Pages

05 May 2019

Inilah Tubuhku Yang Telah Bangkit Dari Antara Orang Mati


Kebangkitan  Kristus Pada Hari Itu
Sesuai Dengan Kitab Suci Versus Konspirasi Mahkamah Agama Dengan Pasukan Romawi
Oleh: Martin Simamora



A.Berita Kebangkitan Yesus Di Tengah-Tengah  Tirani Konspirasi Mahkamah Agama dengaan Pasukan Romawi
Yesus sendiri telah mulai menjadi komoditas politik agama yang sangat penting bagi para pemuka agama Yahudi bersama-sama dengan penguasa Romawi kala itu, dan secara strategis telah dibangunkan sebuah narasi terkait hilangnya jasad Yesus yang sedemikian rupa disusun agar publik memiliki pengetahuan umum yang resmi bahwa Yesus tak pernah bangkit sebagaimana dikabarkan para murid. Ini tentu saja bukan narasi tanpa kekuatan politik dan sokongan militeristik sebab  apa yang hendak dihasilkannya adalah menekan kebenaran apapun yang telah terjadi pada kubur kosong tersebut sebagaimana telah dikatakan oleh Yesus, dan malaikat pada kubur kosong tersebut.

Catatan yang disajikan Injil Matius 28 memberikan sebuah pesan penting yang akan meletakan dasar mengapa pemberitaan kebangkitan Kristus bukan saja memiliki posisi signifikannya adalah kegenapan kitab suci yang berhadapan vis a vis dengan kebenaran yang ditegakan oleh para pemuka agama yang sangat politis, tetapi kebangkitannya adalah penggenapan kemesiasan yang dinantikan dan telah tertulis dalam kitab suci dalam sebuah cara yang menunjukan kegagalan manusia secara total untuk sekedar mengerti keselamatan yang datang dari Allah:

Matius 28:11-15 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.

Apa yang hendak dihadapi dan dibendung oleh mahkamah agama Yahudi adalah bagaimana caranya agar kebenaran ajaran Yesus mengenai dirinya sendiri yang bersentral pada 3 peristiwa penting: penyaliban-kematian-kebangkitan lenyap sebagai sebuah dusta terbesar yang pernah diucapkan oleh seorang yang mengakukan didirinya adalah mesias. Problem Yesus dan pihak mahkamah agama memang sangat kompleks bukan karena isu dan problematikan teologis dan apalagi kebahasaan/linguistik. Tak ada problem terkait kemampuan Yesus dan pihak mahkamah agama dalam memahami dan apalagi menafsir kitab suci berdasarkan bahasa-bahasa aslinya. Problem tafsir-jika itu mau disebutkan demikiaan-justru muncul ketika Yesus meletakan dirinya sebagai satu-satunya dasar dan cara pandang untuk memahami dan menafsir kitb suci. Mari kita melihat sejumlah hal terkait ini:

Matius 5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Siapapun ahli agama Yahudi ketika membaca pernyataan Yesus ini, akan menemukan sebuah problem sangat mendasar yaitu: bagaimana mungkin Yesus dapat memiliki kedivinitasan semulia firman yang diturunkan oleh Yang Mahatinggi melalui para nabi sucinya sehingga berani untuk bersabda terhadap firman tertulis  yang memang menantikan penggenapannya bahwa dirinya datang untuk menggenapinya? Bukankah Allah saja yang sanggup mengerjakan apa yang dikatakan-Nya sejak ini dalam mengerjakannya membutuhkan otoritas dan kuasa yang tak ada siapapun diluar dan disamping diri-Nya sendiri akan dapat memilikinya? Bukankah Allah melalui nabi Yesaya pernah berfirman :


Yesaya 42:8 Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain…

Yesaya 48:11 Aku akan melakukannya oleh karena Aku, ya oleh karena Aku sendiri, sebab masakan nama-Ku akan dinajiskan? Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain!"

Sehingga memang diri Yesus ketika berkata Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya, memang segera menimbulkan konflik yang tajam terutama terhadap pihak mahkamah agama. Tetapi apapun yang terjadi dalam sudut pandang mahkamah agama, mereka tak dapat berbuat apapun secara segera oleh sebab Yesus hadir dihadapan dan diantara masyarakat  Yahudi bukan saja sebagai pengajar tetapi juga dalam substansi yang menyingkapkan secara parsial bahwa ia memang sebagaimana ia katakan. Mari kita melihatnya:

Markus 1:21-28 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah. Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.

Kita di sini melihat apa sebenarnya yang sedang dihadang Mahkamah Agama tak mungkin dihadang dengan kekuatan fisik dan militer sebab ini bukan belaka kharisma, pengaruh dan besarnya pengagum Yesus tetapi siapakah Yesus. Kita bahkan melihat Yesus dalam pandangan publik menunjukan Yesus bukan sekedar orang berpengaruh tetapi berkuasa atas kuasa yang pemerintahannya tak terlihat, sebagaimana terlontar dari mulut masyarakat: “Apa ini? Suata ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat  kepada-Nya.” Sehingga kalau kita meninjau kebelakang, dapat dipahami betapa dahsyatnya cemooh massa terhadap Yesus yang nelangsa dalam rankai siksaan dan hinaan dalam penghukuman yang begitu memalukan dan menista martabatnya.

Setelah Yesus menyatakan dirinya adalah sang penggenap Kitab Suci, ia kemudian mulai menghakimi pihak mahkamah agama yang berotoritas dalam mengajarkan dan menafsirkan kitab suci. Ini bukan sekedar penghakiman salah dalam menjelaskan dan mengajarkan kitab suci, tetapi sebuah penghakiman yang tak mungkin dilakukan jika bukan ia adalah Allah. Perhatikan ini:

Matius 5:19-20 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Siapakah Yesus sehingga menghakimi sebelum saat dan kesudahannya? Apakah tak terlalu dini dalam menghakimi para manusia? Apakah ia memiliki kemahatahuan yang bahkan siapakah teolog atau ahli agama yang sanggup mengkategorikan kemahaan jenis apakah yang mungkin diidentifikasikan bagi manusia Yesus, tanpa menimbulkan komplikasi yang mungkin ditimbulkan kala melabelkan kedivinitasan absolut Allah pada kemanusiaan Yesus?

Itu sebabnya, pihak mahkamah agama secara ketat mencatat dan memperhatijan kesalahan-kesalahan Yesus sebaagai dasar menghakimi Yesus karena ia sekalipun manusia berperilaku layaknya Allah? Satu-satunya yang tak memungkinkan mereka mengeksesekusi Yesus sebelum tiba waktu yang Yesus kehendaki, adalah Yesus bukan sekedar berperilaku tetapi ia adalah sebagaimana ia katakan, dan segera mengkonfrontasikan penghakiman mereka bahkan sejak mereka menghakiminya dari dalam hati dan pikiran. Perhatikan ini:

Markus 2:2-8 Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni! Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?

Mengapa penghakiman terhadap Yesus tak bisa segera dieksekusikan pada Yesus, itu pertama-tama  terkait dengan kedivinitasan Yesus yang hadir menyertai Yesus dalam sebuah cara yang menunjukan bahwa Yesus adalah pemilik dan berotoritas penuh atas kuasa yang ada pada dirinya, termasuk kuasa pengampunan atas dosa. Apa yang tak dapat disangkali dan menimbulkan jurang pemisah yang dalam dan lebar antara Yesus dan pihak agama adalah kuasa dan otoritas Yesus atas dosa yang membelenggu manusia dalam deraan-deraan derita yang datang secara langsung atau bahkan yang tak ada kaitannya sama sekali seperti dua peristiwa ini:-siapakah yang dapat berlaku secara demikian?

Peristiwa pertama: deraan derita terkait dosa
Markus 2:10-12 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--: Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."

Peristiwa kedua: deraan derita tak terkait dosa sama sekali
Yohanes 9:2-18 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja… Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: "Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat." Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: "Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?" Jawabnya: "Ia adalah seorang nabi." Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya

Ketika hari Sabat memberkati dan merestui Yesus dan penyembuhan yang dilakukannya, apa lagi yang dapat dilakukan oleh pihak mahakamah agama. Pemeriksaan yang ketat pada orang yang diduga dahulu buta dan pada orang tuanya, telah membuat Yesus begitu sukar untuk segera diseret begitu saja dalam penghakiman dan penghukuman mematikan seperti rajam hingga mati, hingga mereka mendapatkan momen pada peristiwa penyaliban tersebut.

Tetapi apa yang harus kita mengerti bahwa sebetulnya konspirasi agama politis pada hari setelah kebangkitan Yesus yang dilakukan oleh pihak mahkamah agama Yahudi, bukanlah hal yang baru, sebab saat Yesus begitu sukar untuk dilenyapkan, maka mahkamah agama melakukan intimidasi pada siapapun yang mau mengakui kemesiasan Yesus:

Yohanes 9:18-23 Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: "Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?" Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri." Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri."

Dengan kata lain, permusuhan antara Yesus Sang Kristus dengan pihak mahkamah agama adalah permusuhan yang begitu tajam dan begitu dalam untuk dapat dipulihkan dan direkonsiliasikan bahkan dalam sebuah keterbukaan dialog, seperti memang pernah dilakukan dan dalam salah satu upaya untuk membunuh Yesus dengan cara merajaminya hingga mati sebagai konsekuensi menghujat Allah (dengan menunjukan dirinya adalah penggenap firman Allah dan dirinya adalah Anak Allah):

Yohanes 10:30-39 Aku dan Bapa adalah satu." Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan--, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Sehingga kita dapat mengetahui bahwa penyaliban Kristus dalam konspirasi mahkamah agama dan penguasa negara kala itu, bukanlah usaha untuk menangkap Yesus, yang tunggal. Ada momentum-momentum seharusnya Yesus dapat segera saja dihukum mati tanpa peristiwa salib, yaitu hukum rajam sebagaimana normalnya. Tetapi itu terjadi, karena satu hal saja: belum waktunya:

Yohanes 13:1… Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa

Matius 26:2-4 Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan. Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia. Tetapi mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."

Mengapa tak mudah untuk menangkap Yesus? Karena tantangan yang dihadapi oleh mahkamah agama tak main-main mengingat Yesus bukan saja memiliki ketokohan tetapi karena Yesus dan perkataannya adalah ya dan amin. Jika kegelapan terpekat lahir dalam kelompok paling religius dan paling berotoritas atas kitab suci, maka mereka pasti harus memastikan keguguran kemesiasannya yang telah sempat didekap erat-erat oleh publik walau dalam ekspektasi yang keliru.  Konspirasi yang agung dan kompleks harus dirancang, tak bisa hanya sekedar mati dan sekedar dihinakan dalam ke-ekstrim-an yang mungkin dibangun. Itu saja tak akan cukup untuk menggugurkan kemesiasannya, harus disertai dengan sebuah konstruksi yang theologis agar ia dalam perjalanan menuju salib itu, publik bisa secara deklaratif mempertaruhkan nyawanya kedalam tangan iblis agar kemesiasan Yesus gugur. Bukankah hal ini terjadi dalam konspirasi hitam mahkamah agama yang memperdaya public agar pada akhirnya membenci dan melepaskan pengharapan mesiansik pada mesias yang begitu mengasihi mereka dengan kasih Allah yang begitu besar dan tak dapat gagal walau mereka secara mengerikan meneriakan permusuhan yang tak mungkin mereka pulihkan sediakala dan apalagi mendapatkan pengampunan? Perhatikan ini:

Matius 27:23-26 Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.

Kita juga dapat memahami mengapa keterlibatan serdadu-serdadu Romawi sebagai representasi Penguasa Romawi bukankah keterlibatan yang sederhana namun begitu vital bagi rekayasa kebenaran oleh mahkamah agama untuk menghadapi kemungkinan paling menakutkan jika kubur kosong itu menjadi berita kebangkitan Yesus, bukan berita mayat Yesus telah dicuri. Perhatikan keterlibatan pasukan Romawi yang kental dengan perjumpaan penguasa dunia paling digjaya dengaan pemerintahan Allah Bapa dalam diri  Yesus Kristus, Anak Allah:

Matius 27:27-31Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.



B.Bukan Dilahirkan Oleh Kredo Tetapi Oleh Kesaksian Kristus yang Telah Bangkit Dari Antara Orang Mati
Itu sebabnya sejak dini pada hari kebangkitan tersebut, kebenaran kebangkitan Kristus adalah ini: “para murid datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur,” sementara 11 murid utama Kristus bersembunyi dalam ketakutan.  Begitulah  kabar itu tersiar bertahun-tahun lamanya  sehingga bukan sebuah hal mudah untuk dihadapi oleh gereja dan orang-orang beriman kepada Kristus pada era perdana  kekristenan, bahkan hingga kini! Itu sebabnya kita dapat memahami bahwa surat-surat   kepada para jemaat memiliki dua sisi kesaksian sekaligus yaitu kebenaran penggenapan kitab suci dan menentang kebenaran bersifat politis yang disusun bersama oleh para imam-imam kepala, tua-tua dan para serdadu Romawi. Coba perhatikan bagian surat ini yang secara actual dan terbuka menghadapi realitas kubur kosong versi mahkamah agama, bukan saja menekankan aspek iman atau percaya walau tidak melihat tetapi mengajukan bukti otentik yang  saat itu memang masih memiliki saksi-saksi hidup dan tidak terlalu jauh dengan peristiwa sejarah tersebut:

I Korintus 15:14-20Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.

Bukan perkara gampang untuk memberitakan kebangkitan seorang yang sudah begiitu jauh di belakang sejarah, apalagi sejarah itu pertama-pertama bukan dituliskan dan disuarakan oleh para murid utama Kristus, tetapi dituliskan oleh para imam kepala dan tua-tua dan disuarakan oleh serdadu-serdadu bayaran. Jadi manakah yang benar? Versi mahkamah agama atau versi para murid yang terlanjur dicap oleh otoritas pemerintah sebagai pencuri dan pendusta?

Menjawab tantangan kebenaran ini, rasul Paulus dalam hal ini tak hanya menjawab pada aspek kesejarahan Kristus tetapi pada aspek kebenaran rohani yang terkandung dalam Kristus bagi setiap orang percaya yang dilahirkan oleh karya Kristus pada salib itu, itu sebabnya jawaban Paulus secara terbuka berhadap-hadapan dengan berita Kristus yang lebih dulu tegak di kalangan publik dengan pernyataan korektif: “tetapi yang benar ialah bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” Anak kalimat pertama adalah kebenaran kesejarahan Kristus yang sesungguhnya, anak kalimat kedua adalah kebenaran divinitas yang terkandung dalam Kristus bahwa kebangkitannya dari antara orang mati memang adalah sebuah penggenapan atas ajarannya sendiri mengenai kebangkitan dan kematiannya: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah- Yohanes 12:24.  Singkatnya kematian Kristus bukan saja memiliki kebenaran pada kesejarahannya tetapi kebenaran kekal yang terkandung pada dirinya dan terus bekerja menjangkau segala zaman setelah kematian dan kebangkitannya.

Tentu saja rasul Paulus bukanlah seorang yang hidup bersama-sama dengan sang Kristus sebelum kematian dan kebangkitannya, dan apalagi setelahnya hingga hari Pentakosta, itu sebabnya rasul Paulus mengacukan kebenaran kesejarahan Yesus pada kesaksian rasul-rasul utama dan para murid-murid lingkar lebih besar yang menjadi saksi-saksi utama Kristus:

1Korintus 15:5-7bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.

Kita harus juga mengerti dan mengetahui bahwa Paulus sendiri adalah seorang rasul yang memiliki otoritas dan kuasa pengajaran yang diakui diantara para rasul sementara memang ia sendiri adalah seorang rasul yang paling belakangan sebagaimana ia sendiri mendudukan dirinya:

1Korintus 15:8-9 Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.

Paulus memiliki posisi yang unik terhadap berita kebangkitan Kristus, sebab sebelumnya ia adalah pihak yang menentang dan membasmi dusta yang dibangun di atas kredo ini. Dan ketika Paulus memberikan pembuka semacam ini:

1Korintus 15:3-4Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci

Maka “sesuai dengan kitab suci” terkait “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita” dan “Kristus telah dikuburkan dan telah dibangkitkan pada hari yang ketiga” sedang menunjukan dua hal sekaligus: pertama bahwa ini bukan sebuah kebenaran yang dilahirkan oleh atau bentukan kredo-kredo suci apapun yang menyuarakan kebenaran-kebenaran ini tetapi peristiwa tersebut memang harus terjadi di muka bumi sebagai kehendak Allah yang telah dituliskannya sejak awal sebelum Kristus itu sendiri datang dan turun ke dalam dunia ini. Menuliskan “sesuai dengan kitab suci” dengan demikian menunjukan bahwa kesejarahan Kristus itu sendiri bukan semata sejarah manusia yang dituliskan oleh para imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, Herodes, Pilatus, dan rakyat banyak yang berteriak salibkan dia! Sebab semua boleh terjadi karena kuasa Allah sendiri menuliskannya melalui Sang Mesias.

Dengan menuliskan “sesuai dengan kitab suci”, Paulus juga sedang menunjukan otoritas rohani kerasulannya adalah otoritas yang tunduk kepada kitab suci, sebuah kontradiksi yang begitu tajam pada dirinya sebagai dahulu adalah penganiaya jemaat yang begitu tunduk pada otoritas kitab suci. Tentu saja ini menunjukan bahwa pengajarannya bukan pengajaran tersendiri diantara para rasul utama, tetapi pengajarannya adalah pengajaran yang datang dari otoritas yang sama yaitu kitab suci. Paulus sendiri adalah rasul yang memiliki kerasulan yang diakui oleh semua rasul lainnya:

Galatia 2:7-9 Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat  --karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat. Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat;

Kita harus mengerti bahwa ketakutan yang membelenggu para murid sudah tak memungkinkan bagi mereka untuk memiliki kegairahan rohani yang bagaimanapun sebab ekspektasi mesianik yang diusung begitu jauh perbedaannya sejauh langit dan bumi. Petrus beserta para murid lainnya bahkan sudah melempar jala lagi sebagai sebuah upaya membangun kehidupan yang lebih baik lagi:

Matius 21:1-3 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.

Adalah kesukaran yang begitu tinggi bagi mereka untuk memahami peristiwa Getsemani hingga peristiwa salib yang begitu horror bagi mereka. Apalagikah yang tersisa? Semua kenangan-kenangan mujizat Yesus dalam benak mereka telah menjadi  rekaman-rekaman arkeologis, tanpa kehidupan dan tanpa sebuah pengharapan. Apalagi yang harus dilakukan, mari kita memulai sebuah kehidupan normal.

Bagi mereka dan siapapun, untuk memahami Yesus adalah mesias, juruselamat manusia dan apalagi seorang penebus salah atau dosa yang membelenggu manusia adalah sebuah kegilaan sendiri. Entah siapa yang mau begitu bodoh masih mau mempercayainya lagi?

Para murid jelas tak sama sekali berusaha mencari dan apalagi memiliki kegairahan rohani yang berapi-api. Tak mungkin mereka dapat bangkit lagi dari kematian rohani hingga Kristus harus menjumpai mereka dan memberikan kuasa peenggembalaan terhadapa  domba-domba yang akan datang dan masih jauh di depan dan belum lagi terlihat mata:

Yohanes 21:15-17Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Kebenaran kebangkitan Kristus tidak dibangun oleh kredo, tetapi oleh Kristus. Petrus bahkan dalam pamggilan yang menyedihkan hatinya itu, pun tahu bahwa kesudahan hidupnya dalam memberitakan Kristus yang bangkit dari antara kematian, tidaklah berakhir dalam kematian yang siapapun mau mengalaminya. Tetapi Petrus tak memiliki pilihan selain harus menjalani kehidupan yang telah dituliskan oleh mesiasnya itu:

Yohanes 21:18-19  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Para pemberita injil kebangkitan Kristus dari antara orang mati adalah para rasul yang telah mengetahui dengan baik bahwa terhadap dunia mereka akan sangat lemah.  Mereka tidak punya pilihan lainnya selain satu saja: mendengarkan dan mentaati ajakan Kristus yaitu: ikutlah Aku. Ikutlah Dia walau  di dunia ini ia harus diikat dan dibawa ke tempat yang  tidak dikehendakinya. Petrus sendiri mengenai penderitaan dalam hidup ini menuliskan begini dalam:

1Petrus 2:19-20 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.

2Petrus 1:11-14 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Kristus bagi para murid bukan sekedar teladan tetapi adalah hidup itu sendiri. Walau mereka sempat memasuki era tergelap dalam hidup mereka, Kritus yang telah bangkit dari antara orang mati tepat sebagaimana ia sendiri telah mengatakan kepada mereka telah membuat relasi antara diri-Nya dengan para murid dan setiap orang yang akan menjadi pengikut-Nya bukan sekedar membuat-Nya adalah teladan, karena ia mati di salib dan bangkit dari antara orang mati agar diteladani tetapi agar memiliki hidup yang memang ingin dihasilkannya bagi siapa yang akan ditarik-Nya: jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24).

Bagi para murid Yesus, sebagaimana rasul Paulus dan para murid di era lebih kontemporer hingga kini, percaya kepada Yesus adalah hidup dalam penggembalaan-Nya melalui persekutuan: jiwa dengan firman yang dapat kita baca, jiwamu dengan-Nya dalam doa-doamu, jiwamu dengan penyertaan dan pemeliharan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari, jiwamu dengan ketaatan dalam kasih dan pengenal akan kuasa Kristus terhadap kebenaran-Nya dan bukan dunia ini, jiwamu dengan Roh Kudus yang bersemayam dalam dirimu untuk senantiasa bersaksi pada jiwamu akan keselamatanmu dalam-Nya, akan kebenaran-Nya bahwa Ia adalah penggenap kitab suci sehingga kebenaran yang kita miliki dalam setiap ketaatan dan dalam setiap penundukan diri pada kekudusan-Nya datang dari diri-Nya yang adalah penggenap kitab suci.

Lukas 24:20-27 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.


Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah

No comments:

Post a Comment