Oleh : Martin Simamora
TUHAN Tidak Mahatahu Karena Dia “Tidak Selalu Tahu??”
(Bagian 2B)
Akulah
yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian... Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala
hal-hal yang akan datang?- Yesaya 44:6-8
Bacalah
lebih dulu bagian2A
Pertanyaan penting yang
perlu ditanyakan adalah: siapakah? Siapakah yang berkata perihal-perihal akan
datang kepada Yehezkiel yang di dalamnya terkandung sebuah
kosa kata “berangkali”?
Bisakah anda menjawabnya? Yehezkiel 12
pada pangkalnya telah memberikan jawabannya:
Yehezkiel 12:1 “Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku:”
dan kemudian ayat 2-28, kita akan melihat dan membaca apa
yang menjadi isi FIRMAN itu. Yesaya 43:11-12 menegaskan bahwa AKU ADALAH AKU
saja yang berfirman atau berkata, Bukan allah asing.
Mengapa penting
memperhatikan 12:1? Mengapa penting untuk mengetahui sumber perkataan-perkataan (yang di dalamnya
mengandung kata “barangkali”) pada ayat 2-18? Itu penting, sebab TUHAN sendiri
mengatakan penting untuk mengetahui bahwa hanya Dia satu-satunya yang
mengatakan firman berkuasanya yang penuh dengan kemahatahuanNya kepada manusia. Dia menginginkan manusia-manusia
yang kepadanya Dia pilih kepada mereka Dia berbicara untuk juga mengetahui
bahwa Dialah yang berbicara:
Yesaya 44:6-8Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku. Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami! Janganlah gentar dan janganlah takut, sebab memang dari dahulu telah Kukabarkan dan Kuberitahukan hal itu kepadamu. Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku? Tidak ada Gunung Batu yang lain, tidak ada Kukenal!"
Salah
satu karakteristik pada AKU ADALAH
AKU yang berfirman adalah: Dia memegang kendali hal-hal yang akan datang sebagai yang ketibaannya atau
keterwujudan hal yang akan datang itu sebagai sebuah kepastian. Sebab masa
depan berasal atau keluar dari dalam dirinya, dan peristiwa-peristiwa kosmos
terjadi dalam ruang dan waktu yang berasal atau keluar dari dirinya. Sebelum
sejarah ada Dia sudah menuliskan sejarah dunia akan seperti apakah. Sejarah yang berdinamika oleh
aktivitas-aktivitas manusia dan aktivitas-aktivitas
alam ada di dalam perkataanNya-
firmanNya; semua berlangsung
dalam sebuah kendali kuasa firmannya atau kendali kuasa perkataannya,
dan perhatikanlah hal ini:
Kejadian 1:11-12Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.Kejadian 1:14-15Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian.Kejadian 1:26Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Tak
ada satu apapun dan satu siapapun ciptaan yang lepas dari kuasa
kendali kehidupan yang diciptakan oleh firmanNya. Manusia bertambah banyak,
manusia memiliki kuasa menaklukan, manusia memiliki kuasa untuk berkuasa pun
ada dari tidak memilikinya karena TUHAN berfirman agar menjadi demikian. Dan
kuasa sebagai benda ciptaan dan mahkluk ciptaan tidak pernah akan dapat
melampaui atau melawan kuasa sang Penciptanya yang memberikan kuasa kepada
segenap mahkluk ciptaan. Semuanya bekerja atau hidup dalam ketentuan-ketentuan
yang paling asasi. Perjalanan sejarah
masa depan manusia dimulai oleh TUHAN dengan berfirman agar ada sejarah dan dimulai oleh TUHAN
dengan berfirman agar manusia beraktivitas menguasa dunia dan mengisi sejarah
yang telah diperintahkan TUHAN untuk bergulir. Masa depan ada oleh sebab
Dia telah berfirman dan masa depan
berlangsung oleh sebab firman yang telah Dia keluarkan dari mulutNya terus
bekerja untuk memenuhi apa yang telah menjadi maksudNya untuk terjadi.
Sekarang
kita telah melihat bahwa kemahatahuan TUHAN
itu begitu kokoh dan sempurna bukan semata karena Dia MAHAHADIR,
MAHAKUASA, dan MAHATAHU, namun yang lebih penting lagi sebab tidak sesuatu
apapun yang terjadi bukan merupakan hasil pekerjaan firman yang diucapkanNya.
Bahkan kalau anda melihat tumbuh-tumbuhan bertumbuh pun adalah akibat firmanNya
dan manusia menaklukan dunia ini, pun adalah akibat firmanNya. Apakah ada yang
dapat dikatakan terlepas dari
pengetahuannya dengan demikian? Apa yang anda lihat sebagai sebuah kenaturalan
pada faktanya ada sebagai akibat
ketetapan Tuhan sejak mulanya.
Mengetahui
SIAPA yang berkata adalah penting, sebab tanpa mengetahui siapa yang berkata
maka kita tak akan mengetahui bahwa perkataannya
berkuasa penuh dan berkendali penuh atas setiap titik dinamika di dunia
ini tanpa sebuah pengecualian.
Dengan
“mata” semacam inilah kita pun
semestinya memahami “barangkali” yang
keluar dari AKU ADALAH AKU yang berfirman kepada Yehezkiel. Sebuah catatan penting adalah, ketika anda
menyoroti sebuah kosa kata dan mencari atau menelusuri akarnya yang lebih jauh
ke belakang atau lebih kuno, sekalipun memberikan manfaat namun sekaligus
menjadi bahaya tersendiri dan terdasar
yaitu: menjadikan kata-kata tertentu sebagai pembentuk konteks yang dapat menegasi
atau melenyapkan konteks yang membalut teks itu sendiri dan makna yang sedang diungkapkan oleh TUHAN sebagai pengucap firman. Jadi, misal
anda memfokuskan kata “berangkali” sebagai jangkar pemahaman terhadap
keseluruhan "firman yang mendatangi" maka
pertama-tama pasti akan menjadikan TUHAN tidak lagi sebagai AKU ADALAH AKU yang
MAHATAHU.
Atau coba saja ambil kosa kata-kosa kata yang memiliki makna-makna
kritikal dan dari kata itu ditarik atau dijadikan jendela pandang atas keseluruhan
sebuah bagian teks maka hasilnya adalah
bagian teks tersebut akan mengalami kontradiksi, misal pada kata
“Hamartia” yang dijadikan jendela pandang untuk menyatakan bahwa dosa adalah
semata kemelesetan manusia untuk mencapai apa yang ditargetkan untuk dicapai.
Jika mengabaikan Kejadian 2:15-17 maka pengertian dosa hanya semata demikian
atau bukan hal yang teramat fatal, sudah
mengakibatkan berbagai komplikasi dan menjadi pertanyaan besar pada puncaknya,
jika sekedar kemelesetan belaka dan bukan hal fatal, mengapa perlu Sang Logos harus datang ke dunia dan mati
untuk menebus dosa?
[Problem besar dan bukan remeh setelah Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa adalah sebuah perubahan dramatis yang mematikan; sebelumnya Tuhan berkomunikasi dan berkarib penuh kasih hangat dengan manusia, tanpa perantara khusus (Kejadian 3:8-9), setelah kejatuhan manusia maka TUHAN hanya mau berkomunikasi pada manusia-manusia tertentu dan dalam frekuensi yang terbatas (hingga Sang Firman atau datang ke dunia atau Yesus). Sekalipun ada pendeta atau pengkhotbah yang mengajarkan bahwa dosa sekedar Hamartia “missing the target” atau meleset dari apa yang telah ditandai untuk dicapai sebagaimana telah ditetapkan, dan pada saat yang sama melepaskan "hamartia" dari konteks tindakan TUHAN terhadap "hamartia" atau konsekuensi pada manusia. Perlu diperhatikan juga apa yang telah dilakukan TUHAN terhadap “kemelesetan” manusia memenuhi apa yang telah ditentukan sebelumnya (Kejadian 2:15-17) adalah tidak main-main sebab: mati atau תָּמֽוּת׃ tamut adalah akibat dari kemelesatan itu (Kejadian 2:17) dan akibat atau realita kematian di sini adalah sebuah pengusiran manusia dari persekutuan dengan Tuhan oleh Tuhan sendiri, yang disertai dengan sebuah kemustahilan bagi manusia untuk dapat menjalin kembali persekutuan itu,(Kejadian 3:23:24). Apa yang hendak saya katakan :merupakan sebuah kefatalan mengisolasi sebuah kosa kata atau membangun definisi semata dari kosa kata yang dirobek dari konteks keseluruhannya. Mengatakan pelanggaran atau dosa sekedar meleset dari target dan bukan merupakan sebuah kefatalan yang mematikan adalah sebuah kefatalan tersendiri sebab melepaskan diri dari seluruh maksud teks dan konteks untuk kemudian hanya menyentralkan pada sebuah kosa kata untuk membangun sebuah definisi dan pengertian.]
Hal semacam ini jugalah yang
terjadi manakala kata “berangkali” pada Yehezkiel 12:3 dirobek dari seluruh badan "firman yang datang" sehingga sekaligus menghempaskan konteks yang menjiwai setiap kata pada kalimat dan setiap kalimat pada seluruh badan "firman yang datang." Kosa kata tertentu - "barangkali" tidak bisa dijadikan
dasar atau jendela pandang bahwa Tuhan tidak mahatahu untuk setiap titik
peristiwa pada sejarah yang belum terjadi. Tuhanlah yang berkata atau
menyingkapkan atau berfirman kepada manusia, dan ketika berkata kepada manusia
maka Tuhan mengunakan bahasa dan ekspresi manusia. Firman yang datang dari
sorga masuk ke dalam dunia ini dan
menggunakan bahasa dunia ini sehingga telinga manusia dapat mendengar dan
memahami makna yang hendak dikemukakan Allah.
Ketika Allah menggunakan segala bentuk bahasa dan segala bentuk ekspresi
manusia maka penting untuk diperhatikan bahwa Dia tidaklah menjadi merosot
dalam keberadaanNya sebagai AKU ADALAH AKU.
Menimbang
“Barangkali” Dalam Firman Yang Datang Kepada Yehezkiel
Apa yang menarik dari kitab
ini adalah: pembukaan kitab ini dimulai dengan
Yehezkiel melihat kemuliaan Allah dalam sebuah cara yang sungguh luar biasa:
Yehezkiel
1:1
Pada
tahun ketiga puluh, dalam bulan yang keempat, pada tanggal
lima bulan itu, ketika aku bersama-sama dengan para buangan berada di tepi
sungai Kebar, terbukalah langit dan aku melihat penglihatan-penglihatan
tentang Allah.
Yehezkiel
mengisahkan bahwa saat itu adalah tahun ketiga puluh, maka inilah awal pelayanan kenabiannya dan pelayanan
kenabiannya bermula dari serangkaian penglihatan-penglihatan yang diterimanya.
Yehezkiel melihat theofani – theofani atau manifestasi-manifetasi ilahi dan
tidak hanya ditemukan pada Yehezkiel 1:2-28. Namun juga ditemukan pada:
a.8:3 : dan aku menerima penglihatan: Sungguh, ada kelihatan yang menyerupai seorang laki-laki, dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah kelihatan seperti api dan dari pinggangnya ke atas kelihatan seperti cahaya, seperti suasa mengkilat.b.40:2 dalam penglihatan-penglihatan ilahi ke tanah Israel dan menempatkan aku di atas sebuah gunung yang tinggi sekali. Di atas itu di hadapanku ada yang menyerupai bentuk kota.c.43:3 Yang kelihatan kepadaku itu adalah seperti yang kelihatan kepadaku ketika Ia datang untuk memusnahkan kota itu dan seperti yang kelihatan kepadaku di tepi sungai Kebar, maka aku sembah sujud.
Teofani-teofani
atau manifestasi-manifestasi ilahi yang sejenis seperti juga dialami oleh:
a.Yeremia, pada 1:9 “Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.b.Zakaria, pada 1:8-14 “Tadi malam aku mendapat suatu penglihatan: tampak seorang yang menunggang kuda merah! Dia sedang berdiri di antara pohon-pohon murad yang di dalam jurang; dan di belakangnya ada kuda-kuda yang merah, yang merah jambu dan yang putih. Maka aku bertanya: Apakah arti semuanya ini, ya tuanku? Lalu malaikat yang berbicara dengan aku itu menjawab: Aku ini akan memperlihatkan kepadamu apa arti semuanya ini!...”
Apa
yang dialami oleh Yehezkiel bukanlah pengalaman yang dialami dalam keadaan sedang tidur namun dalam
keadaan bangun atau sadar penuh. Berbeda dengan Yoel (2:28) atau Bileam yang
dalam keadaan rebah sambil matanya terbuka (Bilangan 24:3).
Apa
yang hendak saya tunjukan adalah,
Yehezkiel memulai pelayanan kenabiannya setelah dia berjumpa dengan TUHAN melalui
teofani-teopani atau manifestasi-manifestasi ilahi. Bahwa Dia mengalami pengenalan dengan TUHAN yang
berfirman kepadanya secara personal dan nyata; bahwa TUHAN telah memilih seorang
bernama Yehezkiel untuk menyatakan apa-apa yang akan dilakukan atau
dikehendakiNya di kemudian waktu. Hal
atau peristiwa mendatang namun dituturkannya “kini.” Sehingga sejak
mulai itu maka inilah yang terjadi: “firmanNya
kepadaku” atau “beginilah firmanNya” menjadi sebuah maklumat penting bahwa apa
yang diperkatakannya bukan berasal darinya dan sekalipun dia menyampaikan apa
yang didengar dan dilihatnya, tidak sedikitpun itu mengurangi kewibawaan atau
keaslian “firman yang datang kepadanya” kala “disampaikannya.”
Sehingga
kita dapat memastikan bahwa “barangkali” di dalam Yehezkiel bukan sebuah
kesalahan. Dan kini akan muncul sebuah pertanyaan, yaitu: “apakah TUHAN tidak
memiliki pengetahuan pasti sehingga tercuat sebuah kemungkinan yang baru akan
terlihat hasilnya setelah sebuah momen terjadi.” Tuhan dengan demikian tidak
memiliki pengetahuan sebelumnya atau tak memiliki pengetahuan yang akan datang.
Ketika TUHAN Menyindir Dengan “Barangkali”
Sebetulnya
kata “berangkali” tidak hanya akan anda temui di dalam Yehezkiel 12:3. Saya akan
sajikan beberapa contoh lainnya di dalam
Alkitab yang menggunakan kosa kata ini bahkan
terkait langsung dengan TUHAN:
-Lukas 20:13 dalam versi bahasa Inggris :
NIV "Then the owner of the vineyard said, 'What shall I do? I will send my son, whom I love; perhaps they will respect him.'
KJV “Then said the lord of the vineyard, What shall I do? I will send my beloved son: it may be they will reverence him when they see him."-Yeremia 26:3 Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat. juga pada 36:3, 36:7)
dan
-Yehezkiel 3:27 Tetapi kalau Aku berbicara dengan engkau, Aku akan membuka mulutmu dan engkau akan mengatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. Orang yang mau mendengar, biarlah ia mendengar; dan orang yang mau membiarkan, baiklah membiarkan, sebab mereka adalah kaum pemberontak."
Sekarang,
apakah memang TUHAN tidak maha tahu atau tidak pasti tahu atau tidak selalu
tahu setiap hal yang akan terjadi di
masa mendatang? Apakah Dia ternyata bukanlah “yang terdahulu dan yang terkemudian?”
(bandingkan dengan Wahyu 22:13, Yesaya 41:4, Yesaya 48:12, Wahyu 1:17, Wahyu
2:8). Bukankah Dia adalah YANG AWAL dan YANG AKHIR (Wahyu 21:6).
Jelas,
sebagaimana kita telah pelajari pada bagian 2A dan apa yang dinyatakan oleh
Yesaya atau Yohanes dalam Wahyu yang diterimanya di Patmos, jelas sekali bahwa TUHAN itu tak berubah
sejak dahulu kala, kini dan hingga pada masa mendatang. Sejak kekekalan hingga ke
kekalan. Jika Dia pada mulanya adalah Mahatahu maka kemarin, hari ini, dan akan
datang, Dia tetaplah DIA MAHATAHU!
Sindiran Itu Menelanjangi Realita
Sesungguhnya :
Mari
kita lihat sekali lagi:
Yehezkiel 12:3Maka engkau, anak manusia, sediakanlah bagimu barang-barang seorang buangan dan berjalanlah seperti seorang buangan pada siang hari di hadapan mata mereka; pergilah dari tempatmu sekarang ke tempat yang lain seperti seorang buangan di hadapan mata mereka. Barangkali mereka akan insaf bahwa mereka adalah kaum pemberontak.
Sekarang,
pertanyaannya adalah: apa yang mendasari TUHAN berkata “barangkali”? Situasi
seperti apakah yang menghasilkan sebuah
ketakpastian dalam “barangkali”? Tak kalah pentingnya dan malah yang terpenting
dari semuanya : Benarkah “barangkali” adalah sebuah kemungkinan atau sebuah
kemustahilan? Jika “barangkali” adalah sebuah kemungkinan yang dapat berarti “ya”
atau “tidak” secara aktual maka “barangkali” adalah sebuah kemungkinan rasional
yang berproses pada manusia-manusianya, dan dengan demikian adalah benar
TUHAN tidak mahatahu atau TUHAN tidak
selalu tahu atau tidak harus TUHAN selalu tahu. Hal yang telah saya sanggah
pada bagian 2A. TETAPI jika ternyata “barangkali”
tidak terkait pada sebuah kemungkinan rasional bagaimanapun untuk
menghasilkan bahkan sebuah potensi saja
untuk adanya sebuah tindakan “ya’ atau “tidak” maka dapat dikatakan bahwa “barangkali”
adalah sebuah sindiran pada manusia-manusianya.
Lalu,
apakah ada sebuah informasi yang dapat menentukan “barangkali” pada dua
kemungkinan yang baru saja dikemukakan tadi.
Yehezkiel
12:2 memberikan kita sebuah “indikator” gamblang, lugas dan pasti sehingga
menjadi sebuah dasar kokoh dan padat
untuk menentukannya. Mari kita perhatikan:
Yehezkiel 12:2Hai anak manusia, engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat dan mempunyai telinga untuk mendengar, tetapi tidak mendengar, sebab mereka adalah kaum pemberontak.
Sekarang
saya sandingkan dengan 12:3
Maka engkau, anak manusia, sediakanlah bagimu barang-barang seorang buangan dan berjalanlah seperti seorang buangan pada siang hari di hadapan mata mereka; pergilah dari tempatmu sekarang ke tempat yang lain seperti seorang buangan di hadapan mata mereka. Barangkali mereka akan insaf bahwa mereka adalah kaum pemberontak.
Pada
12:3 TUHAN menyuruh Yehezkiel melakukan sesuatu dan kemudian disuruh berjalan
di hadapan MATA kaum pemberontak.
Sekarang pertanyaan terpentingnya adalah: apakah mata kaum pemberontak itu dapat
melihatnya?
Jawabannya : TIDAK DAPAT
MELIHAT. Kata siapa? Bukan
kata saya tetapi kata TUHAN. Lihatlah ini:
“kaum
pemberontak, yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat”
Sekarang
jika demikian, jika tidak ada
kemungkinan sama sekali untuk dapat melihat? Apakah maksud TUHAN? Jika kaum pemberontak buta sehingga tidak bisa
melihat Yehezkiel dan apa yang dilakukan
olehnya sehingga dapat memiliki pengertian atau pemahaman dari melihat, lalu
mengapa TUHAN berkata “berangkali” mereka insaf?
Orang
buta mustahil melihat! Orang buta mustahil diharapkan untuk mendapatkan pengertian melihat dari jarak sepemandangan
mata! Jika buta mata jasmani saja sudah membuat orang buta melihat matahari
sebagai kegelapan, apalagi buta rohani! Maka pastilah terang rohani dari TUHAN
pun adalah kegelapan, dan begitulah kenyataan pada Israel yang tak dapat
melihat keberadaan diri mereka di MATA TUHAN adalah kaum pemberontak.
Pemberontak terhadap TUHAN tak sadar bahwa dia sedang memberontak pada TUHAN.
Sebuah keadaan buta dan gelap; sebuah
kegelapan melingkupi mereka dan tak dapat melihat TUHAN dan memahami TUHAN
dengan matanya dan dengan telinganya.
Dengan
demikian “barangkali” bukan sebuah indikator bahwa TUHAN tidak mahatahu
atau tidak selalu tahu. Sebaliknya, Dia
sungguh tahu dengan keadaan sesungguhnya dan TUHAN sedang menguatkan atau lebih
“membenderangkan” kebutaan atau kegelapan rohani mereka dengan memperlakukan
mereka seolah-olah mereka mempunyai mata
dan dapat melihat, padahal sekalipun mereka
mempunyai mata namun TIDAK MELIHAT alias BUTA!
Aku, TUHAN,
yang menyelidiki hati, yang menguji batin- Yeremia 17:10
AMIN
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN
No comments:
Post a Comment