Pages

24 September 2012

KEBAIKAN TUHAN (1) :"Karena Tuhan Menghajar Orang Yang Dikasihi-Nya, Dan Ia Menyesah Orang Yang Diakui-Nya Sebagai Anak"


Pengantar

"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.(Ibrani 12)
Mo, salah satu penghuni sebuah penjara berpengaman maksimum dimana saya menyelenggarakan sebuah seminar, adalah seorang rekan yang sangat penting. Walau Mo sama sekali tidak memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai seorang pegulat Sumo, dia nyaris  saja   memiliki wibawa yang besar untuk menjadi pesumo. Untuk sosok seukuran dan sekuat dia, pada dasarnya dia telah kehilangan semua gigi bagian depannya. Ketika Mo secara sukarela menyajikan musik khusus untuk seminar ini, sahabatku Dick Plowman, seorang mantan  jemaat kami dan  rekan pelayanan penjara, memperkenalkan Mo kepada hadirin: “Sekarang mari kita saksikan, lagu nomor berapa yang akan Mo nyanyikan bagi kita? Baik!  Lagu manapun yang dia inginkan!”
Mo  adalah sosok pria besar dan kuat, seorang pria yang hampir semua penghuni penjara tidak  ingin untuk menantang atau menyerangnya. Karena kekuatannya, dia dapat melakukan apapun  yang dia inginkan dalam batas-batas sistem penjara.  Kuasa dan kekuatan fisik yang kuat dari seorang pria yang jahat memang sebuah kenyataan yang menakutkan. Kuasa seorang  yang baik membuat nyaman. Tetapi hal-hal lain  yang dimiliki seseorang menentukan bagaimana kuasanya dipandang.

Sebaiknya anda membaca bagian-bagian ini terlebih dahulu :
Kuasa Tuhan (1) :"Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu?”
Kuasa Tuhan (3) : Kuasa Tuhan dalam Perjanjian Baru  

 Didalam dan pada kuasa Tuhan itu  sendiri  tidaklah selalu hal yang nyaman  manakala dipandang dalam terang sejumlah atribut-atribut Tuhan lainnya. Dua diantaranya adalah “kebaikan” Tuhan dan “kebijaksanaan” Tuhan. Tuhan yang memiliki se gala kuasa adalah  juga Tuhan yang baik dan bijak; Kuasa  Tuhan menjadi sebuah sumber kenyamanan yang  hebat dan penyemangat bagi orang  Kristen. Pelajaran ini menimbang atribut kebaikan Tuhan, dan pelajaran kita selanjutnya akan mempelajari atribut kebijaksanaan Tuhan. Sebuah  tinjauan singkat pada sejumlah kebenaran penting mengenai kebaikan Tuhan diharapkan membantu untuk memperlihatkan kepada  kita pentingnya mempelajari kebaikan Tuhan.

Kebaikan Tuhan adalah Salah Satu Atributnya

Mazmur 107:1
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Mazmur 31:19
Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!

Hosea 3:5
Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja mereka. Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya pada hari-hari yang terakhir.

Pentingnya Kebaikan Tuhan

Kebaikan Tuhan bukan sekedar sebuah atribut yang dimiliki Tuhan tetapi kebenaran mendasar  yang harus dipegang erat oleh setiap orang Kristen. Menimbang beberapa alas an kebaikan Tuhan adalah penting bagi kita.

(1)“Kebaikan” Tuhan  mengemuka dalam pembukaan bab-bab dalam Alkitab.
Berulang  kali, Tuhan menyatakan setiap hal yang Dia ciptakan adalah “baik” (Lihat  Kejadian 1:4,10,18 ; 1 Timotius 4:4). Pada bab 2, Tuhan telah melihat bahwa  tidak baik” bai Adam untuk  menjadi sendiri, dan oleh sebab itu Dia telah menciptakan seorang isteri baginya (Kejadian 2:18-25). Di taman Eden dimana Tuhan telah menempatkan Adam dan Hawa, ada “pohon pengetahuan yang baik dan jahat.” Dari buah pohon satu ini, pria dan wanita itu dilarang untuk memakannya. Kita akan kembali ke soal “kebaikan” di taman Eden, karena ini merupakan kebenaran yang sangat penting. Cukup untuk mengatakan isu-isu “kebaikan” dan “jahat” sangat menonjol dalam permulaan Alkitab.

(2)Kebaikan Tuhan   menjadi  totalitas seluruh  atribut-atribut Tuhan.
Kebai kan Tuhan  kemudian menjadi dipandang sebagai salah satu sisi natur dan karakter kemuliaan-Nya dan juga  keseluruhan  penyataan final  akan  natur dan karakternya.

Keluaran 33:19
Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."

Keluaran 34:5-7
Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN. Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."

(3) Tidak dapat memisahkan apa yang baik dari Tuhan

Anda tidak dapat memiliki kebaikan tanpa Tuhan, sebagaimana juga anda tidak dapat memiliki Tuhan tanpa kebaikan. Tuhan itu baik :

Mazmur 16:2
Aku berkata kepada TUHAN: "Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!"

Matius 19:16-17
da seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."

Tidak ada manusia yang baik :

Mazmur 14:1
Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik.

Mazmur 53 :1
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mahalat. Nyanyian pengajaran Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah!" Busuk dan jijik kecurangan mereka, tidak ada yang berbuat baik.

Roma 3:9-18
Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu."

Tuhan adalah sumber setiap  hal yang baik :



Yakobus 1:17
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Tuhan tidak pernah menahan apapun yang memang benar-benar baik dari anak-anak-Nya

Mazmur 84:11
Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.

Kita pada dasarnya tidak memisahkan “baik” dari “Tuhan.”  Disinilah masyarakat kita, dan khususnya sistem pendidikan kita memperhatikannya. Anda tidak dapat mengajarkan nilai-nilai, anda tidak dapat mengajarkan moralitas, tanpa mengajarkan tentantang Tuhan. “Jadilah kamu kudus,” Kata Tuhan, “Karena Aku kudus (Lihat  1 Petrus 1:16; Imamat 11:44 dan seterusnya).

(4) Takdir kekekalan manusia ditentukan oleh keputusannya terkait bagaiana dia dapat sungguh-sungguh menjadi baik dalam pandangan Tuhan (Lihat Yohanes 5:28-29; Roma 3:1-26; Titus 3:3-7).

(5) Terlepas dari pengungkapan  ilahi atas kitab suci, kita tidak dapat mengenali kebaikan sejati, karena hal ini tidak dapat dipahami terlepas dari mengenal  Tuhan dan memandang hidup ini dari sudut pandang Tuhan.

Ini  tepat dengan apa yang ditunjukan  Mazmur 73 yang akan kita amati, karena ini akan memberikan sebuah definisi “baik”  yang  secara radikal berbeda.

Baik Disimpulkan dalam Mazmur 73

Asaf, seorang Lewi , pemimpin para musisi Daud ( 1 Tawarikh 16:4-7,37), mengkomposisi Mazmur 73. Keyakinanku adalah bahwa tema sentral Mazmur 73 adalah kebaikan Tuhan. Ayat –ayat pertama dan terakhir dari Mazmur  ini mengandung kata “baik. Melalui perjalanan waktu dan Mazmur ini, Asaf menggarisbawahi sebuah perubahan radikal dalam  pemahamannya akan makna istilah “baik.” Karena kekeliruan Asaf akan makna “baik” yang pada dasarnya sama seperti orang-orang Kristen evangelikal dewasa ini, kita harus memahami pesan dari Mazmur ini dan makna dari istilah “baik.”

Asaf menggambarkan sebuah masa dalam hidupnya ketika dia mengalami perjuangan-perjuangan rohani yang serius.  Pemikirannya adalah :bahwa kebaikan Tuhan, terurtama kebaikan-Nya terhadap bangsanya sendiri :”Pastilah Tuhan baik kepada Israel, kepada mereka yang murni hatinya!” (ayat 1)

Bagi Asaf, peneguhan kebenaran ini bermakna bahwa Tuhan itu “baik” kepada Israel,berkat-berkat Tuhan secara  terus-menerus dicurahkan kepada mereka orang-orang Yahudi. Pada sisi lain, orang-orang tidak benar  bakal menemukan berbagai kesulitan. Kini ada sebuah elemen kebenaran  disini, sebagaimana dapat kita lihat dari berkat-berkat dan kutuk-kutuk pada  Ulangan28-30. Tetapi keduanya tidaklah   benar, dan ini bahkan merupakan bukti dalam Kitab Ulangan :

Ulangan 8:2-3
Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.

Asaf kepada para pembacanya mengakui bahwa dia  telah bergeser jauh dari jalur seharusnya. Dia telah terlampau jauh dari kebenaran sehingga dia nyaris  saja hancur. Dalam kata-katanya,” kakiku   nyaris tergelincir” (ayat 2). Dia tampaknya sedang mengakui bahwa dia mempertimbangkan untuk menyerahkan imannya dan  meninggalkan jalan kebenaran, menganggapnya bahwa  hal itu tidak memberikan manfaat yang nyata.

Problem Asaf pada utamanya terkait dengan cara pandang yang terdistorsi. Pertama  dan paling utama, dia telah menjadi cemburu pada mereka yang jahat. Tidak seperti Lot, seorang yang jiwanya benar terusik oleh dosa , Asaf berharap agar dia dapat ada di jalan mereka yang jahat. Dia tidak membenci dosa-dosa mereka; dia cemburu dengan keberhasilan orang berdosa (ayat 3). Kedua, dia merasa memiliki kebenaran diri sendiri. Dia memandang dirinya sebagai pribadi yang lebih baik daripada dia sebenarnya. Dia nampaknya beranggapan bahwa dia berhak atas berkat-berkat Tuhan dan  menyimpulkan  bahwa “kehidupannya yang benar” itu  telah menjadi sia-sia :

Mazmur 73:13
Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.

Ayat ini juga memberitahukan   bahwa Asaf memandang penderitaan-penderitaan berasal dari Tuhan. Tuhan sedang menghukum dia, dia seharusnya, menjadi orang yang saleh. Ketiga, Asaf nampaknya terjerembab dalam mengasihi dirinya sendiri. Ini sangat sulit untuk memandang hidup secara jernih ketika anda memandangnya melalui dua mata yang dipenuhi linangan air mata. Dan air mata ini adalah air mata mengasihi diri sendiri.

Saya yakin kata- kata Asaf dalam ayat 4-9 yang menggambarkan orang jahat adalah sebuah penggambaran mereka yang Asaf  lihat didalam jemaah   orang-orang Israel yang dating beribadah. Asaf sedang berbicara tentang orang-orang Yahudi yang jahat ketimbang orang-orang non Yahudi penyembah berhala. Saya juga yakin bahwa analisa Asaf sangat terganggu dan tidak akurat.

Asaf membuat sejumlah generalisasi yang hampir memukul rata semua orang dalam   paruh  pertama Mazmur tersebut, menyiratkan bahwa semua orang jahat itu makmur dan  orang benar , termasuk dirinya,menderita. Dia secara keliru menganggap orang jahat selalu sehat dan kaya dan berpikir tidak seorang jahat pun mengalami kesulitan-kesulitan hidup. Bahkan didalam kematian, mereka terluput dari  ketidaknyamanan. Dia  nampaknya  berpikir bahwa mereka yang makmur adalah semua orang yang arogan, menghujat Tuhan,menantang Tuhan untuk mengetahui atau memperhatikan apa yang dilakukan orang yang jahat.

Ada sejumlah kebenaran di sini. Beberapa orang jahat yang makmur sebagaimana yang telah digambarkan Asaf mengenai mereka.   Tetapi Asaf terlampau melakukan generalisasi, membuatnya terlihat bahwa Tuhan  memberkati semua orang yang jahat dan menghukum semua orang benar. Orang jahat  bangga dengan kejahatan-kejahatan mereka dan diberkati. Orang benar mempraktekan kebenarannya dan dihukum karena melakukanya. Sejauh kepedulian Asaf, ada sebuah alasan baik untuk menimbang bergabung dengan yang jahat ketimbang melawannya ( Lihat ayat 10-14)

Tetapi Asaf  salah, dan mengenai ini dia akui di beberapa poin dalam Mazmur.

Mazmur 73:2-3
Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik

Ayat 15
Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.

Ayat 21-22
Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.

Titik balik dalam Mazmur  ini adalah ayat 15. Sampai titik ini, Asaf memandang hidup ini dati perspektif manusia yang terdistorsi, Bagi dia, kebaikan Tuhan  berarti kesehatan dan kemakmuran, tidak seperti “ pengkhotbah injil hidup yang nyaman”  dewasa ini. Tetapi sebagaimana yang diakui  Asaf, dia salah. Pada ayat 15-28, dia menjelaskan mengapa dia salah, diakhiri dengan sebuah definisi “baik” yang sama sekali berbeda.

Ketika Asaf masuk “kedalam  tempat kudus Tuhan.” Dia dapat “memperhatikan kesudahan mereka” (ayat 17). Kini Asaf memandang kemakmuran orang-orang jahat dalam terang kekekalan ketimbang semata dari sudut pandang waktu/fana. Mereka yang nampaknya mengerjakan begitu baik dalam  kejahatan mereka, Asaf sekarang melihat dalam  bahaya besar. Kaki mereka ada di sebuah tempat yang licin. Hanya sesaat saja mereka akan menghadapi penghakiman Tuhan. Hari pembayaran mereka atas dosa yang mereka buat mungkin tidak datang dalam kehidupan  ini, tetapi pasti akan datang dalam kekekalan :

Ayat 18-20
Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.


Betapa bodohnya , bahkan menjijikan, Asaf telah berpikir bahwa orang jahat dapat menghindar dari dosa mereka, dan tidak aka nada hari perhitungan. Betapa bodohnya untuk  berkesimpulan bahwa Tuhan telah menghukumnya karena menghindari  cara-cara orang jahat  yang berdosa. Asaf kini melihat hubungannya dengan Tuhan dalam terang yang benar. Kekekalan memberikan baginya  pengharapan yang cerah dari hadirat Tuhan yang mulia.  Tetapi melengkapi berkat masa depan ini, Asaf bersukacita dengan  terhadap hadirat Tuhan dalam hidup ini :

Ayat 23-26
Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.

Asaf kini melihat kemakmuran pada orang-orang yang  jahat telah mengeraskan hati mereka terhadap Tuhan. Mereka menjadi  bangga, arogan, dan tidak membutuhkan Tuhan. Asaf juga melihat “penderitaan”-nya, apapun juga bentuknya, sebagai sumber berkat yang besar. Penderitaan dan kesengsaraannya menarik dirinya lebih dekat kepda Tuhan; kemakmuran pada orang-orang jahat menjauhkan mereka dari Tuhan. Pencobaan-pencobaannya benar-benar sebuah karunia dari Tuhan  untuk kebaikan  Asaf. Perjuangannya telah membawa dia kedalam sebuah intimasi yang lebih dalam dengan Tuhan dan  membuas semua kesedihan dan kesengsaraan jiwa bernilai. Mempercayai Tuhan dan  menjalani kehidupan yang kudus tidak hanya sarana-sarana  berkat-berkat kekal; semuanya itu juga merupakan berkat besar sesaat.

Sekarang Asaf mengerti “kebaikan” Tuhan   adalah sebuah cara yang berbeda. Asaf telah memiliki sebuah definsi baru untuk “baik.” Pada ayat 1, “baik” bermakna tidak adanya kesakitan, kesulitan, masalah, kesedihan, kesehatan yang  buruk, atau  tidak adanya kemiskinan. Pada ayat 28, “baik” berarti sesuatu yang jauh lebih baik daripada kemakmuran jasmaniah :

Ayat 28:
Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.

Kedekatan kepada Tuhan—persekutuan yang erat dengan  Tuhan—adalah kebaikan kita  yang  tertinggi. Kita  kemudian mungkin berkata bahwa apapun yang  mengganggu kedekatan kita dengan Tuhan, persekutuan kita dengan Tuhan, pada dasarnya adalah hal jahat. Dan apapun yang  membawa kita masuk ke persekutuan yang lebih dekat dengan Tuhan pada dasarnya “baik.” Ketika Tuhan membawa penderitaan dan kesulitan kedalam kehidupan kita, keyakinan diri kita  akan kebaikannya seharusnya tidak menjadi terancam. Sebaliknya, kita seharusnya menjadi   yakin akan kebaikannya kepada kita.

Pada akhirnya,penderitaan Ayub membawa dia lebih dekat kepada Tuhan; jadi itu baik, dan Tuhan baik dalam  membawa dirinya  ke situasi yang tidak menyenangkan.  Penderitaan Paulus membawa dirinya lebih dekat kepada Tuhan, dan dia telah melihat hal itu sebagai berkat ( Filipi 3:10). Hajaran Tuhan dalam kehidupan orang Kristen tidak hanya bukti bahwa kita anak-anak Kristus,  namun  merupakan bukti Tuhan bekerja didalam diri kita untuk kebaikan kita :

Ibrani 12 :1-13
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah. Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.


Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Bersambung : Bagian 2- Selesai

The Goodness of God, Study By: Bob Deffinbaugh | diterjemahkan oleh : Martin Simamora







No comments:

Post a Comment