Pages

09 August 2018

Mari Menjadi Orang Kristen yang Mengenal Politik (2)



Oleh: Martin Simamora

Apakah Politik & Mengapa Penting Bagi Kita?
Sebelumnya: Bagian1

Akan tetapi, hampir keseluruhan  paruh kedua abad keduapuluh, disiplin ilmu politik tetap terbagi dua antara serangkaian variasi pendekatan-pendekatan teoritikal dan metodologikal, yang bekerja hampir sama sekali terisosikan satu sama lainnya (Almond,1998). Sebagai contoh, satu grup ilmuwan telah mengadaptasi sejumlah gagasan-gagasan teoritikal tentang perilaku-perilaku aktor dalam ilmu ekonomi untuk dalam upaya untuk menjelaskan perilaku para pemilih, partai-partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, para wakil rakyat/legislator/senator atau para birokrat. Ini berdasarkan pada apa yang telah diasumsikan oleh kelompok ilmuwan ini bahwa para aktor politik tersebut telah didorong oleh kepentingan diri sendiri dan kalkulasi-kalkulasi strategi, pendekatan ini kemudian dikenal sebagai “pendekatan pilihan rasional” dalam ilmu politik. Beberapa ilmuwan terkemuka dalam pendekatan ini adalah Kenneth Arrow, Anthony Downs, William Riker, Mancur Olson, William Niskanen dan Kenneth Shepsle.

Kelompok ilmuwan politik lainnya telah mengadaptasi gagasan-gagasan teoritikal baru dalam  ilmu Sosiologi tentang penentu-penentu sosial dan budaya pada perilaku dalam upaya untuk menjelaskan formasi negara-negara, perilaku dan organisasi partai-partai politik, bagaimana warga negara memilih dalam pemilihan umum, dan mengapa sejumlah negara menjadi negara-negara demokrasi yang stabil sementara lainnya tidak. Beberapa-beberapa pakar terkemuka dalam gagasan ini lebih condong pada pendekatan sosiologikal terhadap perilaku adalahSeymour Martin Lipset, Gabriel Almond, Philip Converse, Stein Rokkan, Samuel Huntington dan Arend Lijphart. Untuk mendemukan lebih banyak lagi pemikiran-pemikiran dan karya-karya ilmuwan-ilmuwan politik besar era 1950-an, 1960-an dan 1970-an, anda bisa menemukannya di internet dengan memasukan nama-nama mereka pada mesin-mesin pencari  di internet.


Pada hampir keseluruhan periode ini, dua pendekatan di atas tadi pada ilmu politik, secara umum saling mengabaikan satu sama lainnya, bahkan  ketika mereka melakukan riset dan menuliskan topik-topik yang sama! Tetapi pada tahun 1980-an dan pada awal 1990-an, dua pendekatan ini telah mulai lebih saling mengkomunikasikan satu sama lainnya. Dari satu sisi, para penganut teori pilihan rasional telah menyadari bahwa model-model formal perilaku politik yang mereka usung tidak terlalu efektif pada menjelaskan hasil-hasil dunia nyatanya jika mereka tidak memasukan sejumlah pemahaman bernuansakan pada bagaimana institusional memerintah dan memproduseri bagaimana para actor berinteraksi. Dari sisi lainnya, para pakar dari tradisi yang lebih sosiologikal telah menyadari bahwa sementara budaya dan masyarakat membentuk institusi-institusi politik, institusi-institusi politik juga membentuk budaya dan masyarakat. Jadi, beranjak dari titik-titik start yang berbeda, ilmuwan-ilmuwan politik telah mulai untuk memfokuskan kembali pada peran institusi-institusi politik, di bawah rubrik yang kemudian dikenal sebagai “institusional baru” (bandingkan dengan Hall dan Taylor,1996).

Perilaku Politik?


Di sini, perilaku politik itu merujuk pada keyakian-keyakinan dan tindakan-tindakan aktor politik yaitu warga negara, para pemilih, para pemimpin partai politik, para anggota parlemen, para menteri pemerintah, para hakim, para aparatur sipil negara, atau anggota-anggota kelompok kepentingan. Aktor-aktor ini memiliki “preferensi-preferensi politik” : kepentingan-kepentingan politik mereka, nilai-nilai dan gol-gol. Sebagai contoh, sejumlah warga negara akan menyukai pemerintahan untuk mengalokasi lebih banyak uang pada pendidikan dan perawatan kesehatan, sementara lainnya akan menyukai pemerintahan untuk mengurangi pajak. Kemudian bagaimana preferensi-preferensi diterjemahkan menjadi aksi-aksi? Sebagai contoh, ketika memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum, apakah kebanyakan warga negara memilih penuh semangat berdasarkan kecenderungannya, bagi partai-partai yang memiliki kebijakan-kebijakan yang paling mendekati  preferensi-preferensi politik mereka; atau apakah mereka memilih secara strategis, bagi sebuah partai yang tidak terlalu mereka sukai tetapi yang memiliki sebuah peluang lebih tinggi untuk menang? Dan, bagaimana partai-partai ini merespon para pemilihnya? Apakah partai-partai tersebut bertahan dengan kebijakan-kebijakan mereka dan  berupaya membujuk para pemilih untuk mendukung mereka atau apakah mereka mengadaptasikan kebijakan-kebijakan mereka untuk mencoba memenangkan sebanyak mungkin suara? Dan, jika partai-partai melakukan hal yang belakangan tersebut, apakah ini akan membawa partai berlabuh pada titik pertemuan pada pemilih rata-rata (median) atau bergerak menuju ekstrim-ekstrim? Kelompok-kelompok kepentingan adalah serangkaian aktor-aktor politik lainnya. Mengapa sejumlah kelompok kepentingan lebih mampu untuk mengorganisasi dan member pengaruh politik daripada yang lainnya? Jelas sekali sejumlah kelompok kepentingan memiliki lebih banyak sumber-sumber finansial, tetapi uang tidak dapat selalu menjamin pengaruh. Mengapa demikian?

Institusi-Institusi Politik

Perilaku politik mengambil tempat didalam serangkaian lembaga-lembaga politik. Beberapa negara memiliki sistem-sistem presidensial (sebagaimana negara kita Indonesia), dimana ada sebuah pemisahan kekuasaan-kekuasaan antara eksekutif dan legislatif, sementara negara-negara lainnya memiliki sistem-sistem parlementer, dimana pemerintah bergantung pada dukungan parlemen dan pemerintah dapat membubarkan parlemen dan menggelar pemilihan umum (sebagaimana umumnya di negara-negara Eropa). Dalam kedua jenis rejim ini, beberapa pemerintahan terdiri dari sebuah partai politik tunggal (sebagaimana di Inggris), sementara pada negara-negara lain dibagi antara beberapa tingkat pemerintahan (sebagaimana dalam sistem federal, seperti Kanada atau India). Dan, pada sejumlah Negara, politisi-politisi yang dipilih secara relatif bebas dari pembatasan atau pengekangan kelembagaan eksternal; sementara itu di negara-negara lain sebuah Mahkamah Agung dan/atau sebuah bank sentral independen membatasi pilihan-pilihan kebijakan para politisi terpilih.

Serangkaian isu umum merupakan topic-topik saling bersinggungan pada institusi-institusi politik, yang berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi kebijakan dan political pada kekuasaan terkonsentrasi pada tangan aktor politik tunggal-seperti satu partai politik dalam pemerintahan bersistem parlementer-bandingkan dengan pemisahaan kekuasaan antara sejumlah “pemain-pemain veto”-baik beberapa partai dalam sebuah pemerintahan koalisi, atau eksekutif dan legislatur dalam sebuah sistem presidensial, atau pemerintahan dengan tingkatan-tingkatan berbeda dalam sebuah sistem federal, atau antara legislatur dan pengadilan-pengadilan yang berkuasa.


Hasil-Hasil Politikal




Akhirnya,  hasil-hasil politikal mencakup sebuah  rentang luas isu-isu, dari hasil  kebijakan spesifik seperti pertumbuhan ekonomi atau pengeluaran publik yang lebih tinggi atau perlindungan lingkungan yang lebih baik, hingga fenomena politik yang lebih luas seperti  kesetaraan politik dan ekonomi, harmoni sosial dan etnisitas, atau kepuasan dengan demokrasi dan pemerintahan, hingga fenomena politik identitas  sebagaimana di Indonesia saat ini. Beberapa negara memiliki program kesejahteraan yang melimpah sementara yang lainnya memiliki rejim yang kurang memberikan program kesejahteraan bagi rakyatnya. Beberapa negara lebih terbuka terhadap para imigran daripada yang lainnya, beberapa negara lebih baik dalam memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup daripada yang lainnya. Dan di beberapa negara, warga negaranya secara umum dipuaskan dengan bagaimana negara-negara mereka diperintah, sementara itu di negara-negara lainya, warga  negaranya sangat tidak puas.

Bersambung ke Bagian 3

Sumber utama penulisan untuk bagian ini:
Introduction to political Science, S.Hix and M.Whitting, Undergraduate Study in Economics, Management, Finan ce and the Social Siences, University of London-International Programmes
Diterjemahkan, diedit dan diadaptasikan oleh
Martin Simamora

No comments:

Post a Comment