Oleh: Martin Simamora
YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam
Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-1)”
Bacalah
Terlebih Dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.F)”
Benarkah hukum Taurat
diberikan kepada bangsa Israel untuk
menunjukan standard kebenaran moral yang manusia sebelum jaman penggenapan
harus miliki. Dengan kata lain kebenaran hukum Taurat itu sama sekali berbeda
dan sama sekali terpisah dari kebenaran dalam Kristus, bahkan bangsa Israel dapat dilestarikan dengan hukum Torat? Sebagaimana yang
diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono dalam “Keselamatan Di Luar Kristen“
pada paragraf akhir di halaman 18:
Mari pertama-tama
memperhatikan penjelasan rasul Paulus berikut ini:
Roma
2:17-29 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada
hukum Taurat, bermegah dalam Allah, dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena
diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, dan
yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka
yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum
dewasa, karena dalam hukum Taurat
engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Jadi,
bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu
sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau
sendiri mencuri? Engkau yang berkata:
"Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik
akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau
bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan
melanggar hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara
bangsa-bangsa lain." Sunat memang ada
gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum
Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya. Jadi jika orang yang tak bersunat
memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan
orang yang telah disunat? Jadi jika orang yang tak bersunat
memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan
orang yang telah disunat? Sebab yang disebut Yahudi
bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat
yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi
sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam
hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan
dari manusia, melainkan dari Allah.
Bangsa Israel seharusnya dapat menjadi: penuntun orang buta dan terang bagi mereka
yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum
dewasa. Mengapa?Karena dalam
hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Namun
yang terjadi sebaliknya: Engkau yang mengajar: "Jangan
mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau
yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah?
Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah
berhala?
Apakah ini sebuah
situasi temporer pada sebuah waktu atau era? Apakah ini sebuah situasi pada
generasi-generasi tertentu Israel saja, dan apakah dengan demikian hukum Taurat
tak dapat bekerja menjadi pandu bagi Israel, sebab:” oleh karena kamulah nama Allah
dihujat di antara bangsa-bangsa lain?” Seperti
ada tertulis, apakah maksudnya?