Pages

21 April 2019

Kubur Dijaga Pasukan Bersenjata, Kebangkitan Kristus


Oleh: Martin Simamora

Sesudah Tiga Hari Aku Akan Bangkit

1.Kebangkitan Yang Diantisipasi Oleh Pasukan Bersenjata
Kematian dan penguburan Yesus seharusnya hal yang sangat biasa-biasa saja karena dalam pengadilan bersifat eksaminasi atas setiap klaim-klaim divinitas dan kuasa-kuasa ajaib nampak tak dijawab dan dilakukan sang Mesias. Mari kita mengingat kembali:
Markus 15:29-30 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"

Markus 15:31-32Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.

Bagi kebanyakan orang, pada hari pengadilan dan penyaliban sang Kristus Nampak jelas telah menjadi pengetahuan publik terkait apakah saja yang menjadi sentral ajaran sang Kristus dan siapakah ia dalam persepsi umum, jika demikian, seharusnya. Kalau kita mengamati apa yang tercatat dalam Markus 15:29-30 jelas sekali bahwa tak ada yang memahami hingga saat itu, apakah maksud pernyataan sang Kristus di bait Allah setelah kemurkaannya yang berbunyi: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19) sebagai jawaban atas tuntutan orang-orang Yahudi yang menuntut bukti yang memberikan dasar kokoh baginya untuk bertindak semacam ini: “Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya” (Yohanes 2:15). Tak ada satupun yang dapat memahami apakah yang benar-benar akan terjadi kala “dalam 3 hari bait suci itu benar-benar akan dibangunnya kembali.” Sebab jika benar memahaminya maka tidak mungkin akan berkata “turunlah dari salib itu dan selamatkanlah diri-Mu.” Kalau saja mereka benar memahaminya maka seharusnya inilah awal momen pembuktian dan penantian bagi siapapun bahwa ia benar-benar akan bangkit sebagaimana sang Kristus telah menyatakan bukti kemesiasannya.

Pun demikian, jika saja para imam memahami siapakah Yesus maka pasti tak akan terlontar dari mulut mereka perkataan semacam ini:” turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya”. Seperti telah saya nyatakan dalam serangkaian artikel belakangan ini, kemesiasan  Yesus dalam ekspektasi mesianik para imam dan juga orang-orang Yahudi adalah kemesiasan yang mampu menaklukan penguasa-penguasa dunia sehingga tegaklah pemerintahan mesianik berdasarkan pertarungan militeristik atau fisik yang akan disokong oleh rakyat jika saja mesias mau memimpin mereka. Ini tepat seperti diindikasikan oleh para murid kepada mesias mereka: “Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup." (Lukas 22:38)”. Tidak ada yang memahami selain pemahaman bahwa mesias seharusnya adalah semacam tokoh politik divinitas yang dapat menjadi pembebas mereka dari ketakadilan dunia, menegakan kembali kejayaan bangsa dan negara Yahudi dihadapan adidaya Romawi. Mesias seharusnya Raja Israel dalam balutan kekuatan politik dan militer. Bagi mereka, Yesus memiliki kapasitas dan kuasa dan itu yang dikehendaki.


Sehingga dapat dipahami jika kebangkitan sang Mesias adalah hal yang diantisipasi secara serius dan tak main-main, walau dalam persepsi politis bukan dalam pengakuan kebenaran perkataan Yesus. Itu sebabnya ketika mereka datang menghadap Pilatus, para imam mendudukan Mesias sebagai si penyesat dan para murid sebagai terduga konspirator kebangkitan Kristus:

Matius 27:62-65 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya."

Sehingga jadilah kubur ini dijaga oleh pasukan adidaya Romawi, walau telah mati dalam cara yang sangat memalukan dan terhina, dan para murid sendiri sebetulnya telah kehilangan keberanian untuk sekedar keluar dari tempat persembunyian mereka. Para murid tidak dalam posisi sedang berkumpul untuk berkonspirasi atau memiliki kekuatan untuk menggalang massa simpatisan untuk melakukan sebagaimana dilaporkan kepada Pilatus, sebab faktanya inilah yang terjadi dengan mereka:

Yohanes 20:19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.

Para murid sedang dalam fase ketakutan yang membuat mereka mengunci rapat diri mereka, bahwa mereka secara total bukan saja menarik diri dari pergaulan sosial tetapi paling utama mereka tidak ingin dikenali sebagai para murid mesias yang telah mati dihukum sebagai penjahat/pemberontak. Para murid Kristus yang 11 itu bukanlah tipe para pemberani, apalagi Petrus tak mungkin juga menjadi pemimpin 11 untuk merampok mayat Yesus berhadap-hadapan dengan pasukan Romawi yang memiliki pengalaman tempur menaklukan pasukan-pasukan perkasa berbagai bangsa taklukannya.

Di sini, kematian Yesus, bagi para imam, tetap sebuah kematian yang tak selesai, atau tak membuat Yesus selesai, karena perkataan-perkataannya sewaktu eksaminasi di Mahkamah Agama telah menyisakan kegelisahan yang tak bisa diabaikan oleh hati nurani mereka:
Lukas 22:66-71 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami." Jawab Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa." Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." Lalu kata mereka: "Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri."

Para imam memiliki sebuah persepsi tersendiri terhadap Yesus pasca pemeriksaan kala itu, jawaban-jawaban Yesus begitu penuh kuasa atas jiwa mereka-menghakimi jiwa mereka ketika sang mesias berkata: “sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya..” Apakah yang dikatakan oleh mesias adalah pernyataan yang menjelaskan siapakah Yesus dalam ia disalibkan dan dalam ia memasuki kematian! Sang Mesias berkata mengenai relasinya dengan Bapa dalam sebuah pernyataan yang menunjukan kemesiasannya jauh lebih agung dan tak dapat didekati oleh siapapun kelak yang mengaku-aku bahwa dirinya adalah mesias. Beginilah mesias menyatakan relasinya dengan Bapa pada persidangan Mahkamah Agama tersebut: Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa. Sebuah pernyataan mesias yang segera dipahami oleh para imam bahwa dengan demikian ia adalah Anak Allah: Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Sebuah kebenaran yang dapat diucapkan oleh lidah mereka namun tidak oleh jiwa mereka. Berakhir dalam marah penuh frustasi: "Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri." (Lukas 22:71).

Sehingga di sini kita dapat memiliki gambaran yang cukup kuat, mengapa sampai perlu para imam mengantisipasi kebangkitan mesias tersebut dalam 2 pendekatan: pertama pendekatan militer: bahwa jika Yesus dapat ditangkap di Getsemani, maka seharusnya Yesus yang bangkit dapat juga ditahan oleh pasukan bersenjata militer Romawi yang memiliki pengalaman tempur global; kedua pendekatan konspiratif: bahwa jika benar para murid berkonspirasi untuk mencuri mayat Yesus agar terbukti benar kebangkitan Yesus, maka dengan sangat mudah dapat dipatahkan dan dibongkar oleh pasukan Romawi.

Para imam ini tentu saja tak berekspetasi bahwa kebangkitan Yesus akan berupa kebangkitan seorang Anak Manusia yang memiliki kuasa mengatasi segala kuasa sehingga sampai-sampai pasukan Romawi bisa takluk. Jadi walaupun benar para imam mengantisipasi kebangkitan Yesus, sangat jelas ini atau apa yang diantisipasi para imam, seharusnya seperti kebangkitan manusia dari kematian (yang mungkin saja peristiwa orang mati bangkit dari kematian bukan cerita baru kala itu) pada umumnya yang mereka bisa kenali dan ketahui, tanpa kuasa divinitas yang memancar dan mewujud dalam kuasa yang menaklukan kekuatan dunia manapun juga.


2.Ia Bangkit Tidak Seperti Manusia Yang Takluk Pada Kematian,Para Parjurit Roma Gentar
Injil memberikan catatan yang penting terkait kebangkitan Yesus, bukan saja ia tidak bangkit seperti manusia biasa dalam pemikiran benak banyak orang, namun menunjukan bahwa tidak ada satu kuasa adidaya yang dapat mencegah mesias bangkit, bahkan kuasa kubur dibawah permukaan bumi harus goncang ketika ia bangkit:

Matius 28:2-3 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.

Ia telah mati dengan membawa masuk pekerjaan-pekerjaan yang tuntas di salib itu, dan ia juga keluar dari dalam kubur itu sebagai seorang yang membawa penyelesaian gemilang untuk menggenapi pada dirinya sendiri: tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24).

Sementara para parjurit Romawi, batu kubur yang besar dan segel kerajaan Romawi tak kuasa menahan Yesus tetap dalam kubur, apa yang sangat penting adalah kesaksian malaikat yang memberitakan peristiwa penaklukan kuasa maut/alam kubur oleh sang mesias. Ini menjadi sangat penting karena kesaksian malaikat bukanlah berita baru atau semacam updating atau pengkinian berita yang mungkin saja Yesus kurang lengkap atau prediksinya kurang jitu terhadap kematian dirinya, tetapi benar-benar penegasan yang bersifat titik dan tidak ada koma-nya. Perhatikan kesaksian malaikat kepada para perempuan:

Matius 28:5-6 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.

Malaikat memberitakan kebangkitannya dalam sebuah cara yang membanggakan dan penuh sukacita melihat sang Mesias bukan saja masuk kedalam kematiannya sebagai pertama-tama telah selesai melakukan segala sesuatu pada momen-momen di salib itu -(kita tak tahu secara pasti apakah wujudnya, tetapi kita sangat tertolong dengan penjelasan Yesus bahwa penyalibannya sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, artinya ketika ia ditinggikan maka secara pasti kuasa Allah yang memberikan keselamatan sedang berformasi dan sedang terkonstruksi pada tubuh Yesus sehingga Ia benar-benar menjadi juruselamat dunia. Untuk membantu apa yang saya maksud saya akan mengutipkan kitab Bilangan terkait apa yang terjadi pada diri Yesus pada minimalnya berdasarkan  peristiwa ini: Bilangan 21:8-9 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup, dan pada posisi inilah Ia masuk ke dalam dunia kematian)-tetapi melihat sang mesias begitu gemilang menaklukan dunia kematian dan bangkit dari kematian sebagai sang pemenang yang gemilang dan memiliki kuasa pemerintahan atas maut pada tangannya.

Malaikat yang menampakan kehadirannya dalam kemuliaan semacam ini: Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju (Matius 28:3), pada finalnya memberitakan bukti kebangkitannya dalam cara yang sangat signifikan, karena apa yang signifikan itu adalah apa yang dijaga oleh pasukan Romawi dan apa yang ditutup dengan batu besar dan apa yang disegel dengan segel kerajaan Romawi! Malaikat itu kepada perempuan-perempuan itu berkata: Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Apakah ada jasad Yesus? Tidak ada! Mengapa? Apakah karena dicuri oleh siapapun juga? Tidak? Lalu? Karena Ia telah bangkit? Kata siapa? Kata Yesus! Kapankah Ia berkata demikian? Sebelum segala sesuatunya terjadi.

Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.- Matius 28:6


Selamat Paskah
Lihatlah, Ia Telah Bangkit
Ia Telah Bangkit!
(Martin Simamora beserta Keluarga)
Solus Christus
Soli Deo Gloria






No comments:

Post a Comment