Oleh: Martin Simamora
Siapakah Yang
Menggembalakanmu, Sang Maut Atau Sang
Juruselamat?
Sangat
bernilai untuk terlebih dahulu membaca: “Kasih Karunia Adalah”
Bahkan seorang yang mengalami “near death experience“ atau NDE sekalipun, tak
bisa memberikan sebuah deskripsi yang memuaskan
mengenai pengalaman yang disebut kematian itu sendiri, bagaimanakah
realitasnya. Karena sesungguhnya ia hanyalah nyaris mati. Alkitab memiliki deskripsi-deskripsi
yang begitu tajam,mengenai peristiwa-peristiwa yang dapat menempatkan manusia
dalam kemungkinan-kemungkinan kematian yang tak dapat dikendalikannnya agar itu
merupakan peristiwa menjelang ajal yang membahagiakan hingga pada kekekalannya.
Apalagi memberikan informasi pasti mengenai kematian pada peristiwa apakah yang
akan berlangsung atau terjadi setelah kematian itu sendiri, tak ada apapun sama
sekali. Kematian yang mencemaskan atau menakutkan, karena kemisteriusannya. Tak
mungkin mengirimkan misi Apolo untuk melakukan penjelajahan pada dunia tanpa
batas dan tak terpetakan itu.
Tuhan sebagai pencipta manusia, oleh
atau berdasarkan Alkitab, telah digambarkan sebagai pemegang tunggal kepemilikan
nyawa bahkan didalam peristiwa kematian dalam ragam modus operandi yang berlangsung di dalam
berbagai peristiwa sehari-hari. Kematian, apapun juga yang mengakibatkannya,
hanya memiberikan 2 pilihan bagi manusia untuk menakar peristiwa kematian itu, apakah? Hanya 2 dan itu begitu mendasar
dan sekaligus paling mendebarkan, apakah kematian itu merupakan: (1)peristiwa yang sama sekali tak ada
hubungannya dengan Tuhan dan (2)peristiwa
yang melibatkan kedaulatan Tuhan atas
berbagai peristiwa di dunia ini sebagai pencipta alam semesta dan segala
mahkluk yang bernafas.
Bagaimana dengan
Alkitab? Apakah yang akan ditunjukan pada manusia? Apakah Alkitab akan dan
ada memberikan informasi terkait
kematian, dan apakah benar Tuhan menjadi
penentu kekekalan yang bagaimanakah pada setiap manusia, ataukah tidak sama
sekali?
Mari kita
memperhatikan hal berikut ini:
▬▬Mazmur 49:5-9 Mengapa aku takut pada hari-hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar-pengejarku, mereka
yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan
mereka? Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau
memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal
harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya--supaya
ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur.
Kematian
sebagai sebuah peristiwa, telah dinyatakan sebagai begitu erat dan tak
terpisahkan dengan Tuhan, dalam sebuah cara yang begitu tak tertandingi: “tidak
seorangpun dapat memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya.” Kematian telah
digambarkan oleh pemazmur sebagai bukan hanya meregangnya nyawa dari tubuh
seseorang, tetapi Tuhan sendiri telah digambarkan sebagai yang berdaulat atau berotoritas atas kematian atau
meregangnya nyawa seseorang: “memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawa,” atau dalam bahasa lebih
renyah dapat dikatakan begini: “pergilah
menghadap-Nya dan berilah sesuatu agar nyawamu yang “tersita dari ragamu” itu
dapat kauambil kembali dari-Nya.” Tetapi dikatakan bahwa itu tak mungkin
dilakukan oleh manusia. Alkitab tak menegaskan bahwa tak ada peristiwa kematian
yang bagaimanapun sebagai yang terlepas dari genggaman tangan-Nya. Sesukar
apapun bagi kita untuk memahami
peristiwa ini dalam realitasnya.
Sejujurnya
secara alami, jika kematian menjadi topik yang dibicarakan maka inilah kehendak
manusia secara umum: “manusia berharap ia tetap
hidup untuk seterusnya, dan tidak
melihat lobang kubur.”
Manusia
bukan hanya tak kekal, bahkan lebih jauh lagi, ia tak berdaya untuk
mempertahankan nyawanya dalam setiap tarikan nafasnya. Jarak antara setiap
tarikan nafas seorang manusia pada dasarnya tak berada di dalam dua dimensi
yang terpisah, seolah-olah manusia dapat menentukan kapan ia mau menyerahkan
nyawanya. Ungkapan “manusia berharap
tetap hidup seterusnya dan tidak melihat lobang kubur selamanya,” merupakan
proposisi tunggal jiwa manusia dan pada sisi lainnya merupakan realitas tunggal
yang tak terubahkan dan harus diterima sebagai sebuah kedefinitifan hidup itu
sendiri. Hidup dan lobang kubur,
itu memang sebuah rute perjalanan yang pasti. Anda tidak bias mengubah rute itu
seperti anda membuat rute-rute opsional pada google map atau waze, misalnya.
Oleh sebab tunggal saja: “manusia tidak dapat memberikan tebusan kepada Allah
ganti nyawanya.
Memiliki kehidupan
kekal bagi seorang manusia, digambarkan oleh pemazmur seperti ini: “terlalu mahal harga pembebasan
nyawanya, dan tidak memadai untuk
selama-lamanya,” sehingga ini hendak menyatakan: tak
ada sama sekali upaya yang bagaimanapun dapat dilakukan oleh manusia pada
dirinya sendiri sehingga nilai itu begitu tingginya untuk dapat membayar harga
pembebasan nyawanya. Tidak akan
dapat dibeli dengan perbuatan-perbuatan baik, ritual-ritual, kemuliaan
moralitasmu, dan apapun yang disebut keluhuran jiwa manusia tak memiliki
setinggi itu. Realitas ini adalah sebuah kebenaran kekal: “tidak memadai untuk selama-lamanya.”
Sehingga ini sebuah
hal yang bukan saja jauh dari jangkauan tangan manusia, tetapi pembebasan nyawa
manusia hanya dapat dilakukan oleh tangan Tuhan. Adakah satu saja sebuah
persembahan yang begitu mahal, begitu mulia bahkan begitu kudus yang dapat
ditemukan atau dijumpai oleh manusia untuk kemudian dipersembahkan kepada
Allah, sehingga nyawanya menerima pembebasan ?
Pembebasan
dari apakah?
Digembalakan Oleh Sang Maut Atau Oleh
Tuhan?
Ketika semua manusia
berjumpa dengan kematian, maka apakah engkau itu pintar, bodoh atau dungu, memiliki hikmat, keberakhirannya sama saja:
binasa. Perhatikan lantunan pemazmur ini:
Mazmur
49:10 orang-orang yang mempunyai hikmat mati, orang-orang bodoh dan dungupun binasa bersama-sama
Dalam
kematian, segala jerih payahmu pun tak dapat kaubawa sebab orang-orang lainlah
yang menikmatinya:
Mazmur
49:10…dan meninggalkan harta benda mereka untuk orang lain
Kebinasaan
atau mengalami kehancuran, itulah kesudahan hidup manusia.
Orang-orang yang
memiliki hikmat atau yang kehidupannya selama di dunia memiliki hikmat yang
menghasilkan kebijakan dan kesejahteraan bagi manusia,pun itu tak memberikan
dirinya di hadapan Allah untuk dapat menebus nyawanya dari kebinasaan hidup.
Tak ada kehidupan bersama Tuhan setelah kematiannya.
Manusia boleh saja berkata
tak membutuhkan Tuhan atau mengakui keberadaan Tuhan menurut jalan-jalanya sendiri,
tak perlu juga menjadi orang yang
berkata bahwa Tuhan tak ada, namun dalam
kesemuanya itu, ia tak akan berkuasa sama sekali dalam sebuah peristiwa yang
justru jauh lebih penting dari kehidupannya selama di dunia. Orang-orang boleh
saja berkata lantang bahwa hikmatku mengatakan bahwa kematian adalah ilusi
untuk dicemaskan apalagi dikait-kaitkan dengan penghukuman yang menanti
dibaliknya, tapi dalam pembantahan
semacam itupun, tak juga memiliki sebuah pengetahuan dan kuasa atas nyawanya sendiri setelah meregang dari tubuh
ini. Pada dasarnya, ketika manusia-manusia itu mati memang benar-benar tak ada bedanya dengan hewan, dalam hal
kekuasaan atas dirinya sendiri dalam menghadapi dan memasuki kematian itu
sendiri.
Segala prestasi moral
atau prestasi spiritualitas atau keluhuran kemanusiaannya tak lantas membuat
manusia itu begitu tahu dan begitu siap sepasti kala ia melangkahkan kakinya di
dunia ini atau membuat perencanaan masa depan. Manusia tak dapat membuat perencanaan
masa depannya terkait apa yang akan dijalaninya setelah ia meninggalkan dunia
ini melalui peristiwa kematian itu.
Tanpa Tuhan Sang Juruselamat,
maka semua manusia dalam menghadapi kematian itu sendiri, oleh pemazmur telah
digambarkan tak ada bedanya dengan hewan:
Mazmur
49:12 Tetapi dengan segala
kegemilangannya manusia tidak
dapat bertahan, ia boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.
Momen-momen kematian dengan
demikian bukan saja momen paling sendiri dan paling berkuasa untuk
mengucilkannya dari bahkan orang yang paling dikasihinya di dunia ini. Tetapi
sebuah momen yang paling maut baginya, sebab siapakah yang akan ditemuinya dan
dijadikan penuntun jiwanya kala ia memasuki sebuah dunia yang berbeda dengan
sebelumnya. Dikatakan tadi, manusia
tanpa Tuhan Juruselamat, boleh
disamakan dengan hewan yang dibinasakan. Bagaimana tepatnya atau maksudnya
kebinasaan yang sedang dibicarakan itu.
Inilah realitas
manusia yang boleh disamakan dengan hewan
yang dibinasakan. Binasa,
kebinasaan dan dibinasakan itu adalah sebuah kekekalan di dalam
tangan maut atau kehidupan setelah kematian yang meluncur ke dalam dunia orang
mati, digembalakan oleh maut, bukan Tuhan! Perhatikan ini:
Mazmur
49:13 -14 Inilah jalannya orang-orang
yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal
orang-orang yang gemar akan perkataannya sendiri. Seperti domba mereka meluncur ke dalam
dunia orang mati, digembalakan oleh maut;
mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka.
Orang-orang
mati tanpa Tuhan Juruselamat, tidak akan berdiam dalam bumi baru, tidak akan berdiam dalam Kerajaan Sorga atau
Kerajaan Tuhan. Tetapi “dunia orang mati menjadi tempat kediaman
mereka.” Tanpa Tuhan Juruselamat yang menjadi penyelamat jiwamu, maka ketika seseorang
meninggal dunia maka ia akan seperti hewan [domba] yang meluncur ke dalam dunia
orang mati, digembalakan oleh maut; dunia orang mati menjadi tempat kediaman
mereka. Inilah yang dimaksudkan dengan kebinasaan.
Bagaimana dengan
orang-orang yang mati dalam pengimanan mereka kepada Tuhan Juruselamatnya,
sebagaimana janji-Nya yang telah dinyatakan-Nya kepada Adam dan Hawa, Abraham
dan Musa? Beriman kepada satu-satunya keturunan Abraham yang akan menjadi
berkat bagi manusia-manusia yang beriman kepada Sang Mesias?
Perhatikan penjelasan
selanjutnya yang dipaparkan oleh
pemazmur :
Mazmur
49:15 Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari
cengkeraman dunia orang mati,
sebab Ia akan menarik aku
Seorang yang beriman
kepada Tuhan Sang Juruselamat akan
dibebaskan Allah dari cengkraman dunia orang mati. Ia akan menarik aku.
Keselamatan telah
dinyatakan oleh Yesus sebagai sebuah kepastian, itu memiliki dua dimensi yang pada
kedua-duanya tidak dapat dikendalikan atau dikontrol manusia sekaligus tak
dapat dibeli dengan kebaikan-kebaikan atau
moralitasnya. Pertama: kehidupan saat ini, dan kedua: kehidupan setelah
kematian. Ketika Yesus mati di muka bumi ini maka dua dimensi ini yang diambil
kedalam tangan kekuasaan-Nya sehingga IA berdaulat penuh atas setiap jiwa manusia domba-domba-Nya:
►Yohanes
12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah.
►Yohanes
12:27 Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah
Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.
►Yohanes
12:31 Sekarang berlangsung
penghakiman atas dunia ini: sekarang
juga penguasa dunia ini akan dilemparkan
ke luar;
►Yohanes
12:32 dan Aku, apabila
Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang
kepada-Ku."
Satu-satunya
manusia yang mengalami kematian yang menaklukan penguasa dunia atau iblis atau
maut, adalah Yesus. Maut tak berkuasa untuk menggembalakan Yesus sehingga
seperti domba yang meluncur ke dalam dunia orang mati. Ia bukanlah domba yang
kediamannya adalah dunia orang mati. Bukan, sebaliknya ia dalam kematiannya
telah melemparkan kuasa iblis atas setiap orang yang telah beriman kepadanya.
Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku adalah semua orang yang menerima
kehidupan, kebenaran dan jalan kepada Bapa berdasarkan pengimanan kepada Yesus
dan karyanya pada Salib.
Apabila Aku
ditinggikan dari bumi adalah peristiwa yang begitu spesifik:
►Yohanes
12:33 Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
“menarik semua
orang datang kepada-Ku” tak terhindarkan harus dimaknai sebagai semua yang
beriman kepada Yesus dan menerimanya sebagai satu-satunya Mesias, bukan semua
manusia dan tak memedulikan apakah
manusia itu memiliki iman atau tidak kepadanya/. Apakah dasarnya? Dasarnya
adalah: kebenaran ini berdasarkan kitab suci dan dinantikan penggenapannya
dalam sebuah relasi yang terjalin berdasarkan iman. Iman kepada Mesias
tersebut.
Perhatikanlah
bagaimana perihal begitu krusial untuk diterima atau ditolak:
►Yohanes
12:34 Lalu jawab orang banyak itu: "Kami
telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap
hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa
Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"
Inipun
hal yang begitu krusial bagi para murid
untuk menerima kebenaran Yesus yang mengatakan bahwa kematiannya merupakan
penghakiman atas dunia dan penjungkalan penguasa dunia; para muridnya sendiri
tahu sekali bahwa dasar untuk menerima pembebasan dari Sang Mesias adalah
percaya kepada-Nya dan bagaimana itu berlangsung atau bagaimana Yesus
melakukannya. Perhatikanlah hal ini:
►Lukas24:18-21
Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau
satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ
pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada
mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan
Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan
perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam
kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan
mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan,
bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara
itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.
“Ia
menarik semua manusia kepada dirinya,” senantiasa dalam konteks iman
atau beriman kepadanya dan segala apapun yang dilakukan sesuai dengan Kitab
Suci.
Yesus
Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian pun menegaskan bahwa relasi semua
orang dengan dirinya adalah relasi
beriman kepada dirinya dan juga bahwa penderitaan dan kematiannya adalah sebuah
cara yang memang dikehendaki Allah:
►Lukas24:25-26
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai
kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu
tidak percaya segala sesuatu,
yang telah dikatakan para nabi! Bukankah
Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang
Dia dalam
seluruh Kitab Suci, mulai
dari kitab-kitab Musa dan
segala kitab nabi-nabi.
▬Lukas24:38-40
Akan tetapi Ia berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul
keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan
kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada
daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil
berkata demikian, Ia memperlihatkan
tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
“kematiannya
akan
menarik semua oranng,” harus dipahami sebagaimana Yesus bahkan
pada murid-murid-Nya sendiri memahaminya tepat ketika Ia menarik mereka kembali
untuk percaya kepada-Nya, yang penarikan itu tak terlepaskan dengan menjadi
percaya pada kematian-Nya sebagaimana
kitab suci telah menuliskan segala sesuatu mengenai diri-nya!
Perhatikan
ini:
▬Lukas
24:44-46 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka
pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya
kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari
antara orang mati pada hari yang ketiga, dan
lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Yesus memiliki kuasa atas kematian.
Satu-satunya domba yang tidak dapat digembalakan oleh maut untuk meluncur kedalam dunia orang mati. Ini
sungguh benar sebab masuknya Yesus kedalam dunia orang mati digembalakan oleh
kehendak Bapa di sorga, seperti yang dinyatakan oleh Yesus sendiri:
▬Yohanes
10:17-18Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk
menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku
memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan
berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
Ini adalah penggambaran kematian yang
menggoncangkan Israel, sebab dengan demikian ia menyatakan dirinya
sebagai bukan saja tak digembalakan oleh maut dan tidak memerlukan Tuhan untuk
membebaskannya dari dunia orang mati, tetapi ia sendiri berkuasa untuk
menaklukannya!
Perhatikan
kegoncangan Israel ini:
▬Yohanes
10:19-20 Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena
perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata: Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu
mendengarkan Dia?
Inilah realitas Yesus
atas kematian bukan hanya untuk dirinya saja tetapi bagi yang semua yang
beriman. Ia bahkan berkata bahwa orang-orang beriman itu adalah domba-domba
Gembalaan-Nya yang tak akan dapat
disentuh dan dirampas oleh maut:
▬Yohanes
10:11Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya;
▬Yohanes
10:14-15 Akulah gembala yang baik dan Aku
mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama
seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan
nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
Harus
dipahami bahwa Yesus Sang Gembala mengenal domba-dombanya, itu dalam sebuah
konteks penuh kuasa dan kekal, bukan saja di bumi tetapi JUGA DALAM KEMATIAN PARA DOMBANYA IA ADALAH GEMBALA MEREKA, sebab
IA berkuasa dalam dunia kematian sehingga berkuasa untuk melepaskan yang
beriman padanya dari cengkraman dunia orang mati. IA telah memberikan
nyawa-Nya, nyawa yang tak dapat digembalakan oleh maut, malah menekuk kuasanya
sehingga tak akan berkuasa atasnya dan semua domba kepunyaannya.
Suara Sang Mesias
bahkan bukan hanya menggembalakan para dombanya selama masih berjalan di bumi
ini, tetapi suaranya akan menggembalakan para domba-Nya dalam memasuki dunia
kematian. Ia tak membiarkan saya dan anda sendirian menghadapi kematian.
Perhatikan ini:
▬Yohanes
10:27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka
dan mereka
mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka
dan mereka pasti
tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun
tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Penggembalaan
oleh Yesus bukan saja saat kita masih hidup di dunia ini, tetapi juga saat saya
dan anda pada akhirnya harus meregang nyawa. Dalam hal ini Ia menyatakan secara
sangat tajam bagaimana saat ia menggembalakan kita dalam kematian,maka: kehidupan
kekal menjadi milik domba-domba-Nya, mereka akan mengikut-Nya bukan mengikuti penggembalaan
maut, sehingga dalam penggembalaan Yesus akan terjadi: ketidakbinasaan dan
kegagalan dalam perjalanan melintasi kematian menuju tempat yang telah
dipersiapkan Sang Gembala bagi para domba-domba-Nya.
Iblis
dan maut tak dapat merampas dan merapuhkan pengharapan
keselamatan saya dan anda, sejak awal Yesus sendiri sudah menjaminkan betapa ia
sempurna dan perkasa di dalam menggembalakan para dombanya, bukan saja dalam
dimensi kehidupan kini, tetapi dalam dimensi
kematian:
▬Yohanes
10:29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada
siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Kemanakah Yesus Sang Gembala akan membawa kita para domba-Nya
setelah kematian kita? Beginilah Yesus menjelaskannya
kepada kita:
Yohanes
10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan
padang rumput.
Ini sungguh berbeda
dengan kemana manusia-manusia yang digembalakan maut setelah kematiannya, yang
dibawa ke kediaman “dunia orang mati.”
Realitas
kehidupan para domba-Nya yang digembalakan hingga memasuki dunia kematian
memang telah menunjukan bahwa tak ada yang dapat diusahakan oleh manusia untuk
menebus nyawanya dari penggembalaan maut, selain jika
percaya dan kemudian menjadi domba-domba gembalaan-Nya, sebab
memang, sebagaimana Mazmur 49 menyatakannya, hanya Dia Sang Mesias yang dapat
merampas atau memindahkan manusia dari cengkraman maut.
Suara Sang Gembala
memastikan dalam kematianku dan anda,nanti, kalau mati, suara-Nyalah yang
memandu jiwaku dan jiwamu:
▬Yohanes
6:24-25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku
dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan
mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang
mendengarnya, akan hidup.
Mendengar
suaranya, berarti
dapat mengikutnya dan jika demikian, maka jelas bukan maut yang
menggembalakannya, tetapi Yesus. Akibat penggembalaan Yesus saja maka ”Ia sudah
pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Realitas
ini sesungguhnya sudah diterima sementara saya dan anda masih hidup dalam sebuah
kehidupan yang digembalakan-Nya, bukan digembalakan oleh dunia beserta segala
keinginannya yang melawan dan menista kasih karunia Tuhan!
Ibrani 2: 14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari
darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian
dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis,
yang berkuasa atas maut;
Mazmur 23:1-4 TUHAN adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang
berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Sekalipun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;
gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Amin
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment