Pages

14 May 2014

Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 17

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian16
Apakah sedemikian pentingnya perihal “Allah telah  menetapkan sebelumnya,” untuk dibicarakan sebagai salah satu fondasi iman Kristen? Atau terlampau dibesar-besarkan sebagai teramat penting? Jika ya, apakah yang menjadi dasar terkokoh? Mengulangi kembali apa yang telah saya nyatakan sebelumnya: baik Allah dan Yesus Kristus sendiri melontarkannya. Bahkan Yesus Kristus berkata bahwa  Perjanjian Lama pada dasarnya berbicara tentang dirinya yang  belum dan akan digenapi secara pasti. Mari kita lihat salah satu pernyataan Yesus tentang hal ini, dalam sebuah cara yang keras terhadap ketakpercayaan para pendengar “istimewanya” :

Lukas 24:25-27 “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya  segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia  dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. [Yohanes 5:39-40, 1 Korintus 15:3, Matius 26:54, Markus 9:12, Lukas 24:46,]


Yesus  secara terus terang, tegas dan keras menyatakan betapa segala sesuatu terkait dirinya telah dituliskan jauh sebelumnya didalam kitab suci sebagaimana telah dikatakan para nabi. Yesus mengklaim bahwa segala sesuatu yang dia telah, sedang dan akan lakukan telah  dikatakan para nabi. Yesus mengatakan sebuah fakta “Allah telah menetapkan sebelumnya” dalam sebuah cara yang teramat keras bagi manusia bahwa dia harus menderita untuk kemuliaan-Nya? (saya sudah mengulas perihal ini pada seri sebelumnya). Kepada mereka yang TIDAK PERCAYA akan hal ini, Yesus mengatakan : “hai kamu orang bodoh.” Inilah sebuah jawaban dari Yesus terkait dirinya dalam bingkai “Allah telah menetapkan sebelumnya.” Coba juga bandingkan dengan PENJELASAN YESUS bagaimana tanggung jawab manusia dan  betapa manusia dalam hal ini TIDAK terberangus KEHENDAK BEBASNYA [bacalah bagian 11 dari serial ini] dalam injil Matius 18:7; 26:24; 26:31-35; 26:56; Injil Markus 14:21.



Bahkan kita dapat melihat bagaimana ketika berbicara “Allah telah menetapkan sebelumnya,” maka secara strategis, pasti akan terkait dengan diri Yesus Kristus (sekali lagi dengan catatan bahwa anda mengakui catatan-catatan Injil adalah hal yang bukan omong kosong), seperti yang ditunjukan oleh Injil Lukas:


Lukas 1:32-33 “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." [bandingkan dengan “Ketetapan Allah sebelumnya” dalam Perjanjian Lama : Yesaya 9:6, Hosea 3:5, Yesaya 9:7, Daniel 2:44,Daniel 7:14].



Mari sejenak kita melihat penjelasan  Rasul Paulus terkait “Allah telah menetapkan sebelumnya” :
  • 1 Korintus 15:3 “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.”        



Pernyataan Paulus adalah perihal hal “yang sangat penting.” Mengenai peristiwa-peristiwa yang dikatakannya sebagai “sesuai dengan kitab suci.” Dua kali setidaknya kita menemukan dalam Alkitab LAI pernyataan “sesuai dengan kitab suci,” untuk menunjukan secara jernih dan tegas bahwa  peristiwa-peristiwa ; kematian Kristus, kebangkitan Kristus pada hari yang ketiga, Yesus telah memperlihatkan dirinya kepada Kefas (Petrus) dan kemudian kepada kedua belas muridnya adalah SELARAS ATAU SESUAI DENGAN APA YANG DINYATAKAN OLEH KITAB SUCI.  Tentu saja kitab Suci di sini bukanlah Perjanjian Baru sebagaimana kita kenal saat ini; tetapi sebagaimana yang dinyatakan oleh Yesus Kristus dalam Injil Lukas 24:25-27.



Perihal “Allah telah menetapkan sebelumnya” atau “segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi adalah mengenal  dia” bukanlah “ide atau pemikiran” yang berasal dari manusia siapapun, namun  Yesus sendiri. Jikapun Paulus sangat dikenal sebagai rasul  yang banyak menuliskan perihal yang dikenal sebagai Predestinasi, terutama dalam  Epistel Roma, maka “akar” doktrin bukan berasal dari pemikiran teologia Paulus tetapi secara terang kita telah melihat bahwa Yesus sendiri yang mengutarakan hal ini. Paulus bahkan  kala mengatakan “yang sangat penting telah kusampaikan, “ menuliskan “sesuai dengan kitab suci” sebagai bingkai atas apa yang dia sebut sebagai yang sangat penting; menunjukan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut telah ditetapkan sebelumnya bahkan jauh sebelum segala sesuatunya ada agar sebuah peristiwa dapat terjadi.

Dengan demikian, kala anda turut serta “menyudutkan” perihal “Allah telah menetapkan sebelumnya,” atau “predestinasi” sebagai semata “produk” teologia tokoh-tokoh tertentu seperti, misalkan saja, Martin Luther atau Calvin (dan memang doktrin ini lebih tersohor sebagai doktrin Calvin) adalah keliru  besar. Menyudutkan perihal ini sebagai semata produk teologia sama saja hendak mengatakan bahwa sama sekali sebuah dusta jika saya mengatakan bahwa “Allah telah menetapkan sebelumnya” atau “predestinasi” merupakan hal yang diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri! Tentu saja, saya secara sangat berhati-hati, sejak bagian 9 telah berupaya memperlihatkan bahwa Yesus sendiri secara demonstratif dan keras kepada para murid-Nya dan juga orang banyak; telah memperlihatkan bahwa KESELURUHAN KEHIDUPANNYA adalah SESUAI DENGAN APA YANG TELAH DITULISKAN DALAM KITAB SUCI!  


Ini, hanya segelintir hal saja tetang “Allah telah menetapkan sebelumnya,”sebagaimana dicatat dalam Perjanjian Lama, yang oleh Yesus dikatakan  bahwa kesemuanya bertutur tentang dia; apa yang kita lihat saat ini adalah hal-hal yang “membesarkan hati,” “pengharapan-pengharapan membahagiakan,” kontras dari hal-hal kelam yang  juga telah Yesus utarakan. Dua hal  yang bertolak belakang satu sama lain , dalam bingkai “Allah telah menetapkan sebelumnya,” melekat tanpa bisa dipisahkan dari diri Yesus.





Menolak, menertawakan, menganggap sebagai hal tidak penting, telah membuat anda sebagai orang Kriten; jemaat apalagi hamba Tuhan atau pendeta berada satu grup dengan mereka yang ateis; yang secara gigih dan penuh dedikasi yang patut dihargai berupaya mengatakan bahwa semua hal “Allah  telah menetapkan sebelumnya” dalam Perjanjian Lama yang dikaitkan dengan Yesus Kristus adalah omong kosong.

Perhatikan baik-baik! Ketika anda menyangka dengan mengeliminasi perihal “Allah telah menetapkan sebelumnya” atas SETIAP peristiwa di dunia ini, baik hal-hal membahagiakan dan hal-hal menyedihkan, maka itu akan “menyelamatkan muka” Allah dan “menyelamatkan harga diri manusia,” maka yang sesungguhnya terjadi adalah anda sedang memperlihatkan  bahwa sebetulnya anda tidak tahu apapun juga yang sedang anda lakukan. Ateisme, terutama yang dipunggawai oleh “Unholy Trinity” : Sam Harris, Christopher Hitchens dan Richard  Dawkins pun MELAKUKAN HAL YANG SAMA  dalam menilai “Allah telah menetapkan sebelumnya” sesuai dengan Kitab suci; hanya saja “Tritunggal Unholy” jauh lebih unggul daripada saudara dalam menggunakan “senjata” pembunuh INTEGERITAS ALKITAB INI untuk secara langsung MEMBUNUH kredibilitas Yesus dan kesaksian PL beserta kesaksian para rasul. “Tritunggal Unholy” secara jitu membunuh “Allah telah menetapkan sebelumnya” pun pada akhirnya telah sukses membuat para penulis Injil sebagai penipu dan Yesus tidak pernah seperti yang digambarkan oleh para penulis injil.


Memang anda, apakah jemaat ataukah pendeta, tidak sedikitpun berniat sekeji “unholy trinity.” Jika kebanyakan anda menyerang “Allah telah menetapkan sebelumnya” atau “predestinasi” sebagai perlawanan keras terhadap sebuah doktrin tertentu, maka “unholy trinity” MENEMUKAN “Allah telah menetapkan sebelumnya” memang secara gamblang “terumbar” dalam Alkitab. Itu sebabnya semua bentuk DEKONSTRUKSI yang dilakukan oleh “unholy trinity” akan berpangkal dari teks-teks kitab suci yang berpangkal dalam Perjanjian Lama untuk kemudian dikontrakan pada Yesus.


Tahukah anda, jemaat dan atau pendeta atau hamba Tuhan atau penginjil atau guru jemaat, kala anda menolak perihal Allah telah menetapkan sebelumnya baik peristiwa kelam dan peristiwa bahagia maka sesungguhnya anda sedang menolak Yesus yang sejati dan sedang beriman kepada Yesus fiktif;  dalam bahasa lain yang sangat rasional, dengan demikian YESUS TIDAK PERNAH ADA!


Saya tidak akan menyajikan pandangan-pandangan dari salah satu “unholy trinity” dalam keutuhannya namun hanya menyajikannya secara terbatas dengan maksud untuk memperlihatkan kepada anda bahwa serangan paling frontal pada diri  Yesus oleh ateisme, menyasar pada “Allah telah menetapkan sebelumnya.” Gelombang “serangan”  dibangun sedemikian rupa sehingga tidak hanya “menghancurkan”Yesus yang telah dinubuatkan JAUH SEBELUMNYA, namun juga para penulis Injil dan tentu saja teks-teks injil itu sendiri. Mengapa? Sebab para penulis injil percaya akan “Allah telah menetapkan sebelumnya” baik itu terkait peristiwa kelam dan peristiwa membahagiakan!


Fatalisme dan kebebasan manusia diberangus atau manusia dengan demikian telah menjadi robot,  telah saya sanggah, setidaknya sejak bagian 9 dari artikel berseri ini. 




Mari kita lihat  sejumlah pandangaan ateisme, salah seorang dari “unholy trinity” berikut ini :


Most of what the four canonical gospels share is derived from a common source, either Mark's gospel or a lost work of which Mark is the earliest extant descendant. Nobody knows who the four evangelists were, but they almost certainly never met Jesus personally. Much of what they wrote was in no sense an honest attempt at history but was simply rehashed from the Old Testament, because the gospel-makers were devoutly convinced that the life of Jesus must fulfil Old Testament prophecies [God Delusion, Richard Dawkins,hal 96-97].


[Hampir semua dari apa yang disajikan empat injil  berasal dari sebuah sumber bersama,baik injil Markus atau sebuah karya yang hilang yang mana merupakan turunan paling awal yang masih ada. Tak seorangpun mengetahui siapakah dari keempat penginjil tersebut, tetapi mereka hampir pasti tidak pernah berjumpa dengan Yesus secara personal. Banyak dari apa yang mereka tulis bukan dalam  sebuah pemahaman sejarah yang jujur tetapi pada dasarnya merupakan penggunaan ulang material lama dari Perjanjian Lama, karena para pembuat injil tersebut secara sepenuh hati dan pikiran meyakini bahwa kehidupan Yesus harus memenuhi nubuat-nubuat Perjanjian Lama]


Perlu diketahui, seperti halnya Christopher Hitchens, pun Dawkins mengatakan bahwa Perjanjian Baru tidak lebih baik daripada Perjanjian Lama; dengan kata lain Yesus tidak lebih daripada Perjanjian Lama. Selain kita juga akan melihat secara nyata bagaimana Yesus dipisahkan dari keterkaitan ketat dengan Perjanjian Lama atau “Allah telah menetapkan sebelumnya.”  Mereka telah menilai bahwa Yesus lebih buruk daripada Perjanjian Lama dan Yesus dinilai sebagai tak berupaya mengaitkan dirinya dengan apapun yang telah ditetapkan sebelumnya atas dirinya dalam Perjanjian Lama. Mari kita simak penjelasan Dawkins yang menarik ini:


“Is THE NEW TESTAMENT ANY BETTER?
Well, there's no denying that, from a moral point of view,  Jesus is a huge improvement over  the cruel ogre of the Old Testament. Indeed Jesus, if he existed (or whoever wrote his script if he didn't) was surely one of the great ethical innovators of history. The Sermon on the Mount is way ahead of its time. His 'turn the other cheek' anticipated Gandhi and Martin Luther King by two thousand years.  

[“apakah PERJANJIAN BARU MEMANG LEBIH BAIK? Baiklah, tidak ada sanggahan untuk itu, dari  titik pandang moral, Yesus adalah sebuah perbaikah yang  sangat besar atas kebengisan sadis Perjanjian Lama. Memang benar, jika Yesus memang eksis --(atau siapapun yang menuliskan skrip jika bukan dia yang mengatakannya)-- memang secara nyata salah seorang dari para inovator  etika dalam sejarah. Khotbah di bukit jauh melampaui eranya. ‘Berilah pipi  yang lain”-nya telah mengantisipasi Gandhi dan Matin Luther King 2000 tahun mendatang]


Selanjutnya,  Dawkins menuliskan demikian:

... But the moral superiority of Jesus precisely bears out my point. Jesus was not content to derive his ethics from the scriptures of his upbringing. He explicitly departed from them, for example when he deflated the dire warnings about breaking the sabbath. 'The sabbath was made for man, not man for the sabbath' has been generalized into a wise proverb. Since a principal thesis of this chapter is that we do not, and should not, derive our morals from scripture, Jesus has to be honoured as a model for that very thesis.



[...Tetapi superioritas moral Yesus secara presesi mengonfirmasi atau mengukuhkan poin yang saya unjuk. Yesus tidak sepenuhnya berkeinginan untuk mengembangkan etika-etikanya bersumber dari nas-nas kitab suci yang mengisahkan pembentukan/pemunculan dirinya. Dia secara eksplisit melepaskan dari nas-nas kitab suci yang demikian (maksudnya apa yang dikira sebagai teks PL yang mengisahkan dirinya yang belum datang ke dunia ini—red Anchor), sebagai contohnya ketika dia melemahkan peringatan-peringatan berkonsekuensi keras tentang melanggar sabat. “Sabat telah dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk sabat’ telah digeneralisasi menjadi sebuah  amsal bijak. Karena sebuah tesis prinsipal pada bab ini adalah bahwa kita tidak, dan tidak seharusnya, mengembangkan moral-moral kita dari kitab suci, Yesus harus dihormati sebagai model bagi tesis utama ini]



Dawkins, terkait Yesus lebih buruk daripada Perjanjian Lama, dapat dilihat dari pendapatnya berikut ini:

Jesus' family values, it has to be admitted, were not such as one might wish to focus on. He was short, to the point of brusqueness, with his own mother, and he encouraged his disciples to abandon their families to follow him. 'If any man come to me and hate not his father, and mother, and wife, and children, and brethren, and sisters, yea and his own life also, he cannot be my disciple.'


[ Nilai-nilai keluarga yang dianut Yesus, harus diakui, bukan sesuatu yang berangkali diinginkan untuk diperhatikan. Dia kasar, pada titik tak terduga dan lancang, dengan ibunya sendiri, dan dia mendorong murid-muridnya untuk meninggalkan keluarga mereka untuk mengikut dia. ‘Jika siapapun datang kepadaku dan tidak membenci ayahnya, dan ibunya, dan isterinya, dan anak-anak, dan saudara-saudaranya, dan saudari-saudarinya, memang benar demikian dan  juga hidupnya sendiri, dia tidak dapat menjadi muridku.  God Delusion, Richard Dawkins, hal 245]



Dan, tentu saja ini adalah bagian yang perlu anda perhatikan, bagaimana “Allah telah menetapkan sebelumnya” dinilai sebagai hal teramat konyol untuk diterima, sebagaimana terlihat nyata :

“but there are other teachings in the New Testament that no good person should support. I refer especially to the central doctrine of Christianity: that of 'atonement' for 'original sin'. This teaching, which lies at the heart of New Testament theology, is almost as morally obnoxious as the story of Abraham setting out to barbecue Isaac, which it resembles - and that is no accident, as Geza Vermes makes clear in The Changing Faces of Jesus. Original sin itself comes straight from the Old Testament myth of Adam and Eve.

[“tetapi ada pengajaran-pengajaran lain dalam Perjanjian Baru yang mana tidak ada orang baik berkewajiban mendukungnya. Saya secara khusus merujuk pada doktrin sentral Kekristenan : yaitu ‘penebusan” untuk ‘dosa asal.’ Pengajaran ini, yang terletak di jantung teologia Perjanjian Baru, secara moral   pada dasarnya sangat berbahaya/jahat seperti kisah Abraham yang diharuskan memanggang Ishak, yang mana hal ini menyerupai—dan itu bukan  kebetulan, sebagaimana Geza Vermas menjelaskan dalam The Changing Faces of Jesus. Dosa asal itu sendiri bersumber langsung dari  mitos Perjanjian Lama tentang Adam dan Hawa. God Delusion, Richard Dawkins, hal 246]



Kemudian selanjutnya :
In the latter half of Hartung's paper, he moves on to the New Testament. To give a brief summary of his thesis, Jesus was a devotee of the same in-group morality - coupled with out-group hostility - that was taken for granted in the Old Testament.”

[Dalam setengah bagian selanjutnya pada paper Hartung, dia bergerak ke Perjanjian Baru. Untuk memberikan sebuah rangkuman singkat dari tesisnya ini, Yesus adalah seorang  yang sangat antusias atau berminat pada kelompok dengan kesamaan  moralitas—diiringi dengan  kelompok luar yang bermusuhan —hal itu diterima sebagai hal yang memang demikianlah harus terjadi sebagaimana  dinyatakan dalam Perjanjian Lama.” (God Delusion, Richard Dawkins,hal.252)]



Sekarang, mari kita lihat bagaimana Injil menggambarkan  peristiwa-peristiwa yang dipandang oleh “unholy trinity” sebagai hal “omong kosong.” Hal sama yang diutarakan oleh para penentang “Allah telah menetapkan sebelumnya” atau “predestinasi” sekalipun dalam cara yang  TERKESAN sopan dan menyelamatkan “muka atau reputasi Allah’ menjadi kejam dan “muka atau reputasi manusia” sebagai robot atau kehendak bebasnya yang diberangus akibat doktrin “Allah telah menetapkan sebelumnya.”


Kita telah melihat bagaimana para serdadu Romawi telah menghempaskan kemanusiaan dan kebangsawanan Yesus dari sebuah ketinggian yang tak terpikirkan ke sebuah kerendahan yang tak berdasar. Kita telah melihat sebuah kontras yang ekstrim; kita sudah melihat bahwa tidak sama sekali Allah melakukan improvisasi agar dengan demikian apa yang telah ditetapkan Allah sebelumnya tidak meleset; seolah Allah kejam dan manusia pada dasarnya sangat mulia tak memiliki benih-benih kejahatan!


Apa yang akan saya sajikan akan menggambarkan bagaimana PENGGENAPAN segala sesuatu yang telah ALLAH TETAPKAN SEBELUMNYA telah tergenapi dalam sebuah kealamian yang luar biasa natural dalam dunia dan manusia yang dikuasai keinginan dosa!



Pernahkah anda dapat memikirkan sebuah massa dalam jumlah besar yang dikenal sebagai para pengelu Yesus Kristus dapat secara seketika dalam durasi yang singkat berubah menjadi para “pembunuh” atas orang yang sebelumnya telah dilambungkan  setinggi ketinggian yang sangat megah dan sangat personal oleh pengelunya. Sekalipun pemerintah telah menyatakan tidak ada kesalahan yang dapat membenarkan bagi negara untuk mengeksekusi Yesus!  Negara bahkan  untuk memiliki landasan LEGAL untuk mengeksekusi yang tidak bersalah menggunakan sebuah “tradisi” untuk membebaskan seorang pejahat

Siapakah yang hendak kalian bebaskan wahai rakyat ? Apakah Yesus ini yang tidak dijumpai kesalahannya oleh negara namun kalian bersikukuh untuk menjadikannya yang bersalah ATAUKAH Yesus Barabas yang telah dijumpai kesalahannya oleh negara dan memiliki landasan Legal!




Siapakah yang dipilih?

Matius 27:11- 26
  • "(11)Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya."(12) Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun.(13) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"



  • (14) Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran.(15) Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.(16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.(17) Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"(18) Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.(19) Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."


  • (20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.(21) Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." (22) Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"
  •  (23) Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"(24) Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"(25) Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"(26) Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.



Pada bagian sebelumnya yang mengulas YESUS SAAT DIPERIKSA OLEH MAHKAMAH AGAMA sebagaimana digambarkan Injil Matius 26:57-68, saya telah menyorot bagaimana Yesus secara legal tidak dapat dibuktikan sama sekali apakah kesalahan atau kejahatan yang telah dia perbuat sehingga layak untuk ditangkap dan dihukum. Bahkan SEKALIPUN telah dihadirkan BANYAK SAKSI DUSTA, pun TIDAK BISA MEMBUAT YESUS MENJADI BERSALAH (ayat 60).  Dapatkah anda membayangkan seseorang tetap tidak dapat ditemukan kesalahannya sekalipun dihadirkan BANYAK SAKSI DUSTA. Kita dapat katakan bahwa ditempat-tempat “tersembunyi” sekalipun Yesus tidak setitikpun melakukan tindakan YANG DAPAT DIPELINTIR dan dapat digunakan sebagai sebuah bukti legal.  

Saya pastikan tidak ada manusia FANA yang sanggup secara sempurna NIR DOSA; NIR KESALAHAN; NIR KELENGAHAN; NIR CELA; NIR KECENDERUNGAN SELALU BERDOSA. Sehingga MUSTAHIL untuk MEREKAYASA sebuah kisah yang dapat membuat dia menjadi MANUSIA YESUS yang bersalah dalam ketidaksalahannya. BANYAKNYA SAKSI DUSTA, PUN TELAH TUMPUL untuk menyudutkan Yesus! Dalam hal ini Yesus haruslah dikatakan bukan SEMATA manusia mengingat kondisi kehidupan sehari-harinya SUPER SEMPURNA  dalam kemanusiaanya sekalipun; kita tahu hanya ALLAH yang TIADA CELA dalam KESEMPURNAAN SEMULIA ini!



Saya juga telah menampilkan bahwa dalam hal ini (kehadiran para saksi palsu YANG GAGAL karena ketidakbersalahan Yesus secara sempurna), kita melihat hal ini menjadi momentum KRITIKAL bagi penggenapan “ketetapan Allah sebelumnya” bahwa dia harus mati disalibkan dan dikuburkan dan bangkit pada hari yang ketiga. Kita juga telah melihat bahwa tidak sedikitpun terlihat Allah lalu mengeluarkan sebuah aksi darurat untuk menyelamatkan kondisi “berbaya” bagi penggenapan “ketetapan” Allah.



Justru para manusialah yang mati-matian memastikan agar yang tidak salah itu dengan cara bagaimanapun harus salah. Saya sudah menjelaskan perihal ini pada bagian sebelumnya.


Dan, untuk kali kedua hal yang sama terjadi, hanya saja kali ini kebrutalan dan nafsu dosa yang menjiwai jiwa-jiwa manusia tampil dalam kepenuhanan yang seliar-liarnya! Bahkan keliaran itu memampukan para manusia untuk MEMBUNUH masa depan cerah keturunan-keturunan mereka demi  sebuah obsesi: MEMBUNUH YESUS!



(1) Ketika seorang Raja, dalam penghinaan yang tragis, menolak menanggapi tudingan saksi-saksi PALSU :

(11) Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya."(12) Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun.(13) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
           
Sang wali negeri mengajukan jawaban yang maha penting bagi dirinya sebagai seorang penguasa politis, terkait “kebangsawanan” Yesus; hal yang pasti tidak asing sebab sebelumnya massa dalam jumlah sangat banyak menyambut dia sebagai raja. Sang wali negeri bertanya ‘Engkaukah raja orang Yahudi?” Dan Yesus memberikan jawaban yang memastikan kebenaran kabar penting di tangan sang wali  dengan berkata “Engkau sendiri mengatakannya.” Ini  merupakan “tuduhan” yang TIDAK disangkali oleh Yesus bahwa dia memang  benar seorang raja!


Kini   yang berdiri dihadapan sang wali negeri adalah seorang raja; dia yang diperiksa adalah seorang raja. Dengan kata lain, kita sedang menyaksikan sebuah pemeriksaan yang istimewa sebab seorang raja sedang diperiksa secara terbuka, tanpa perlakuan khusus, tanpa penghormatan sepatutnya, tanpa disediakan seorang pembela, tanpa barang bukti atau temuan-temuan awal yang kuat selain saksi-saksi palsu yang sukses membuat Yesus yang tidak bersalah. (sebab dia sama sekali tidak pernah menghancurkan bangunan bait suci sebagaimana yang DISANGKAKAN oleh para saksi palsu; saksi palsu melakukan interpretasi yang tidak rasional terhadap perkataan Yesus tersebut, sebab sebagaimana mereka akui sendiri bagaimana mungkin seseorang menghancurkannya dan kemudian membangunnya dalam waktu singkat. Mereka tahu sekali  itu adalah sebuah niat kejahatan yang mustahil, jikapun hendak dipahami sebagai kejahatan).


Sang wali negeri pun kemudian melanjutkan pemeriksaannya atas Yesus dengan menanyakan padanya perihal tudingan para saksi palsu. Dalam hal ini sang raja DIAM  menolak untuk menjawab!



Sang raja MENOLAK untuk berurusan dengan kepalsuan. Dengan kata lain, kepada sang wali negeri, Yesus seolah hendak memberitahu bahwa hanya  terhadap FAKTA dia akan menjawab. Segala sesuatu yang bukan fakta   tidaklah layak untuk dimasukan dalam daftar tanya pemeriksaan pengadilan “terhormat.” Yesus dapat dikatakan sedang mendemonstrasikan kepada para manusia bahwa bagi Allah, dusta dan atau kepalsuan tidak memiliki nilai sama sekali untuk diapresiasi sedemikian tingginya, sampai-sampai perlu dijawab dalam sebuah pemeriksaan pengadilan di dunia ini sekalipun!



(2) Ketika sang raja MENOLAK untuk menggunakan hak membela diri

(14) Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran.(15) Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.(16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.(17) Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"(18) Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.(19) Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."


Tahukah anda bahwa dalam pengadilan ini, Yesus memiliki peluang untuk membela dirinya. Di mata sang wali negeri ini adalah “kemurahan hati” yang dapat dia tawarkan kepada seorang raja yang menjadi pesakitan bukan karena kejahatan tetapi akibat KEDENGKIAN! Tetapi SUNGGUH MENGHERANKAN,  Yesus tidak menggunakan kesempatan ini sebagai momentum emas dan paling menentukan bagi hidup matinya! Tidak ada keterangan mengapa Yesus menolak untuk menjawab tudingan para saksi palsu itu,  sebab Yesus tidak menjawab suatu katapun. Padahal tentu saja  jawaban atau sanggahan Yesus diharapkan akan memberikan angin keberuntungan ketika dia menggunakan hak istimewa yang melekat  pada dirinya yang memimpin persidangan itu.

Lantas, apakah penjelasan paling rasional dan paling sahih terkait penolakan Yesus untuk membela dan menyelamatkan dirinya dari “jebakan” ini? Penjelasan  yang tak mungkin salah terkait mengapa Yesus tidak menggunakan momentum untuk MEMBELA DIRINYA adalah :


Matius 26:53-54 “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"       
           

Sebab Yesus datang ke dunia ini SEBAGAIMANA YANG TELAH DITULISKAN DALAM KITAB SUCI! Dalam hal ini, semua berlangsung DITENGAH-TENGAH kealamian manusia dan dunia yang dikuasai oleh dosa; Yesus hanya perlu MEMILIH apa dan bagaimana dia harus bertindak dalam dunia dimana manusia dan sejarahnya sejak semula adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Ciptaan-ciptaan yang tidak pernah akan bisa melarikan dirinya menjauhi kemahaan Allah atas setiap ciptaan-ciptaannya. Tentu saja sang wali negeri  tidak mengetahui bahwa Yesus sedang menggenapi apa yang harus terjadi sebagaimana tertulis didalam kitab suci.



Keheranan wali negeri yang sedemikian kuat, sekaligus merefleksikan secara cemerlang bahwa dalam  hal “ALLAH TELAH MENETAPKAN SEGALA SESUATUNYA”tidak membuat sang wali negeri kehilangan kepenuhan dirinya sebagai pribadi yang dapat berpikir, menganalisa dan menimbang situasi yang sedang terjadi. Sang wali negeri tidaklah menjadi robot; ada keheranan; ada sebuah  konflik dalam benaknya menilai Yesus yang tidak merespon tuduhan-tuduhan itu. Sebab itu sama saja membuat dirinya tidak dapat berbuat lebih banyak lagi untuk meluputkan Yesus.


Bahkan dalam  ALLAH TELAH MENETAPKAN SEBELUMNYA baik itu peristiwa kelam dan peristiwa menyenangkan, sang wali negeri nyata berjuang keras dengan segala daya dan kapasitasnya untuk menciptakan peluang yang berangkali akan berpihak kepada Yesus.



Mari kita lihat upaya penuh dari sang wali negeri untuk menghadirkan keadilan bagi Yesus; atau setidak-tidaknya memberikan peluang positif bagi Yesus (berarti manusia dapat memahaminya sebagai membahayakan ketetapan Allah untuk dapat gagal). Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.(16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.(17) Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"




Sang wali negeri sedang menggunakan hak istimewanya sebagai seorang penguasa melalui mekanisme OPSI dimana ditawarkan seorang penjahat untuk disandingkan dengan Yesus. Ini memang sebuah langkah yang menjadi sangat strategis sebab sang wali negeri tahu bahwa pengadilan atas diri Yesus ini pada dasarnya dilatari oleh kedengkian. Dengan kata lain, Yesus secara legal dan aktual memang tidak bersalah. Sangat wajar andai  sang wali berharap Yesus kemungkinan besar akan dilepaskan sebab mata orang banyak  tidak akan bisa menyangkali bahwa Yesus Kristus lebih layak dibebaskan ketimbang Yesus Barabas.


Logika yang sehat adalah: massa akan bulat memilih Yesus yang dibebaskan ketimbang membebaskan penjahat  untuk kemudian hadir kembali sebagai yang diinginkan oleh masyarakat!  Kita bahkan melihat bahwa tak hanya tidak ada bukti-bukti sahih untuk menjerumuskan Yesus kedalam sebuah penghukuman; tetapi isterinya pun  menyatakan bahwa Yesus adalah ORANG BENAR! “isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."



(3) Ketika sang raja kalah mulia dibandingkan dengan sang penjahat, di mata rakyat kebanyakan

(20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.(21) Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." (22) Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"

Apakah mekanisme yang melekat pada diri sang wali negeri dapat “meringankan” tekanan pada diri Yesus? Apakah penolakan Yesus terhadap kesempatan membela diri telah menunjukan bahwa Allah telah melakukan IMPROVISASI agar apa yang telah tertulis dalam kitab suci menjadi tergenapi? Dan apakah Yesus berupaya keras untuk menyelaraskan dirinya dengan situasi yang telah dituliskan oleh kitab suci? Dan apakah Yesus perlu berseru kepada Bapa agar dia sukses menggenapi apa yang telah tertulis dalam kitab suci?


Tidak sama sekali, sebab dalam  dunia dan segenap manusia yang telah terbingkai oleh “Allah telah menetapkan sebelumnya,”  telah menjadikan  dunia dan segenap manusia menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH.  Tiada peristiwa apapun juga yang tidak sujud pada kepentingan dan maksud Allah;  terefleksi secara sempurna dalam berbagai peristiwa yang alamiah tanpa perlu Allah melakukan improvisasi seolah semua yang ditetapkan Allah itu berpotensi menyimpang dalam derajat yang membahayakan!



Tidak sama sekali, sebab :
  1.  Imam-imam MENGHASUT 
  2. orang banyak BERTEKAD 
  3. Wali negeri menyakan  APA yang menjadi KEHENDAK orang banyak itu agar DIPERBUAT oleh sang wali negeri 
  4. Orang banyak MEMBUAT PILIHAN, nama Yesus Barabas adalah PILIHAN orang banyak
  5. sang wali negeri kembali menanyakan apa yang harus dia PERBUAT terhadap Yesus Kristus. 
  6. Orang banyak BERSEPAKAT untuk BERSERU bahwa  Yesus  HARUS DISALIBKAN.

Tidakkah ini sebuah hal yang secara luar biasa bahwa kala dunia, manusia serta sejarahnya  yang memang adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH,  tetap memiliki kepenuhan sebagai manusia yang sanggup secara mandiri dalam sadar penuh untuk membuat keputusan, untuk membuat pilihannya sendiri. Terlepas dari fakta bahwa mereka dalam pengaruh hasutan pihak lain dan fakta bahwa mereka sedang melawan Allah yang menjadi manusia, sang Firman!


Mengatakan bahwa Allah melakukan improvisasi, Yesus berjuang keras untuk menyelaraskan semua nubuat PL pada dirinya, pada dasarnya  tidak dapat diterima sebagai sebuah simpulan rasional mana kala kita menjumpai “menghasut,” “bertekad,” “kehendak,” “pilihan” pada orang banyak. Kita menemukan kata-kata Aktif pada manusia; sebuah kontra untuk improvisasi, perobotan manusia, kehendak bebas yang diberangus dan para penulis Injil yang berupaya sedemikian rupa agar Yesus terbukti menggenapi semua nubuat PL. Sebaliknya, banyak ditemukan momen-momen yang membahayakan Yesus untuk menggenapi apa yang harus dia genapi untuk terjadi, bahkan  Petrus sendiri dalam berkali kesempatan secara frontal berupaya MENGHADANG Yesus untuk melakukan apa yang tertulis dalam kitab suci!



(4) Ketika sang raja disalibkan oleh orang banyak sebab TIDAK BERSALAH
(23) Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"(24) Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"(25) Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"(26) Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.


Dunia dan segenap manusia memang secara nyata telah menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Ini berarti hati dan pikiran manusia pun adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH; niat atau kehendak manusia pun adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH; amarah  massa dan kedengkian hati manusia pun adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Tetapi tidak sama sekali manusia menjadi robot; kehilangan kehendak bebas; Allah berimprovisasi!  Dalam dunia yang berdosa Allah tidak perlu untuk melakukan improvisasi baik pada peristiwa jahat dan peristiwa baik. Mengapa? Sebab pada dasarnya manusia menyukai kejahatan dalam level yang tidak terpikirkan; sebab pada dasarnya manusia merindukan peristiwa-peristiwa membahagiakan. Atas keduanya, Kedaulatan Allah telah berdiri sebagai SUBYEK atas semuanya itu; kedua hal tersebut adalah Obyek Kedaulatan Allah. Allah ada dalam peristiwa suka; Allah ada dalam peristiwa duka; Allah ada dalam peristiwa kematian Yesus; Allah ada dalam peristiwa kebangkitan Yesus; Allah ada dalam peristiwa penghianatan  Yudas, dan Yudas melakukan penghianatan itu dalam kemerdekaan dia sebagai manusia yang diberi ruang untuk mengeksekusi keinginannya; Allah  ada dalam peristiwa penyangkalan Petrus bahkan memberikan sebuah “tanda kehadiran-Nya” melalui kokok seekor ayam. Anda MUSTAHIL tidak menemukan Bapa dalam setiap peristiwa (sebab segala sesuatu DILUAR DIRINYA adalah OBYEK KEDAULATANNYA!), bagaimana mungkin kokok seekor ayam harus masuk dalam peristiwa yang telah ditetapkan Allah sebelumnya? Apakah ayam perlu dipaksa untuk berkokok sebanyak tiga kali; tidakkah mungkin ayam akan berbahagia untuk melayani Penciptanya dalam peristiwa dimana ayam tersebut dilibatkan; tidakkah matahari dan bulan juga berbahagia melayani penciptanya dalam pergantian hari sehingga sang ayam berkokok sesuai dengan waktu dan ketetapan sang Pecipta, Bapa yang kekal dan perkasa? 


Renungkanlah, apakah Bapa sebesar itu bagi dirimu?


Sehingga tidaklah aneh, kita akan selalu MELIHAT KEALAMIAN dan bukannya IMPROVISASI apalagi FATALISME. “Allah telah menetapkan sebelumnya” lahir dari Bapa dan dieksekusi oleh Anak.  Baik  Bapa dan Anak adalah empunya semesta dan empunya segala ketetapan atas semua peristiwa di dunia ini. Baik Bapa dan Anak adalah empunya segala ciptaan termasuk manusia dan tidaklah perlu kaget jika sang Pencipta adalah PENGUASA ATAS SETIAP PERISTIWA DAN SEJARAH!


Baca dan perhatikan secara cermat, sejumlah  hal di bawah  ini :
  1. "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya? 
  2. mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan! 
  3. Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" 
  4. Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" 
  5. Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.


Apa yang  dapat anda lihat dan katakan? Tidakkah betapa merdeka yang semerdeka-merdekanya manusia itu dalam mendemontrasikan KEBEJATAN TOTALNYA dalam derajat yang menggidikan siapapun? Dari mana asalnya keberingasan karakter massal itu? Tidakkah banyak diantara mereka adalah mereka yang melepaskan baju dan menghamparkan baju di jalan ketika Yesus masuk ke Yerusalaem; tidakkah kebanyakan mereka adalah orang yang mematahkan ranting dan menghamparkannya di jalan untuk menyambut Yesus memasuki Yerusalem; tidakkah banyak diantara mereka yang berteriak nyaring bahwa dia adalah seorang raja?


 
Yesus disalibkan adalah sebuah ketetapan Allah; Yesus disalibkan terjadi dalam peristiwa-peristiwa alamiah sebab KEDAULATAN ALLAH terlampau agung dan dahsyat untuk sampai memerlukan sebuah improvisasi murahan dan naif. Seolah Tuhan bukan Tuhan!



Bersambung ke Bagian 18

***

No comments:

Post a Comment