdosa dengan Adam tetapi karena kita ada di dalam Adam (keturunan
Adam), maka kita dianggap berdosa bersama Adam. Dosa Adam diberlakukan bagi
kita. Ini sama dengan kalau tim sepak bola Indonesia kalah maka akan dikatakan “Indonesia
kalah”. Jadi kita semua dianggap kalah karena kita ada di dalam Indonesia walaupun
kita tidak ikut bermain sepak bola. Demikian juga kita tidak taat / tidak bisa
taat pada hukum Taurat secara sempurna tetapi karena kita ada di dalam Kristus
(melalui iman), maka kita dianggap taat / benar bersama Kristus. Ketaatan
Kristus diberlakukan bagi kita, kebenaran Kristus diberlakukan bagi kita
sehingga kita menjadi orang benar. Ini sama dengan kalau tim sepak bola
Indonesia menang, maka akan dikatakan “Indonesia menang”.
Kita semua
dianggap memang karena kita ada di dalam Indonesia walaupun kita tidak ikut pertandingan
sepak bola itu.
Jadi kita
menemukan alasannya mengapa Kristus harus takluk kepada hukum Taurat yakni supaya
dengan ketaatan-Nya yang sempurna kepada hukum Taurat itu, Ia membebaskan kita dari
kewajiban untuk taat sempurna demi keselamatan kita yang adalah sesuatu yang mustahil.
Kita cukup mengandalkan ketaatan-Nya saja.
Calvin - Kristus Anak
Allah, yang bisa / boleh mengklaim / menuntut untuk bebas dari setiap jenis
ketundukan, menjadi tunduk kepada hukum Taurat. Mengapa? Ia melakukan itu di tempat
kita, supaya Ia mendapatkan kebebasan bagi kita.
Ini bukan
berarti kita tidak perlu taat pada hukum Taurat / firman Tuhan lagi. Kita harus
taat karena kasih kita kepada Tuhan tetapi kita tidak perlu taat lagi demi
keselamatan kita. Kita yang sungguh-sungguh beriman harus bersyukur untuk semua
ini karena ini memastikankeselamatan kita. Keselamatan kita tidak bergantung
lagi pada ketaatan kita yang naik turun /maju mundur / “senin kamis”,
melainkan pada ketaatan Kristus yang sudah sempurna dansudah selesai.
Bandingkan dengan agama lain yang menyandarkan keselamatan mereka pada ketaatan
mereka. Betapa tidak adanya kepastian sama sekali bagi keselamatan mereka bahkan
kita bisa menemukan kepastian dari ketidakselamatan mereka karena mustahil ada manusia
yang bisa taat sempurna pada hukum Tuhan (semua dan selalu). Begitu mereka tidak
taat 1 kali saja, mereka harus masuk neraka. Kalau kita, karena ketaatan kita
tidak lagi mempunyai kaitan dengan keselamatan, maka ketidaktaatan kita sama
sekali tidak bias menghilangkan keselamatan kita. Ketidaktaatan kita bisa
menghilangkan damai sejahtera kita, bisa mengganggu persekutuan kita dengan
Tuhan, bisa mendatangkan hajaran Tuhan bagi kita, bisa membuat kita menderita,
tetapi tidak bisa menghilangkan keselamatan kita karena keselamatan kita terletak
pada ketaatan Kristus bukan ketaatan kita. Apalagi salah satu akibat dari
takluknya Kristus di bawah hukum Taurat itu adalah kita diangkat menjadi anak
Allah.
Gal 4:5 - Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk
kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.
Dan camkanlah
bahwa Allah tidak membuang anak-Nya yang sudah ditebus Kristus karena suatu
ketidaktaatan.
C. H. Spurgeon - Saya
mendengar anak-anak Allah kadang-kadang berkata: ‘Ya, tetapi tidakkah engkau
berpendapat bahwa jika kita jatuh ke dalam dosa, kita akan berhenti ada dalam
kasih Allah, dan dengan demikian akan binasa?’ Ini berarti menghina / menodai
kasih yang tidak berubah dari Allah. Saya melihat bahwa engkau melakukan suatu
kesalahan, dan menganggap seorang anak sebagai seorang pelayan. Jika engkau
mempunyai seorang pelayan, dan ia berbuat jahat / berlaku tidak pantas, engkau
berkata: ‘Aku memecatmu. Inilah upahmu; engkau harus mencari tuan /
majikan yang lain’. Bisakah engkau melakukan itu terhadap anak laki-lakimu?
Bisakah engkau melakukan itu terhadap anak perempuanmu?
‘Aku tidak
pernah memikirkan hal seperti itu’, katamu. Anakmu adalah milikmu untuk seumur
hidupmu. Anakmu berkelakuan sangat buruk terhadapmu: mengapa engkau tidak memberikan
upahnya kepadanya dan mengusirnya? Engkau menjawab, bahwa ia tidak melayanimu
untuk upah, dan bahwa ia adalah anakmu, dan tidak bisa menjadi sesuatu yang lain.
Benar demikian. Maka selalulah mengetahui perbedaan antara seorang pelayan dan seorang
anak, dan perbedaan antara perjanjian perbuatan baik dan perjanjian kasih
karunia. (‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, Vol I, hal. 103).
Apakah ini lalu
bisa membuat orang hidup seenaknya saja dalam dosa karena bagaimanapun juga
ketidaktaatan tidak mempengaruhi keselamatannya? Tidak! Kalau ada orang
berpikir seperti itu, itu membuktikan ia bukan orang beriman. Jadi dia belum
pernah selamat! Seorang yang sungguh-sungguh beriman dan merasakan kasih
karunia Tuhan yang besar akan selalu berusaha untuk taat pada Tuhan walaupun ia
bisa saja jatuh pada ketidaktaatan. Akan ada kasih yang bergelora di dalam
dirinya untuk merindukan ketaatan kepada Tuhan.
C. H. Spurgeon - Kasih adalah
kekuatan utama, dan ia yang merasakan kuasanya akan membenci semua kejahatan.
Makin keselamatan terlihat seluruhnya dari kasih karunia, makin hal itu bekerja
ke arah apa yang murni dan kudus. (‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’,Vol
I, hal. 104).
Orang seperti
ini, apabila ia jatuh dalam ketidaktaatan, keselamatannya tidak pernah terancam
karena keselamatannya terletak pada ketaatan yang sempurna dari Kristus.
Bersyukurlah
bagi sudah benar-benar beriman, dan berimanlah sungguh-sungguh bagi yang belum
sungguh beriman.
Gal 4:4-5 – (4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah
mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum
Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat,
supaya kita diterima menjadi anak.
-
AMIN -
No comments:
Post a Comment