F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Catatan Kecil Diujung 2020

  Dunia Dalam Pandemi + Setelah Pandemi = Berprosesnya Tatanan Dunia Baru

Dirangkum oleh Blogger Martin Simamora dari sejumlah sumber

 

Joseph Stalin, second left, Harry Truman, center, and Winston Churchill at Potsdam on July 17, 1945.
Source: AFP via Getty Images
Pada Juli 1945, pada kesudahan Perang Dunia II, para pemimpin dari Amerika Serikat, Inggris dan Uni Soviet berkumpul di Istana kerajaan Prussian di Postdam di luar ibu kota Jerman yang ditaklukan untuk membentangkan tatanan dunia baru. Benih-benih yang ditabur bagi terbentuknya apa yang kemudian dikenal sebagai Perang Dingin.

 

Peta geopolitik dunia, kini kembali dipetakan ulang, kali ini adalah sebagai akibat coronavirus, yang oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel telah digambarkan sebagai tantangan terbesar era  setelah perang.

 

Hampir keseluruhan perjalanan tahun 2020 ini, didominasi oleh pandemi, berbagai pemerintahan dunia diperhadapkan dengan krisis kesehatan, krisis ekonomi dan krisis legitimasi institusi, pada keseluruhan waktu ini rivalitas geopolitik meningkat sangat tajam. Bagaimana pergeseran-pergeseran tektonik ini mengkristalisasi pada sepanjang tahun ini dan pada bulan-bulan kedepan pada tahun 2021 mendatang, akan merupakan perjalanan panjang untuk menentukan sebuah era baru yaitu era setelah virus.

 

Tren-tren yang telah dikenali menggejala pada pra-Covid-19 telah semakin kuat dan semakin cepat. Sebagai kekuatan yang cepat mencuat, China sedang bertumbuh menjadi lebih asertif dan berkompetisi ketat dengan negara-negara mulai dari Kanada hingga Australia. Amerika Serikat, sebagai satu-satunya superpower di puncak tangga sejak Postdam, kini semakin tersita untuk memperhatikan dirinya sendiri sejak virus merebak hebat pada warganya dan ekonominya dalam menghadapi pemilihan presiden yang telah berlangsung beberapa waktu lalu.

 

Rory Medcalf, ketua National Security College pada Australian National University berpendapat “Ada banyak problem struktural dalam tatanan internasional yang semakin lama semakin terang benderang terlihat.” Dengan berkembangnya berbagai titik tekanan secara bersamaan, mulai dari kegagalan-kegagalan kepemimpinan hingga kian rendahnya kepercayaan dalam keakuratan informasi, “ ini benar-benar menciptakan semacam badai yang sempurna,” ujarnya. “Tes besarnya adalah apakah benar kita dapat melalui katakanlah 6 hingga 18 bulan kedepan tanpa krisis-krisis diatas tersebut semakin memuncak.”

 

Di Postdam, dinamika kuncinya adalah pertarungan ideologis antara sistem-sistem Komunis dan Kapitalis sebagaimana ditunjukan oleh Moskow dan Washington. Negara Uni Soviet dibawah Josef Stalin telah muncul dari perang sebagai sebuah superpower, sementara Presiden Amerika Harry Truman telah mendemonstrasikan superioritas teknologi dan militernya dengan mengeluarkan perintah untuk menjatuhkan bom Atom di Hirosima dan Nagasaki.

 

Kini pertarungan antara Amerika Serikat dibawah Donald Trump dan kini Joe Bidden dan China dibawah kepemimpinan Xi Jinping telah diperbandingkan  sebagai “pijakan-pijakan dasar” menuju sebuah perang dingin baru oleh mantan Secretary of State Henry Kissinger. Sejarawan Niall Ferguson berujar bahwa kita telah berada di sana. Hampir disepakati bahwa Kepresidenan Joe Biden kelihatannya tidak akan membalikan situasi memburuk pada hubungan AS-China.

 

Bagi Medcalf,dalam bukunya “Indo-Pacific Empire”yang mengulas rivalitas strategis kawasan, isu terdefinisi kini bukan pada hanya bagaimana AS merespon tantangan China yang meningkat, tetapi bagaimana“para pemain tengah” termasuk India, Australia, Jepang dan Eropa sedang bersiap untuk mengambil resiko-resiko untuk mempertahankan tatanan internasional-- dan bekerja sama untuk melakukannya.


 

Problemnya adalah ketiadaan forum yang jelas untuk memperbincangkan bentuk dunia post-pandemic, selain pertemuan tingkat tinggi yang berbasis geopolitik tertentu namun berdampak globaltanpa dapat dicegah seperti pertemuan tingkat tinggi antara Uni Eropa dan China yang dilangsungkan melalui video conference pada 14 September 2020 lalu. Terkait penanganan Pandemik berikut ini adalah kesepakatannya sebagaimana yang saya kutip dari Joint press release  yang dikeluarkan oleh Presiden Michel, Presiden von der Leyen dan Kanselir Merkel:

l On the COVID-19 response, the EU emphasised the shared responsibility to participate in global efforts to stop the spread of the virus, boost research on treatments and vaccines, and strengthen the role of the World Health Organisation, including through the full implementation of the World Health Assembly resolution of May 2020. The EU also underlined that the recovery measures should support the transition to a greener and more sustainable economy. China’s full engagement in G20 efforts to support low-income countries and effectively implement the G20 – Paris Club Debt Service Suspension Initiative will also be essential. ( Pada respon terhadap COVID-19, Uni Eropa menekankan tanggung jawab bersama untuk berpartisipasi dalam upaya-upaya global untuk menghentikan penyebaran virus,mendorong riset pada perawatan-perawatan dan vaksin-vaksin, dan memperkuat peran WHO, termasuk melalui implementasi penuh resolusi Dewan Kesehatan Dunia-World Health Assembly resolusi Mei 2020. Uni Eropa juga menggarisbawahi bahwa langkah-langkah pemulihan sepatutnya mendukung transisi menuju sebuah ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Keterlibatan penuh China dalam upaya-upaya G20 untuk mendukung negara-negara berpendapatan rendah dan secara efektif mengimplementasikan G20-Paris Club Debt Service Suspension Initiative juga akan merupakan hal esensial.)

 

Anne Marie berpendapat bahwa Globalisasi membawa dampak erosi pada perbatasan-perbatasan nasional negara-negara. Konsekuensinya, kekuatan regulator untuk mengimplementasikan regulasi-regulasi nasional didalam perbatasan-perbatasan negaranya sendiri menyusut baik karena warganya dapat secara mudah memindahkan juridiksinya dan karena arus kapital, polusi, patogen-patogen dan senjata-senjata adalah terlalu besar dan terlalu mendadak bagi regulator manapun untuk mengontrolnya. Mazhab Liberal Internasionalist merespon serangan-serangan ini pada kekuasaan regulator negara dengan membangun perangkat-perangkat internasional yang lebih besar. Sehingga pada akhirnya Globalisasi membawa pada internasionalisasi, atau transfer kewenangan regulatori dari level nasional kepada sebuah institusi internasional.Contoh terbaik untuk ini adalah WTO (World Trade Organization).

 

Referensi:

-Anne-Marie Slaughter adalah J. Sinclair Armstrong Professor of International, Foreign, and Comparative  Law at Harvard Law School:http://www.foreignaffairs.org, September/October 1997,

Copyright 1997 by the Council on Foreign Relations, Inc.

 

-https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-07-10/a-new-world-order-for-the-coronavirus-era-is-emerging

 

-https://www.consilium.europa.eu/en/press/press-releases/2020/09/14/eu-china-leaders-meeting-upholding-eu-values-and-interests-at-the-highest-level-joint-press-release-by-president-michel-president-von-der-leyen-and-chancellor-merkel/

 

 

No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9