Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu bagian17
Memang sungguh sulit untuk dibantah
bagaimana Yesus secara ketat mengaitkan dirinya dengan Perjanjian Lama;
tudingan kelompok ateis bahwa Yesus
tidak lebih baik daripada Tuhan Perjanjian Lama atau setidak-tidaknya Yesus memangmengafirmasi
semua kitab Perjanjian Lama dengan demikian dimanipulasi untuk justru
mengontradiksikan Yesus dengan nubuat-nubuat Perjanjian Lama atau bahkan
dikatakan bahwa Yesus terkait dengan PL semata-mata adalah rekayasa semua
penulis Injil!
Namun bagi orang percaya sejati, Injil Markus. Misalnya,
justru akan memberikan sebuah sudut pandang yang sangat keras terkait relasi
kokoh antara Yesus dan Perjanjian Lama :
Markus 9:2-7 “Enam
hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan
mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian
saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,(3) dan pakaian-Nya sangat
putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang
pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan
Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.(5) Kata Petrus
kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah
kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk
Elia."(6) Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya,
karena mereka sangat ketakutan.(7) Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari
dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah
Dia."
Injil Matius memberikan juga sebuah perspektif yang sangat
ketat terkait relasi antara Yesus dengan Perjanjian Lama, khususnya Musa:
Matius 19:6-8 “(6) Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak
boleh diceraikan manusia."(7) Kata mereka kepada-Nya: "Jika
demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai
jika orang menceraikan isterinya?"(8)Kata Yesus kepada mereka:
"Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu,
tetapi sejak semula tidaklah demikian.”
Injil Yohanes pun memberikan perspektif yang sangat integral
antara Yesus dengan Perjanjian Lama:
Yohanes 7:19,21-23 “(19)Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun
tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu
berusaha membunuh Aku?"(21)
Jawab Yesus kepada mereka:
"Hanya satu perbuatan yang Kulakukan dan kamu semua telah heran.(22) Jadi:
Musa menetapkan supaya kamu
bersunat--sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek
moyang kita--dan kamu menyunat orang pada hari Sabat!(23) Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat,
supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa
kamu marah kepada-Ku, karena Aku
menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat.
Kemudian, Injil Lukas
memberikan sebuah perspektif bahwa memang benar kitab para nabi dalam PL bertutur tentang
dia, bahwa kitab purba itu bertutur tentang Allah yang hidup dan KEKAL :
- Lukas 5:13-14 “(13) Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.(14) Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
- Lukas 20:34-38 “(34) Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan,(35) tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.(36) Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.(37) Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.(38) Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”
- Lukas 24:44 “Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."
Yesus
bahkan memberikan pengotentikan atas kitab purba dan kerap dipandang usang oleh
hampir semua manusia dalam sebuah cara yang mencengangkan. Mencengangkan sebab
Yesus tidak hanya mengafirmasi pada kitab dan peristiwa tragis air bah dan
musnahnya Sodom dan Gomorah, tetapi secara telak memberikan sebuah kesamaan
pada era MASA MENDATANG! Kitab-kitab purba dan usang itu oleh Yesus dinyatakan
sebagai refleksi masa depan dunia dan manusia dalam sebuah tragedi akibat dosa
dan pemberontakan terhadap kehendak Allah :
- Lukas 17:26-27 “ (26) Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia (27) mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.(28) Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun.(29) Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua.(30) Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.
Yesus dalam hal ini menyatakan “penentuan Allah sebelumnya”
atau “predestinasi” atas peristiwa-peristiwa dan manusia masa depan terkait
bagaimana dunia fana ini akan menghadapi realita yang telah ditentukan oleh
Allah, dimana kelak Anak Manusia
menyatakan diri-Nya. Tidak ada yang akan menganggapnya; akan dipandang hanyalah omong kosong belaka; yang
pada dasarnya berbagai pikiran dan sangkaan yang menyatakan bahwa hal semacam
ini tidak masuk akal, merujuk fakta yang menunjukan Allah tidak memiliki
kedaulatan total atas SEGALA sesuatu. Toh... orang yang menentang “penentuan sebelumnya,” dapat berkata bahwa semua manusia bebas untuk berbuat
suka-sukanya; Tuhan diam saja atas kemerajelelaan dosa. Kemerajalelaan dosa
telah dinilai sebagai ketidaan atau
ketakberdayaan Tuhan. Cara Allah menjelankan pemerintahannya; cara
Allah merencanakan perjalanan semua ciptaan-nya dalam cara “semacam” ini telah
disalahmengerti sebagai sebuah ketiadaan Tuhan atau Tuhan memiliki kedaulatan
terbatas. Kita telah melihat dalam
peristiwa-peristiwa “mikro” seperti pada Petrus, Yakobus, atau pada
bagian-bagian yang lebih awal : Ayub, tidaklah demikian.
Allah telah menetapkan sebelumnya atau penentuan oleh Allah
atau predestinasi merupakan sentral untuk memahami keberadaan Allah pada
situasi-situasi yang membuat kita akan menyangka bahwa Allah sama sekali tidak ada atau omong kosong; kala manusia menuding Allah tidak ada didalam
bencana, tragedi, kematian. Ya...seperti yang dipikir atau disangka
oleh isteri Ayub. Sangkaan semacam ini
JUSTRU akan mengafirmasi penentuan sebelumnya oleh Yesus
terkait kondisi manusia jelang
kedatangannya kembali yang akan seperti era Nuh dan era Lot- seperti sudah
dikemukakan-Nya dalam lukas 17:26- 27.
Sepatutnya anda tidak terburu-buru berprasangka buruk terkait
hal ini, walau saya sendiri dapat memahami ketika hal ini dipandang sangat
buruk. Secara umum tidak hanya ada
banyak orang Kristen yang menentangnya, tetapi juga kaum ateis; hanya saja kaum
ateis jauh lebih taktis dan cerdas menyerangnya sehingga memiliki dampak
langsung pada impresi hancurnya kredibilitas pada pertama-tama para penulis
Injil yang pada akhirnya tanpa dapat ditahan-tahan lagi menjadikan Yesus
sebagai percuma dan omong kosong untuk anda jadikan tumpuan keberimanan anda.
Tentu dalam hal ini saya menyatakan ini untuk sebuah kepentingan mendasar bahwa
Yesus Kristus dan kitab suci anda telah lama disudutkan oleh realita yang mereka
temukan, namun anda sangkali ; dalam hal ini anda tidak dapat memberikan
sanggahan apapun yang berarti kepada mereka yang secara serius dan sepenuh hati
menghancurkannya, sebab anda sendiri telah membuang jauh-jauh perihal penentuan
sebelumnya atau predestinasi jauh-jauh dalam kehidupan beriman anda. Hal yang
mengerikan karena dengan demikian menjadi tak jelas, siapakah Yesus yang sedang
anda imani sebagai sebuah konsekuensi logis kala anda membuangnya (dalam hal ini saya tidak hendak mengatakan
bahwa kebenaran iman anda sangat bergantung pada kelogisan anda memahami Tuhan,
tidak demikian sama sekali).
Mari kita lihat kembali, hal dimana manusia akan menyangka
bahwa Allah tidak ada atau sama sekali tidak patut untuk diandalkan atau
dipercaya sebagai memang TUHAN; dimana segala sesuatu yang telah ditentukan
oleh Yesus hanya membuat iman manusia runtuh atau rusak seperti yang diderita
oleh para murid-muridnya. Lukas membantu kita memahami bagaimana Yesus walau
memiliki momentum yang demikian gemilang untuk luput dari pengadilan yang tak
adil dan penuh muslihat ini, pun tak serta merta Yesus menjadi “panik” seolah-olah akan mengancam ketetapan yang harus terjadi atas
dirinya sebagaimana dinyatakannya
sendiri, lebih dari satu kali. Namun disaat yang sama, manusia akan
memandangnya sebagai Yesus yang tak berdaya atau Allah yang tak dapat berbuat
apapun. Mari kita lihat dua situasi
terkait hal ini menurut Injil lukas :
- Lukas23:2 “Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: "Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja."
Perhatikan tudingan-tudingan serius yang dihujamkan pada diri
Yesus, jenis tudingan yang luar biasa serius berbahaya. Sebuah kondisi yang
memberikan kepastian akhir pelayanan Yesus yang tragis sebagai sebuah antiklimaks
memalukan dihadapan manusia.
Terhadap dakwaan-dakwaan yang dibebankan pada Yesus, Pilatus
menyampaikan putusannya
Lukas 23:4 “Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini."
Berbeda dengan keyaakinan para penuding. Tidak ada satu hal
yang meyakinkan diri Pilatus bahwa Yesus memang bersalah; dia menyatakan tidak mendapati kesalahan apapun!
Tidak ada dasar atau bukti legal bagi Pilatus untuk menjadi dasar menjatuhkan vonis apapun!
Apa yang
menarik disini?
Bahwa “Allah telah menetapkan sebelumnya” atau “predestinasi” tidak sama sekali
menghancurkan atau membunuh apa yg kerap
disebut sebagai “free will” manusia; tetap
para manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan seluruh
keberadaannya ( anda bisa membaca “If
Predestination is True, then How can There be Free Will”). Kita bahkan
telah menemukan situasi-situasi yang dalam pandangan manusia, rasional untuk
dikatakan sebagai sebuah situasi yang
membahayakan bagi penentuan sebelumnya. Momentum Yesus dapat lolos
dari persidangan keji semacam ini nyata telah terjadi bukan satu kali saja, hal
yang sebenarnya berpeluang menggagalkan firman Yesus sendiri. Kita pada
bagian-bagian sebelumnya telah melihat Yesus telah mempredestinasi apa-apa yang
harus terjadi; menurut Injil Matius, setidaknya ada 3 kali Yesus
menyampaikan apa yang telah menjadi ketetapan Allah yang harus terjadi
: Matius 6:21, Matius 17:22-23, dan Matius 20:17-19.
Dalam peristiwa-peristiwa
Allah telah menetapkan sebelumnya, yang terlihat adalah
bagaimana kedaulatan Allah atau Allah yang berdaulat sama sekali tidak membutuhkan
“persetujuan” manusia yang bagaimanapun, agar atau dengan maksud agar penggenapan berlangsung sempurna;
mengapa manusia tidak dilibatkan? Sebab
penentuan sebelumnya berlangsung SEBELUM
DUNIA JADI. Itu sebabnya segala jenis reaksi manusia yang negatif dapat
berbunga lebat atau bebas saja untuk terjadi dan tidak memusingkan Allah sama
sekali. Allah telah menetapkan sebelumnya bahkan sebelum segala sesuatu ada
dalam segenap derajatnya, sejatinya berbicara Allah yang merencanakan
sebelum segala sesuatu ada dalam segenap derajatnya, bahasa yang Alkitab
gunakan kerap menunjukan pada bahkan sebelum seseorang itu hadir atau
lahir di dunia ini atau sebelum dunia ini ada (Coba
pertimbangkan Efesus 1:3-4; 1 Petrus 1:8-9, Roma 11:4-10, Kolose
3;12, Roma 8:29,33). NAMUN Allah merencanakan sangat berbeda dengan manusia
merencanakan; dalam hal apa, selain realita bahwa rencana Allah dibuat sebelum
dunia dijadikan? Dalam hal kemampuan mewujudkan dan kepastian perwujudannya;
manusia dibatasi oleh keterbatasan-keterbatasannya sebagai mahluk ciptaan,
sementara di sisi lain, Allah tidak dibatasi oleh setiap hal yang merupakan
kealamian benda-benda ciptaan untuk menjadi terbatas; Allah memiliki kedaulatan yang tak dapat
disekati oleh apapun juga dalam dunia ciptaan. Mari kita lihat sejenak, beberapa ayat yang
menunjukan Allah merencanakan atau merancangkan sesuatu dan sekaligus berdaulat
atas setiap obyek rancangannya :
- Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN... untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Apakah,
menurutmu, Allah pun memiliki rancangan atas dirimu ataukah tidak?
- Amsal 16:9 “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”
Tidak ada manusia yang tidak merencanakan jalan hidupnya
sebab manusia diberikan oleh Allah rasio untuk berpikir dan melakukan
pertimbangan bagi dirinya, TETAPI apakah pernah manusia mampu memastikan
rencana atau pikiran-pikirannya untuk terlaksana dan terwujud secara pasti? Tidak selalu dan tidak ada
kepastian. Jika Yeremia berkata bahwa TUHAN memiliki rancangan-rancangan atas
seorang manusia maka jelas Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya. Apakah menurut
anda dalam hal Allah telah menetapkan sebelumnya atau mempredestinasikan maka
manusia kemudian kehilangan kemampuan rasionalnya untuk merencanakan dan
menimbang apapun juga yang dipikirnya baik? Kita melihat dalam
Predestinasi, manusia sama sekali tidak kehilangan apa yang dipikir sebagai
“free will.”
- Amsal 19:21 “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.”
Menurut
anda, adakah yang salah dengan teks ini? Apakah anda merasa seperti seseorang
yang dirampas kemerdekaan untuk mewujudkan
keinginanmu?
Namun yang lebih penting lagi, apakah memang benar anda sebagai manusia
memang memiliki kapasitas penuh untuk mewujudkannya ataukah anda mengakui bahwa
memang anda terbatas? Jika anda tidak setuju dengan teks diatas, mengapa anda
berdoa kepada Allah, misal, dalam merencanakan bisnis? Apakah anda mengantisipasi bahwa jawaban doa
anda akan SELALU ya atau anda juga
mengantisipasi tidak? Baik “tidak” atau “ya”,
apakah penyebabnya? Apakah anda setuju jika jawaban dari Tuhan PASTI merupakan
KEPUTUSAN TUHAN pada dasarnya? Cobalah juga dengan menimbang ; Amsal 19:21,
Roma 11:36, mazmur 138:8, Yesaya 55:8-9, Ratapan 3:37, Mazmur 33:10-11,
Kejadian 50:20? Dan yang lebih penting lagi, bukankah anda masih percaya bahwa Yesus adalah Yesaya 9:6, dan
menjadi dasar bagi anda untuk bermohon, berseru, meminta? Ataukah Yesus sudah terlampau kuno atau
usang untuk diandalkan sebab mana mungkin dia paham dengan bisnisku yang
moderen dan canggih; mana bisa dia sanggup melawan konspirasi jahat melawan
bisnisku, sebab menolong dirinya sendiri saja tak dapat, sebab Yesus sungguh
fatalistik, apa dasarku mengharap pada Yesus yang fatalistik? Apakah ini
pikirmu?
Dalam pengadilan yang dijalani Yesus, para manusia boleh bagaimanapun
juga berpikir dan bertindak apapun juga, dan pada saat yang sama, Yesus memilih diam
dan tidak melakukan sebuah tindakan
darurat untuk mengantisipasi kemungkinan penyimpangan atas apa yang telah ditetapkan Allah sebelumnya.
Sebab tindakan Yesus ini didasarkan pada “penentuan sebelumnya,” yang
penggenapanya berlangsung dalam kealamian sebagai sebuah sejarah manusia. Sejarah
dan manusia yang menjadi Obyek kepentingan dan kedaulatan Allah
(Cobalah untuk membaca Maz 103:19, Maz 115:3, Maz 135:5-6, Yesaya 46:10, Daniel
4:34,Efesus 1;11,Keluaran 14, Yosua 10, 1 Raja-Raja 17, 2 Raja-Raja 6:5,Daniel
2:37, Yeremia 25:9, 27:6, 43:10)
Dan momen dimana “ketetapan Allah” atas Yesus atau prediksi
Yesus sendiri berpotensi runtuh, keadaan untuk kesekian kalinya terancam, terus
berlanjut secara alamiah dalam pandangan manusia, namun jelas dalam ketentuan Allah
sendiri. Mari kita lihat
bagaimana Injil Lukas menyajikan situasi semacam ini :
- Lukas 23:5-7 “(5)Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini."(6) Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya, apakah orang itu seorang Galilea.(7) Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem.
Ini luar
biasa! Kesekian
kalinya kita melihat bagaimana “penetapan atau penentuan Allah sebelumnya” sama
sekali tidak mengekang “free will” manusia-manusia itu, sehingga menciptakan
berbagai situasi yang mengesankan bahwa “penentuan sebelumnya” atas Yesus
berkesan mengalami penundaan setidak-tidaknya; disamping secara bersamaan,
dalam kaca mata manusia, mengesankan Allah tidak berdaulat penuh atas manusia atau
tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat. Ketika Pilatus
terlihat nyata TIDAK MELIHAT KESALAHAN APAPUN (ini sebuah keputusan yang
menunjukan bahwa orang itu harus dibebaskan demi hukum), maka para
lawan Yesus, melawan keputusan itu dengan keras. Kita melihat ada
momentum dimana Yesus berpotensi dapat lepas dari dakwaan apapun juga demi
hukum, sekaligus kita melihat momentum dimana massa makin kuat mendesak. Ini sebuah situasi yang
berbahaya ketika rakyat tidak sejalan dengan negara dalam konteks massa dalam
sebuah desakan yang sulit untuk dibendung.
Andaikan anda
menyaksikan secara dekat pada momentum ini, apakah yang rasional tercetus dalam
benak anda? Sejujurnya pasti benak anda akan berkata bahwa Yesus telah salah
fatal dalam melakukan prediksi; bahwa penentuan sebelumnya yang diutarakan
Yesus hanya tinggal menunggu waktu untuk runtuh. Atau anda dapat berkata bahwa
penentuan sebelumnya oleh Allah bukan hal yang pasti atau certain. Kelak kita akan melihat bahwa dalam
proses perjalanan penggenapan atas “penentuan sebelumnya” dapat berkesan gagal
namun tujuan dari “penentuan sebelumnya” tidak
mungkin gagal pada kenyataannya. Sangkaan-sangkaan semacam ini hanya
melahirkan sebuah kehidupan rusak yang menanti pembinasaan saja sebab ini
berarti runtuhnya keyakinan pada manusia terhadap Tuhan atau tidak berdasar
sama sekali untuk menghormati keberadaan Tuhan; ya... seperti yang telah digambarkan oleh
Yesus sendiri dalam injil Lukas 17:26-27.
Terlebih lagi dalam realitanya, pewujudan “penentuan
sebelumnya,” pada kenyataan melibatkan sebuah kompleksitas yang memang pelik;
sebuah kealamian dari “penentuan sebelumnya”
yang tidak melenyapkan kehendak bebas atau free will para manusia. Kita bahkan
selanjutnya melihat kompleksitas yang bersifat politis.
Ini terlihat kala
ditimbangnya opsi politik dan legal yang dapat digunakan Pilatus untuk
menyelamatkan dirinya dari situasi yang tidak mudah ini, dilematis?
Lagi-lagi kita melihat sebuah hal yang
luar biasa terkait “ penentuan sebelumnya” oleh Allah: mengetahui bahwa Yesus
berasal dari Galilea maka Pilatus tahu
bahwa Herodes lebih berwenang untuk memutuskan perkara orang tak bersalah ini.
Herodes Antipas
( ayahnya: Herodes Agung) dikatakan
WAKTU ITU berada di Yerusalem; Yesus
sekalipun dalam hal ini TIDAK berpindah lokasi pengadilan yang tetap
berada di Yerusalem, sebuah
lokasi yang telah disebutkan oleh Yesus harus menjadi tujuan untuk mengalami
penderitaan dan kematian!
Mari kita lihat sejenak:
Lukas 23:8- “(8) Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda.(9) Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun.(10) Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia.(11) Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus.(12) Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.
Herodes tidak memutuskan apapun terkait apakah Yesus bersalah atau tidak, namun menista dan mengolok-olokan Dia, bahkan
mengenakan jubah kebesaran pada Yesus, lantas mengirimkan Dia kembali kepada
Pilatus.
Injil
Yohanes memberikan
gambaran yang istimewa bagaimana di tangan Pilatus , status hukum
Yesus ditentukan:
Yohanes 18:31-32 “Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.”
Pilatus tidak menemukan kesalahan
Yesus, dalam cara yang bagaimanapun; inilah yang mendasari Pilatus untuk
berkata “ambillah Dia dan hakimilah
Dia menurut hukum Tauratmu.” Namun
orang-orang Yahudi menolaknya dengan berkata “kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.” Perhatikan
bagaimana Injil Yohanes menyatakan situasi semacam itu dengan menyatakan “demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus.”
Dalam peristiwa yang dikatakan alamiah
ini, tidak hendak mengatakan sama sekali bahwa manusia-manusia ini merdeka
bertindak apapun dalam derajat dimana Allah sedang menantikan saja apa yang akan dilakukan manusia, seolah Tuhan
tiba-tiba bergantung pada manusia dalam penggenapan firman Yesus!
Pada peristiwa ini, kembali kita meliihat bahwa
para penulis injil sendiri MENGAKUI Predestinasi atau penentuan sebelumnya
sebagai sentral Kitab Suci, bagaimana “penentuan sebelumnya,” disajikan sebagai
sebuah peristiwa-peristiwa yang demikian alami (tidak perlu Allah berimprovisasi seperti dituding oleh salah satu
“unholy trinity”) sehingga tidak mungkin
dipercayai sebagai sebuah predestinasi yang disangkakan sebagai sebuah
peristiwa yang sampai-sampai Allah perlu melakukan improvisasi atau dalam hal
ini Allah sampai perlu menjejalkan berbagai kejahatan dan kegelapan didalam
diri manusia sehingga manusia benar-benar jahat. Tidak perlu sama sekali sebab
semua Injil telah menggambarkan bagaimana para lawan Yesus memiliki ambisi yang
menggebu-gebu untuk membunuh Yesus, dan dalam hal inilah Predestinasi atau
“penentuan sebelumnya” oleh Allah terjadi secara sempurna.
Mengapa “free will” manusia tetap bebas-bebas saja berkreasi dalam Predestinasi? Jawabnya adalah: karena Predestinasi memang tidak memerlukan kerjasama manusia atau pembungkaman/penghancuran “free will” seolah-olah itu dapat membahayakan apa yang menjadi maksud atau rencana Allah, ia/predestinasi adalah aktivitas Allah yang berdampak pada dunia ciptaan-Nya; Allah yang menentukan apapun dan siapapun seturut rencana-Nya dan kehendak-Nya atau kerelaan-Nya. Petrus tidak perlu dilibatkan oleh Yesus dalam sebuah skenario jahat YANG DICIPTAKAN ALLAH yang harus dilakoni sebab Petrus hanya perlu melakoni apa yang pada dasarnya menjadi kemauan hati dan sangkaan pikirannya terhadap apa yang dialami, dilihat dan dirasakannya- apapun pikiran dan perbuatan yang mengalir dari dirinya adalah sebuah kealaamian seorang manusia yang terbatas dan terbelenggu dosa dan memerlukan Juru selamat tanpa dapat ditawar sedikitpun—dalam hal ini pun berlangsung dalam penentuan sebelumnya oleh Allah untuk pasti terjadi; demikian juga Yudas dalam operasi kejahatannya. Dan tentu saja semua manusia yang terlibat dalam penentangan, perlawanan, konspirasi jahat, pengkhianatan hingga kematian Yesus dalam sebuah cara yang tepat seperti apa yang telah difirmankan oleh Yesus. Tidak melenceng dan tidak ada alternatif sedikitpun! Itu tidak memerlukan para manusia untuk memenuhi skenario-skenario tertentu. Skenario Allah— jika hendak dikatakan dalam cara semacam ini untuk tujuan kepraktisan-- tidak memerlukan kerjasama dari pada manusia sebab jika demikian maka dunia adalah panggung sandiriwara. Skenario di tangan Allah adalah adalah skenario yang menuturkan tentang kemahatahuan Allah lebih dahulu dan penentuan atas peristiwa-peristiwa yang harus terjadi dan pemilihan orang-orang sebagai milik-Nya untuk diselamatkan atau juga atas manusia-manusia berdosa yang tidak termasuk dalam yang dipilihnya untuk diselamatkan sejak semula (bandingkan dengan kasus Yudas Iskariot dan bacalah Roma 9:12-13, 1 Petrus 2;6-8, Roma 9:17-18,) dalam dan dari dunia yang sepenuhnya berdosa; berlangsung dalam kebebasan untuk bertindak tanpa perlu Allah mengaitkan tali temali pada tangan dan kaki seperti halnya boneka di panggung boneka; manusia tidak dapat diandalkan sedikitpun untuk dilibatkan dalam rancangan Allah yang termata megah untuk dimengerti dalam kesempurnaan, sebab semuanya telah divonis mati sejak peristiwa dosa taman Eden (Baca “Aksi Sepihak Allah Terhadap Manusia-Manusia Mati”)
Predestinasi
pada jantungnya bukan semata
Allah terlebih dahulu mengetahui peristiwa yang akan datang, tetapi juga Allah yang terlebih dahulu mengenal orang-orang
yang akan dipilihnya bahkan sebelum dilahirkan. Allah berkata, bahwa Dia
terlebih dahulu mengenal kita daripada kita mengenal Dia :
Yeremia 1:5 “Sebelum Aku membentuk engkau
dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau,...”
Roma 8:29-30 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Sehingga kita melihat
sebuah bangun Predestinasi yang luar biasa bahwa Allah memang telah mengetahui
sebelumnya secara pasti akan peristiwa-peristiwa di masa mendatang (dia
memastikan hal itu terjadi dalam cara yang tak merampas kehendak bebas manusia
sebagaimana yang telah kita saksikan dalam kasus Petrus dan Yudas), tanpa sama
sekali membutuhkan kerjasama manusia untuk mewujudkannya. Sehingga dengan
demikian sekalipun tidak ada satu
pun kejahatan yang menimpa manusia bebas
dari sebuah peristiwa yang telah ditentukan oleh Allah boleh terjadi, seperti
kasus Ayub (anda dapat membaca kasus Ayub mulai dari bagian
4) atau sebagaimana Asaf (anda dapat membaca kasus Asaf mulai dari bagian
6 ) yang meratapi kemalangan-kemalangan dalam kehidupannya , tidaklah
membebaskan manusia itu untuk lepas dari tanggungjawab dan konsekuensinya, atau
sampai-sampai Allah menjadi perlu menjadi pelaku kejahatan menggantikan si
Setan.
Dengan demikian, Predestinasi tidak
ada kaitannya sama sekali terkait
pengetahuan Allah sebelumnya di
masa depan bahwa orang yang dipilih itu
terpilih sebab telah lebih dahulu diketahui kelak akan percaya, akan setia,
akan baik, akan patuh pada Yesus. Faktanya, kita telah melihat semua murid
Yesus saat di tangkap di taman Getsemani meninggalkan dia sendiri dan melarikan
diri dalam ketakutan luar biasa bahkan Petrus telah menyangkali Yesus tiga kali
sebagaimana telah ditentukan sebelumnya oleh Yesus; dan kita telah melihat bagaimana Petrus berupaya melawan keras penentuan itu namun
faktanya dia melakukan persis sebagaimana telah ditentukan tanpa Petrus sama
sekali menjadi robot oleh karena penentuan itu. Demikian juga “penentuan
sebelumnya” atas peristiwa yang akan terjadi secara pasti, tidak memerlukan
kerjasama dari pihak manusia, sebagaimana
injil-injil telah memperlihatkannya.
Bagaimana
dengan kasus Yesus sendiri, apakah yang
sentral? Apakah Yesus Kristus ataukah peristiwanya?
Mari kita lihat sejenak:
Yohanes 18 :39-40 “(39)Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?"(40) Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun.
Apa yang sentral dalam peristiwa yang telah ditentukan
sebelumnya untuk terjadi secara pasti? Apakah peristiwa itu sendiri ataukah
orang yang telah ditentukan atau
ditetapkan ada dalam peristiwa yang telah ditentukan sebelumnya? Menjawab
pertanyaan ini, sejujurnya tidak leluasa untuk ditempatkan sebagai semacam skala prioritas
telak dimana satu hal melebihi satu lainnya sebagai sebuah kemutlakan ketika
orang dan peristiwa berada dalam sebuah “senyawa” penentuan sebelumnya atau
predestinasi; penentuan sebelumnya hanya dapat dilihat sebagaimana Allah menghadirkannya,
walau memang tak terelakan dan jantung
untuk dipahami dan dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah sentral dari apa yang
direncanakan oleh Allah sebelumnya untuk terjadi. Peristiwa-peristiwa yang
telah ditentukan terjadi dalam dunia fana, dalam hal ini, dapat secara pasti
dikatakan sebagai Obyek kedaulatan Allah, sementara Yesus Kristus adalah penentu sekaligus ketentuan Allah itu sendiri
yang harus terjadi dimana manusia dan sejarah tidak dapat melawan dan
menentangnya.
Penyaliban tidak memiliki kuasa penyelamatan atau penebusan
kekal sama sekali jika bukan Yesus yang disalibkan; kematian Yesus tidak memiliki kuasa
kemenangan atas kematian jika tidak terjadi dalam cara penyaliban dan dalam
cara-cara yang telah ditentukan oleh Allah sebelumnya. Ketika ditawarkan opsi
antara Yesus Kristus atau Yesus Barabas untuk dibebaskan, maka definitif massa
berteriak agar jangan Yesus Kristus yang dibebaskan tetapi Yesus Barabas; dan
bila Yesus Barabas yang disalibkan, maka peristiwa salib tidak akan memiliki
kuasa penebusan yang bagaimanapun!
Nah,
apakah penentuan sebelumnya, bahwa harus Yesus Kristus dan bukan Yesus Barabas,
juga berlangsung dalam penentuan
sebelumnya dalam derajat sebelum dunia dijadikan?
Mari kita membaca apa yang dituliskan oleh rasul Petrus dalam
hal ini:
1 Petrus 1:20 “Ia (Yesus) telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu
baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.”
Bandingkan
dengan Ibrani
9:25-26 “Dan Ia
bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri,
sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah
yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus
berulang-ulang menderita sejak dunia
ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan
diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.
Sekarang bandingkan dengan teks yang juga terkait
predestinasi atas orang-orang pilihan dalam bingkai SEJAK/SEBELUM DUNIA
DIJADIKAN:
- Matius 25:34 “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”
- Efesus 1:4 “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
- 1 Petrus 1:1-2 “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”
Sehingga dapat sekali untuk ditegaskan bahwa baik penentuan sebelumnya atas peristiwa-peristiwa yang telah ditentukan sebelumnya untuk terjadi di masa depan yang pasti terjadi ,dan penentuan sebelumnya atas orang-orang yang dipanggil atau dipilih oleh Allah memang sama sekali tidak memerlukan “porsi” manusia sedikitpun. Jika anda memandang bahwa manusia secara sendirinya dapat lepas dari belenggu Iblis dan kemudian dengan pertimbangan-pertimbangan nurani dan rasionya sendiri dapat merangkul Yesus sebagai Juru selamat dan Tuhan, maka memang predestinasi adalah omong kosong, dan tentu saja firman Yesus yang berbunyi tidak seorangpun dapat datang kepada dia kalau tidak ditarik oleh Bapak segera saja menjadi lelucon yang menggelikan atau sesopan-sopannya akan dikatakan sebagai sudah KUNO. Mari perhatikan bagaimana rasul Paulus menekankan hal ini:
2 Timotius 1:9-10 “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil
kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan
perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud
dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah
dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman. dan
yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang
oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat
binasa.
Bagaimana memahami semua peristiwa luar biasa kompleks ini secara total dalam bingkai
SEBELUM DUNIA DIJADIKAN ATAU SEBELUM
PERMULAAN ZAMAN, baik itu terkait Yesus Kristus dan karya penebusan Yesus
kristus, serta orang-orang yang diselamatkan, dipanggil SEBELUM PERMULAAN
ZAMAN? Bahkan juga mereka yang tidak dipanggil
keluar dari kegelapan untuk datang kepada Yesus?
Sebagaimana dikemukakan baik oleh Yesus Kristus dan
sebagaimana kita temukan dalam surat-surat yang dituliskan baik oleh Rasul
Petrus dan Rasul Paulus. Sekali lagi, saya akan sajikan kepada anda :
- 1 Petrus 1:20 “Ia (Yesus) telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.”
DAN
- Matius 25:34 “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”
- Efesus 1:4 “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
Apa yang sukar untuk dibantah adalah, baik Yesus dan rasul-rasulnya ketika berbicara Yesus dan karya penebusannya beserta manusia-manusia yang dipilih sehingga percaya, kesemuanya dalam konteks SEBELUM DUNIA DIJADIKAN atau sebelum segala sesuatunya ada untuk boleh berlangsungnya sejarah manusia.
Inilah akar predestinasi atau penentuan sebelumnya atau Allah sebelumnya
telah menetapkan; hal yang dimusuhi secara keras oleh kaum ateis beserta orang-orang Kristen yang menilainya sebagai
sebuah absurditas; seolah ketika menampilkan hal ini menjadi sebuah hal yang
sangat buruk. Jika Yesus bahkan menetapkan sebelumnya, bagaimana situasi
manusia jelang kedatangannya kembali seperti Lukas 17:26-27, apakah kuasa saya dan anda untuk melawannya.
Pada
bagian ini, saya ingin mengambil kesempatan untuk menghadirkan serangkaian
pertanyaan kristis dan bernilai yang diajukan secara tulus dan apa adanya oleh bung Andy Wicaksono, seorang suami dari
seorang isteri yang dikasihinya. Pertanyaan ini tidak saya pandang sebagai sebuah keraguan iman
pada dirinya, tetapi lebih pada
keapadaannya beliau ketika berjumpa dan memikirkan perihal ini. Sebelumnya saya
sudah memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan ini dalam sebuah grup terbatas
dan tertutup yaitu New Swers di Face
book yang dibentuk oleh saudara Santo Goofy.
Saya sudah meminta izin baik kepada bung Andy Wicaksono dan
Santo Goofy, sehingga saya boleh menggunakannya untuk membantu saya sendiri sehingga dapat secara lebih baik menjelaskan
predestinasi atau penentuan sebelumnya dalam sebuah cara yang lebih “renyah”
untuk dikunyah. Ini sendiri tetap merupakan bagian integral dari tema besar
yang diangkat dalam keseluruhan artikel berseri ini dan juga pada hal yang sedang ditinjau pada serial ini.
Pertanyaan 1 : Bung Martin... Kalau segala sesuatu sudah Di-Predestinasi-kan apakah
manusia masih perlu berusaha ?
Ini adalah pertanyaan yang hendak mempertanyakan, apakah jika
segala sesuatu sudah dipredestinasikan maka dengan demikian telah menyingkirkan
segala sesuatu dari manusia termasuk tanggung jawab, konsekuensi, dampak,
bekerja dan berjuang untuk mencapai yang termaksimal dalam hidupnya.
Hal utama yang harus terlebih dahulu dipahami menyangkut
pertanyaan ini adalah, apakah predestinasi berbicara tentang pengondisian
manusia yang tidak perlu berusaha, tidak perlu bertanggungjawab, tidak perlu
menjaga kesehatan, tidak perlu membangun diri untuk hal-hal yang positif dalam
hidup ini? Lebih penting lagi dalam hal apakah
berusaha disini sehingga menjadi relevan untuk dikaitkan dengan dunia
manusia. Ingat ketika Predestinasi dikatakan tidak menyingkirkan “free will”
manusia, maka ini juga bermakna adanya tanggungjawab pada diri manusia dalam
setiap hal yang diperbuatnya di dunia ini.
Sekarang, mari coba pertimbangkan
secara seksama teks-teks berikut ini:
- Yohanes 6:37 “(37) Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. (38) Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.(39) Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
- Yohanes 6:44,65 “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”(65) Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
- Yohanes 15:19 “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.
- Yohanes 6:39 “Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
- Yohanes 14:6 “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
- Yohanes 17:9 “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu”
- Yohanes 10:11,14,26,28 “(11)Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;(14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (26) tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.(27) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,(28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.”
- Matius 25:31-34 “(31) Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.(32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,(33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.(34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”
- Efesus 1:5 “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,”
- 1 Korintus 2:7 “Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.“
- Kisah Para Rasul 4:28 “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.”
- Efesus 1:11 “Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”
- Roma 8:24- “(24) Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? (25) Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.(26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.(27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.(28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.(29) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.(30) Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”
Jika datang dan
percaya kepada Yesus, secara absolut bergantung dari Bapa dan oleh Yesus dikatakan bahwa adalah kehendak Bapa agar
tidak ada satu orang pun yang diserahkan Bapa kepada Yesus hilang, apakah ada hal yang dapat diusahakan
sedikitpun oleh manusia untuk memastikan dirinya datang dan percaya kepada
Yesus, bahkan tidak hilang? Apakah kehendak Bapa ini harus anda ragukan
sementara Yesus meyakininya. Sudah
menjadi penentuan atau ketetapan Bapa bahwa harus demikian sejak semula.
Berlandaskan
pada ketentuan Bapa yang dideklarasikan oleh Yesus maka terkait hal ini,
YA...tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia selain menerima atau memercayainya. Lagian, jika
dikatakan bahwa kita DISELAMATKAN, adakah dasar bagi kita untuk
MENYELAMATKAN diri. Jika dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah PENYELAMAT,
adakah manusia diperlukan untuk membantu PENYELAMATAN oleh Allah. Demikian juga
jika anda dibenarkan Allah, dimuliakan Allah; apalagi yang dapat anda lakukan
untuk menjadi dibenarkan apalagi untuk memuliakan diri dihadapan Allah?
Tentu saja jika saya berkata demikian, maka sebuah pertanyaan
yang mengindikasikan perlawanan terselubung akan menyeruak : Apakah dengan
demikian maka manusia-manusia yang diselamatkan itu dengan demikian bisa
“berpesta pora” dalam perbuatan dosa seolah-olah Allah adalah “babu”
keselamatan bagi mereka? Jelas tidak dan tidak ada sedikitpun indikasi dalam
Alkitab, kecuali diajarkan oleh pengajar-pengajar Alkitab yang hanya memuaskan
hasrat kedagingannya (coba baca “ApaLagi Ini, Sekali Selamat Tetap Selamat(?).” Bukankah Predestinasi tidak melenyapkan tanggungjawab manusia dalam
kehidupan di dunia ini, termasuk tanggungjawabnya sebagai manusia yang telah
dibenarkan dan dimuliakan. Hidup sebagai orang-orang dewasa rohani yang terus –menerus
membangun dirinya agar hidupnya sungguh-sungguh sebuah surat yang dapat dibaca
oleh manusia lain sebagai sebuah kesaksian yang memuliakan Tuhan ( 1 korintus 9:27, 2 Korintus 3:2-3, Roma 8:13,2 Korintus
13:5, 1 Korintus 6:12,13, Kolose 3:5 ), dan tidak menjadi sebuah
kesaksian yang begitu busuknya di mata dunia!
Manusia pilihan sekalipun dapat dalam satu titik jatuh dalam
ketidaksetiaan, tetapi dalam hal ini pun Bapa tidak akan berhenti untuk
bertindak agar apa yang telah dipilihnya benar-benar tidak hilang. Mengapa bisa
tidak setia walau pilihan? Sebab manusia pilihan itu tetaplah manusia yang
lemah, dan Allah tidak akan membiarkannya dalam situasi demikian. Dan pada
epistel Roma telah kita baca tadi dan dikatakan bahwa Roh Kudus menolongnya.
- 2 Timotius 2:13 “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."
Kemudian,
apakah dengan demikian manusia yang hidup dalam dunia yang serba
dipredestinasi, lantas tidak perlu bekerja keras; tidak perlu memiliki
cita-cita tinggi sebab sudah dipredestinasi?
Perdestinasi atau penentuan sebelumnya, sama sekali tidak
menghancurkan “free wiil” atau keinginan atau cita-cita atau kebebasan
manusia untuk berbuat. Dalam banyak teks
, minimal yang telah tersaji di bagian
ini, sama sekali tidak melenyapkan
“kealamian” pada maniusia. Bukankah kita masih menemukan kelemahan manusia pada
orang-orang yang dipredestinasi? Bukankah kita masih menemukan kenyataan bahwa
Allah tidak melenyapkan kealamian manusia-kelemahan namun memberikan
pertolongan oleh Roh Kudus? Terlebih lagi, tidakkah anda masih tetap kelaparan dan tidak ada makan
gratis di dunia ini selain anda berada di kam-kam pengungsian bencana atau
perang?
Perhatikan rasul Paulus, dalam nasihat-nasihatnya
berikut ini :
- 1 Tesalonika 4:11 “Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.”
- 2Tesalonika 3: 10 “Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”
- 2Tesalonika 3:13 “Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.”
Kita tentu mengenal baik bahwa Paulus yang menulis banyak hal
tentang Predestinasi atau penentuan sebelumnya, ternyata adalah orang yang sama
memberikan nasehat untuk bekerja jika ingin makan. Predestinasi tidak membuat manusia menjadi
sedemikian pemalasnya apalagi memiliki
pikiran-pikiran bodoh—berpikir bahwa karena sudah dipredestinasi maka tidak perlu bekerja atau bertanggungjawab atas penghidupannya.
Dalam hal ini tidak ada kontradiksi. Seorang anak yang terlahir dalam keluarga
tukang becak pun tidak akan pasrah begitu saja, dia tetap harus bekerja keras
sekalipun kerja kerasnya itu lebih
sering menghasilkan hutang yang lebih banyak ketimbang sebuah perbaikan
ekonomi. Pun mereka tetap berjuang keras. Bahkan jika ada didalam jemaat anda
anggota yang seperti ini, tidakkah gereja atau warga gereja jika diberikan
anugerah untuk memberikan kehidupan lebih baik sepatutnyalah menolong, bukan
diam saja? Atau, tidakkah jika anda seorang orang tua yang dalam pekerjaan
beberapa jam saja dapat menghasilkan uang puluhan juta (misal pialang saham)
akan tetap menyekolahkan anak anda sebaik-baiknya dan mengingatkan pentingnya
bekerja dan tidak bermalas-malas sebab
ayahnya kaya? Sederhananya Paulus berkata demikian juga; rasul yang menuliskan
Predestinasi ternyata bicara keras pentingnya orang untuk bekerja jika ia ingin
makan!
Berikut ini, bukan
pertanyaan dari bung Andy, tetapi saya tambahkan sebagai pertanyaan yang dapat
muncul sebagai sebuah ejekan atau sindirin atau sebuah cara perendahan yang
tidak sepatutnya dilemparkan tanpa mengerti
Apakah seseorang yang diperkosa adalah hal yang
dipredestinasi?
Jika anda memahaminya sebagai Allah
menyukai atau menikmati peristiwa
kejahatan termasuk perkosaan sehingga Allah telah menentukan kejadian ini sebagai hal menyenangkan atau membahagiakan
untuk dikehendaki maka ini
adalah sebuah pemahaman yang sesat. JIKA
anda memahami bahwa Predestinasi adalah sebuah indikator kuat bahwa dalam
peristiwa keji atau kelabu sekalipun Allah ada didalamnya bahwa semua peristiwa itu
boleh terjadi dalam kendali atau kontrol Allah yang ketat sebagai yang
ditentukan untuk dapat terjadi maka ini benar; bahwa Iblis
dapat beroperasi hanya semata karena Allah memberikan ruang baginya untuk
melakukan apapun di dunia ini. Kalau anda mau memeriksa Injil anda bagaimana
roh-roh jahat pun tunduk kepadanya maka ini dalam derajat tertentu akan
menolong anda untuk memahaminya, selain
pada peristiwa Ayub, Asaf, Petrus, Yudas, dan terutama pada Yesus Kristus
sendiri.
Jika kita berpikir bahwa peristiwa
jahat itu sama sekali tidak bertautan dengan TUHAN, maka pertanyaannya adalah :
“apakah Allah tidak berkuasa dalam dunia kejahatan manusia?”
Untuk memudahkan
pemahaman ini, saya akan sajikan sejumlah teks dalam Alkitab:
- Ayub 1:6- “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.(7) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."(8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."(9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?(10) Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.(11) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."(12) Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.”
Kita akan menemukan kembali
situasi semacam ini dalam Ayub 2;1-7. Apa yang dapat kita temukan
disini? Bahwa dalam peristiwa kejahatan,
ketika itu terjadi, karena Allah memang memberikan ruangan- bukan sekedar izin-
sesuai dengan kehendaknya sendiri dan ketentuan-ketentuanya sehingga Iblis
dapat melakukan kejahatan yang DIINGINKAN olehnya; bukan yang diinginkan oleh
Allah, sekalipun peristiwa Iblis dapat melakukan apa yang diinginkannya adalah
peristiwa yang terjadi sebagai kehendak Allah sendiri. Kalau anda membaca kitab
Ayub, anda akan temukan bahwa tujuan Allah dalam hal ini untuk membungkam
tudingan Iblis dan pada akhirnya Allah memulihkan hidup Ayub. Tujuan BAPA adalah
kunci untuk memahami Predestinasi untuk tidak terjebak dalam ide fatalisme.
Pada bagian-bagian sebelumnya, saya kerap berkata bahwa Allah
tidak perlu menjejali manusia dengan berbagai keinginan dosa atau akal jahat sebab pada dasarnya
manusia adalah budak dosa. Pada saat yang sama juga, saya sejak awal artikel
berseri ini telah menyatakan bahwa tidak ada satu peristiwapun dapat
terjadi sebagai hal yang terjadi diluar
kendali atau kehendak-Nya. Pada bagian
lain, saya menggunakan istilah bahwa manusia beserta sejarahnya adalah OBYEK
kedaulatan Allah; dalam genggaman
tangan-Nya. Cobalah anda timbang kembali
Mazmur 73, apakah orang-orang jahat itu berlaku semau-maunya tanpa kendali Allah mencengkram hidupnya; apakah
Allah tidak memiliki maksud atau tujuan terhadap orang-orang jahat beserta
kejahatannya? Coba baca kembali bagian6 mengenai perihal tersebut
Apakah kisah ini adalah kisah kuno
yang tidak lagi sesuai dengan era kini?
Coba timbang perkataan Rasul Petrus ini
- 1 Petrus 1:20 “Ia (Yesus) telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.”
Petrus menyatakan bahwa Yesus telah dipilih
sebelum dunia dijadikan! Jika Yesus saja sudah direncanakan dalam sebuah
ketetapan oleh Bapa sebelum dunia
dijadikan, maka jelas dosa dan kejatuhan manusia didalam dosa adalah hal yang
bukan sekedar diantisipasi tetapi telah ditetapkan untuk terjadi. Allah telah merencanakan Yesus untuk menjadi Juru Selamat manusia dalam derajat SEBELUM
DUNIA DIJADIKAN; dosa-dosa manusia telah ditetapkan oleh Allah terjadi dan hanya dapat diatasi
oleh Yesus dan karya Yesus Kristus
di kayu salib. Jika hal ini telah ditetapkan SEBELUM DUNIA
DIJADIKAN, bagaimana mungkin manusia dilibatkan dalam keselamatan? Bagaimana
mungkin manusia dapat berpikir bahwa dia dapat melibatkan dirinya untuk
mencapai keselamatan?
Peristiwa-peristiwa dosa, kelam dan tragedi, termasuk
perkosaan yang dapat terjadi diseluruh dunia setiap waktunya hanya dapat
terjadi sejauh Allah tidak
mencegahnya-sejauh Allah memberikan ruang untuk terjadinya peristiwa tersebut (sebagaimana didemonstrasikan dalam peristiwa
Ayub, peristiwa Yudas, peristiwa Petrus, peristiwa penangkapan Yesus di taman
Getsemani hingga penyaliban, kematian dan kebangkitannya). Adalah sebuah
kealamian bahwa dosa akan berbunga lebat dalam dunia yang dibelenggu dosa.
Dalam dunia yang penuh dosa ini, Allah
ada dan tetap berkuasa atau memegang
kendali atas baik peristiwa kelam/keji/sadis/bencana/dosa dan
peristiwa-peristiwa membahagiakan. Yesus
Kristus datang ke dunia dan berjalan didalam dunia yang takluk dalam kuasa
dosa; Yesus ketika ditolak, diusir, dituding sebagai penghasut hingga disalibkan
tidaklah mengindikasikan, bahkan kita mendengar dari-Nya bahwa hal itu MEMANG
HARUS TERJADI sebagaimana telah dinyatakan
oleh nabi-nabi Perjanjian Lama. Rasul Petrus menyatakan bahwa Yesus
telah dipilih sebelum dunia dijadikan.
Memang
benar bahwa ketika Allah meciptakan semua ciptaan-Nya adalah untuk sebuah
tujuan yang baik, mulia. Lalu bagaimana mungkin Yesus dikatakan sebagai telah dipilih sebelum dunia
dijadikan?
Jika anda tetap memperhatikan bahwa manusia tidak kehilangan
kehendak bebasnya dalam PREDESTINASI maka kita pun harus memahami bahwa kala
Allah berkata bahwa manusia diciptakan untuk tujuan yang baik, juga tidak
memberangus kehendak bebas manusia itu; apapun juga itu termasuk untuk memilih
berseberangan dengan Allah sebagaimana Adam dan Hawa memilih untuk lebih
memercayai kesaksian si Ular. Sebuah siasat licik memperdaya manusia dalam
sebuah modus operandi dimana Iblis kerap menggunakan elemen-elemen lain.
Ya...seperti Iblis menggunakan para penjahat untuk melumat keluarga Ayub; seperti
iblis menggunakan para manusia untuk membawa Yesus pada kemusnahan yang
disangka sebagai kemenangan atas Tuhan.
Predestinasi
atau penentuan sebelumnya didalam dunia yang dikuasai dosa ini tidaklah lantas
membuat orang-orang percaya menjadi tumpul
hati dan pikiran atas realita sekelilingnya. Sebab Predestinasi
atau penentuan yang dilakukan
sebelum dunia ada tidak memiliki intensi fatalisme atau ketapedulian. Mari kita
lihat :
- Kisah Para Rasul 6:1-7 :” Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. ) Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”
- Galatia 5:14 “Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
Jika
rasul Paulus menulis tentang
Predestinasi dan juga menulis “kasihilah
sesamamu manusia,” maka jelas kita pun harus memahami bahwa ketika kita
membicarakan doktrin ini, tidaklah berarti kita sedang berpikir secara sempit,
kuno dan picik! Tidakkah tanpa Predestinasi tidak akan ada peristiwa ini :
- Ibrani 1:1-4 “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,(2) maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.(3) Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, (4) jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.”
Tanpa tindakan Allah yang berdimensi predestinasi atau
penentuan sebelumnya baik pada peristiwa yang ditentukan terjadi di masa mendatang dan pada orang,
maka tidak mungkin manusia sanggup untuk mengasihi sesama manusia yang
dikatakan sebagai berdimensi senilai
dengan semua kitab taurat dan nabi-nabi.
- Matius 22:39-40 “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Tindakan
mengasihi sesama manusia hanya akan bernilai bagi Allah hanya apabila tindakan kasih anda pada sesama
itu bersentral pada Yesus kristus yang
terkandung didalam Perjanjian Lama. Mengapa kasih dikaitkan dengan
seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi? Sebab Yesus Kristus sendiri
mengatakan bahwa kitab suci Perjanjian Lama pada dasarnya bertutur mengenai
dirinya sendiri! Tidak percaya? Bacalah kembali Lukas 24:25-27!
Predestinasi atau TINDAKAN ALLAH DALAM KEKEKALAN terhadap
seluruh obyek atau ciptaan bahkan sebelum
mereka ada, adalah akar dari tindakan kasih anda terhadap sesama. Sebab dasar tindakan kasih anda haruslah
bersumber pada diri Yesus Kristus yang adalah kasih Allah bagi manusia, yang
sejak era Perjanjian Lama telah dikumandangkan; kasih Allah telah
dikumandangkan sejak kitab Kejadian dan
akan terus ditemui hingga kitab Wahyu.
Sebetulnya, ketika seseorang
bertanya, apakah diperkosa adalah sebuah predestinasi? Saya dapat memahami
bahwa melodi yang dilantunkan dalam
tanya semacam itu tidak lain
sebuah cibiran tanpa sedikitpun kepedulian untuk menggalinya dalam
Alkitab. Jika kita memiliki kasih dari Allah maka semestinya kita harus
memahami bahwa sebuah kejahatan yang bagaimanapun bentuknya bukanlah sebuah hal
yang akan dinikmati oleh Tuhan sebagai sebuah kesenangan yang memuaskan
“batin”-Nya.
- Ketika saya mengatakan bahwa perkosaan pun adalah sebuah peristiwa yang dipredestinasi oleh Allah, maka yang hendak saya katakan bahwa dalam peristiwa kelam semacam itu Allah ada, Allah mengetahui, dan peristiwa itu terjadi bukan karena Setan bisa menendang Allah sehingga Allah tidak dapat berbuat sesuatu untuk mencegahnya. Peristiwa itu tidak dapat dikatakan sebagai area kejahatan adalah kedualatan setan! Sudah begitu banyak fakta dalam Alkitab saja sajikan bahkan sejak bagian pertama dalam serial ini!
- Ketika saya mengatakan bahwa perkosaan pun adalah sebuah peristiwa yang dipredestinasi oleh Allah, maka yang hendak saya katakan adalah bahwa peristiwa kelam semacam itu membuktikan bahwa dosa sedemikian jahatnya melahirkan penderitaan dan betapa manusia memerlukan keselamatan yang dari Tuhan. Dunia fana ini jika tanpa TUHAN yang berdaulat dalam dunia kejahatan sungguh akan menjadi dunia dengan kejahatan yang menjadi-jadi sampai-sampai anda tidak akan lagi melihat pengharapan yang duniawi sekalipun.
Kita telah melihat pada peristiwa Ayub, peristiwa Asaf,
peristiwa, Petrus, peristiwa Yudas, dan
puncaknya adalah peristiwa Yesus.
- Predestiniasi bukan fatalisme kala itu berkait dengan kejahatan, sebaliknya akan menolong kita memberikan dasar yang pasti mengapa kita bisa berdoa untuk memohon perlindungan. Jika dikatakan Predestinasi adalah Allah memegang kendali atas peristiwa jahat dan baik maka memang kita bisa berdoa kepada Bapa agar jauhkanlah kami daripada yang jahat. Mengapa Allah bisa menjauhkan kita dari yang jahat? Hanya jika kita tahu dan percaya bahwa Bapa memang berkuasa atas kejahatan?
Jika anda
berkata bahwa Allah tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat, maka apa yang menjadi dasar bagi
anda untuk berdoa ; “ya Bapa lindungilah kami pada hari ini dari segala tipu
muslihat dan rancangan si Jahat?” Kalau
anda tidak percaya bahwa Allah berdaulat untuk menentukan setiap peristiwa untuk terjadi atau tidak
terjadinya baik peristiwa jahat dan peristiwa baik, maka berdoa adalah sebuah
delusi paling menyedihkan diidap oleh orang-orang Kristen.
Bukankah
sebagian besar doa-doa anda berkaitan dengan kebutuhan keamanan, kesejahteraan dan
kesehatan? Jika Allah tidak ada didalam dan diatas semuanya itu, maka
sia-sialah anda berdoa dan sebuah dongeng belaka iman anda selama ini.
- Predestinasi tidak membuat tujuan Allah atas penciptaan manusia yang baik menjadi hal paling melucukan. Dikarenakan Predestinasi tidak memberangus kehendak bebas manusia maka menjadi dipahami mengapa Allah tidak mencegah dengan sebuah maksud peristiwa dosa Adam; Sambil menimbang pernyataan rasul Petrus bahwa Yesus telah dipilih sebelum dunia dijadikan! Predestinasi atas Yesus yang dipilih sebelum dunia dijadikan dan predestinasi bahwa manusia diciptakan dengan tujuan baik tidak akan bertentangan selama anda mengakui sebagaimana Alkitab tunjukan bahwa kehendak bebas manusia dapat beroperasi dalam ruangan-ruangan yang diberikan oleh Allah. Ketika manusia melawan Allah bukankah itu sebuah bukti bahwa Allah tidak memberangus kehendak bebas manusia? Ketika manusia melawan Allah, bukankah itu sebuah penjelasan mengapa Yesus telah dipilih sebelum dunia dijadikan, jika anda percaya bahwa Allah maha tahu sehingga adalah rasional untuk memahami bahwa Allah memiliki pengetahuan sebelumnya bahwa semua manusia akan jatuh kedalam dosa akibat pemberontakan di taman Eden. Adalah wajar jika dalam pengetahuan sebelumnya yang dimiliki Allah, lantas DIA melakukan penentuan sebelumnya dalam dimensi SEBELUM DUNIA DIJADIKAN bahwa Yesus adalah Juru selamat bagi manusia kelak. Dalam pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh Allah, nyata bahwa dosa-dosa oleh manusia adalah peristiwa yang telah ditentukan oleh Allah dan karena itu adalah sebuah peristiwa yang ditentukan oleh Allah maka Yesus pun dikatakan oleh Petrus sebagai telah dipilih sebelum DUNIA DIJADIKAN!
Sehingga tidak perlu mengherankan
jika Yesus kala di bumi juga kerap
berbicara dalam dimensi PREDESTINASI, salah satunya adalah ini:
- Matius 25:34 “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”
Bagaimana mungkin Yesus berbicara pada manusia-manusia eranya
namun dalam bingkai teramat purba bahkan pada awal dunia dijadikan atau pada
saat manusia pun belum mulai diciptakan?
Hati-hati, predestinasi pertama-tama berbicara mengenai kedaulatan Allah untuk merencanakan dan mewujudkan apapun juga dalam dimensi sejak kekekalan; sejak dunia belum diciptakan. Hati-hati, predestinasi atas peristiwa jahat dan kelam apapun terkait dengan pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh Allah dan penentuan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak akan pernah luput dalam cakupan kendalinya. Apakah anda berpikir bahwa Iblis tidak tunduk pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah ketika dia merancangkan kejahatan-kejahataan di dunia ini? Bagaimana anda memandang konspirasi jahat dan kematian atas Yesus, apakah menurut anda Allah tidak berkuasa atas manusia-manusia dalam penangkapan di Taman Getsemani, dalam pengadilan Pilatus, dalam pengadilan Herodes, ataukah hal itu merupakan hal yang telah dipredestinasikan untuk harus terjadi?
Hati-hati, predestinasi pertama-tama berbicara mengenai kedaulatan Allah untuk merencanakan dan mewujudkan apapun juga dalam dimensi sejak kekekalan; sejak dunia belum diciptakan. Hati-hati, predestinasi atas peristiwa jahat dan kelam apapun terkait dengan pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh Allah dan penentuan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak akan pernah luput dalam cakupan kendalinya. Apakah anda berpikir bahwa Iblis tidak tunduk pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah ketika dia merancangkan kejahatan-kejahataan di dunia ini? Bagaimana anda memandang konspirasi jahat dan kematian atas Yesus, apakah menurut anda Allah tidak berkuasa atas manusia-manusia dalam penangkapan di Taman Getsemani, dalam pengadilan Pilatus, dalam pengadilan Herodes, ataukah hal itu merupakan hal yang telah dipredestinasikan untuk harus terjadi?
Renungkanlah hal ini,
semoga Roh Kudus memberikaan hikmat dan damai sejahterah.
Bersambung
ke Bagian 19
***
No comments:
Post a Comment