Pages

17 August 2018

Mari Menjadi Orang Kristen yang Mengenal Politik (3)



Oleh: Martin Simamora

Apakah Politik & Mengapa Penting Bagi Kita?




Sebelumnya: Bagian2


Pilihan Rasional Anda Sebagai Pemilih?
Memahami Mengapa Memilih A dan Bukan Memilih B, dan Seterusnya
Apakah maksudnya?  Asumsi permulaan pilihan rasional dalam ilmu politik adalah, bahwa aktor-aktor politik seperti para pemilih, para politisi, partai-partai, atau kelompok-kelompok kepentingan- berperilaku ‘secara rasional’. Secara rasional dalam konteks ini tidak berarti bahwa aktor-aktor tersebut selalu secara cermat mengkalkulasi biaya-biaya dan manfaat-manfaat dari setiap keputusan yang mereka buat. Sebaliknya, secara rasional, maksudnya bahwa para aktor telah memiliki seperangkat preferensi-preferensi yang telah dapat diidentifikasikan pada hasil-hasil kebijakan atau political, dan manakala diperhadapkan dengan sebuah pilihan politik, para aktor politik tersebut akan cenderung untuk memilih opsi yang mereka  lebih sukai (yang memberikan mereka ‘utilitas’ paling tinggi). Jadi, sebagai contoh, jika seorang pemilih lebih menyukai Partai A daripada Partai B dan lebih menyukai Partai B daripada Partai C, tetapi masih belum ada kandidat dari Partai A yang muncul dalam sebuah pemilihan tertentu, pemilih tersebut secara rasional memilih Partai B daripada Partai C.

Para Pemilih Dalam “Dilemma Tawanan-Tawanan” Kala Berinteraksi Dengan Peluang-Peluang Politik Terbaik yang Diharapkannya

Ini terdengar seperti sebuah  gagasan sederhana. Tetapi, gagasan sederhana ini telah menghasilkan sejumlah pandangan yang sangat berpengaruh. Salah satu pandangan tersebut adalah apa yang dikenal sebagai ‘dilema tawanan-tawanan’ (bandingkan Von Neumann dan Morgenstern,1944). Kisah dibalik ‘dilemma tawanan-tawanan’ adalah sebagai berikut. Dua orang tahanan yang dicurigai melakukan sebuah kejahatan dan diinterogerasi secara terpisah. Mereka masing-masih diberitahukan bahwa mereka dapat buka suara atau diam. Jika mereka sama-sama diam, polisi akan mengatakan kepada mereka b ahwa mereka memiliki bukti memadai untuk mendakwa mereka berdua untuk semua kejahatan minor, yang memenjarakan mereka selama satu tahun.. Jika satu bicara dan yang lainnya bicara, yang bicara akan dilepaskan, dan yang satunya lagi akan didakwa atas kejahatan besar, dengan hukuman penjara 3 tahun. Jika mereka berdua buka suara, mereka akan didakwa dengan kejahatan  utama, tetapi dengan hukuman penjara yang lebih singkat, 2 tahun.

Tersangka 2


Diam
 Buka Mulut
Tersangka 1
Diam
-1,-1
-3,0
Buka Mulut
0,-3
-2,-2
Gambar 1.1: Dilema Tawanan-Tawanan

Gambar 1.1 menyederhanakan naratif dalam sebuah ‘game’. Setiap sel dalam grid mengindikasikan setiap kemungkinan hasil dan ‘imbalan’ bagi kedua pemain, dimana angka pertama dalam setiap sel mewakili imbalan bagi Tersangka 1 dan angka kedua merupakan imbalan bagi Tersangka 2. Kita dapat menentukan nilai-nilai bagi tersangka-tersangka.

●Dari sudut pandang seorang individual, hasil yang paling didambakan bagi Tersangka 1 adalah, bahwa ia dapat berbicara sementara Tersangka 2 tidak dapat. Dalam kasus ini, Tersangka 1 akan dibebaskan tanpa kerugian apapun. Kita akan menentukan padanya sebuah nilai 0.

●Hasil berikutnya yang sangat didambakan bagi Tersangka 1 adalah, bahwa ia tidak berbicara dan tidak juga pada Tersangka 2. Ini bermakna bahwa keduanya akan didakwa dengan pelanggaran atau kejahatan minor dan membayar kerugiannya dengan sebuah hukuman penjara yang kecil. Kita akan menentukan padanya  sebuah nilai -1.

●Sebuah hasil lebih negatif  adalah, bahwa Tersangka 1 berbicara dan demikian juga dengan Tersangka 2. Dalam kasus ini, kedua tersangka akan didakwa dengan sebuah pelanggaran mayor/besar dan akan mendapatkan hukum  penjara berjangka waktu lebih lama. Kita akan menentukan nilai pada hal in I dengan sebuah nilai -2.

●Hasil paling negatif bagi Tersangka 1 adalah, bahwa dia tetap tidak bersuara sementara Tersangka 2 menyatakan suaranya. Dalam skenario ini, Tersangka 1 akan menjalani hukuman penjara dengan sebuah pelanggaran utama dan kemungkian hukuman penjara terpanjang sementara Tersangka 2 pergi bebas. Kita menentukan pada hal ini sebuah nilai -3.

Menjadi jelas hasil terbaik kolektif akan terjadi apabila kedua-duanya tetap tidak bersuara, sehingga keduanya didakwa dengan sebuah pelanggaran minor (yang menghasilkan imbalan sebuah hukuman penjara 1 tahun bagi masing-masing pihak). Akan tetapi, jika kedua belah pihak rasional, dalam sebuah pemahaman strategis, kedua belah pihak akan menyatakan suaranya, sebab ini adalah ‘respon terbaik’ dari pemain manapun  terhadap aksi-aksi yang mungkin dari pemain lain. Sebagai contoh, jika Tersangka 1 bersuara dan Tersangka 2 tetap memilih tak bersuara, maka kemudan Tersangka 2 akan dikeluarkan, dan jika Tersangka 1 bersuara dan Tersangka 2 bersuara, maka setidaknya Tersangka 1 tidak akan berakhir dengan  hukuman penjara berjangka waktu lama. Mengikuti logika ini, kedua tersangka seharusnya bersuara/menyatakan suaranya, yang dapat bermakna keduanya akan dijatuhi hukuman penjara selama 2 tahun.


Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips Jusario Vermonte mengatakan mayoritas masyarakat belum puas dengan kinerja ekonomi pemerintah. Namun kepercayaan terhadap Presiden Joko Widodo sangat tinggi.

Hal itu dinyatakan Philips dalam pemaparannya di acara Bisnis Indonesia Economic Challenges 2018, Senin, 4 Desember 2017. Dari hasil riset CSIS, yang melibatkan seribu responden di 34 provinsi di Indonesia, 42,2 persen menyatakan kondisi perekonomian keluarga saat ini tidak ada perubahan dibandingkan dengan lima tahun lalu. Bahkan, 20,3 persen responden menyatakan lebih buruk, sedangkan hanya 37,5 persen yang menyebut baik.

Begitu juga kondisi perekonomian Indonesia secara umum 35,9 persen menyatakan tidak ada perubahan dibandingkan dengan lima tahun lalu. Sekitar 22,1 persen di antaranya beranggapan buruk dan hanya 41,7 persen responden yang berpersepsi baik.

Di sisi lain, kata dia, tingkat kepuasan terkait kondisi pembangunan saat ini dibandingkan lima tahun lalu sangat tinggi. Koresponden yang beranggapan pembangunan lebih baik mencapai 70,9 persen. Adapun yang beranggapan tidak ada perubahan hanya 19,8 persen dan yang menilai buruk 8,6 persen.

“Tingkat ekonomi kurang puas relatif tidak berubah dibandingkan pemerintahan sebelumnya. Tapi pembangunan tiga tahun terakhir sangat puas jauh lebih tinggi. Artinya masyarakat melihat pemerintah sedang bekerja. Yang penting menjaga tingkat kepercayaan meski ekonomi tidak berubah tapi kepercayaan tinggi. Itu belum dimiliki orang-orang lain yang ingin jadi presiden dan wakil presiden pada 2019,” ujarnya..- Tempo.co
Survei RTK: Pemilih 17-40 Tahun Cenderung Setuju Ganti Presiden


Hasil survei nasional terbaru Roda Tiga Konsultan terkait kesadaran masyarakat terhadap isu #2019GantiPresiden menunjukkan 61,1 persen masyarakat sadar terhadap isu tersebut. Sebanyak 42,7 persen di antaranya setuju dengan gerakan tersebut, 43,4 persen tidak setuju, dan sisanya belum menentukan sikap.

"Pemilih dengan rentang usia 17-40 tahun lebih banyak yang menyatakan setuju ganti presiden," kata Rikola Fedri, Direktur Riset RTK di Jakarta, Selasa 7 Agustus 2018.

Pemilih dengan usia 17-40 tahun, dalam survei tersebut, masuk dalam 47,8 persen dari total jumlah responden. Sisanya adalah pemilih yang berusia di atas 40 tahun.

Rinciannya, dari total responden berusia 17-40 tahun, yang menyatakan setuju ganti presiden sebanyak 42,1 persen. Sebanyak 39,3 persen menyatakan tidak setuju dan 18,6 persen menyatakan tidak tahu. Sementara, dari responden berusia di atas 40 tahun, yang setuju ganti presiden 31,8 persen dan 42,7 persen tidak setuju, dan 25,5 persen tidak tahu.- Tempo.co


Sebuah ‘persamaan Nash’ adalah sebuah ‘rangkaian strategi dalam sebuah game yang mana tidak ada satu pemainpun memiliki sebuah insentif untuk secara sepihak atau sendiri memutuskan secara mandiri untuk mengubah pikirannya terhadap apa yang dilakukan pemain-pemain lainnya’ (Clark dkk,2012, h.103). Dengan kata lain, ini merujuk pada sebuah situasi ketika seorang pemain membuat keputusan terbaik yang dapat mereka ambil, dengan mempertimbangkan aksi-aksi dari keputusan-keputusan pemain lainnya. ‘Persamaan’ dari dilemma tawanan-tawanan karenanya sebuah hasil ‘sub-optimal’, atau sebuah hasil yang bukan merupakan kemungkinan hasil kolektif terbaik. Maka, salah satu kunci pandangan teori pilihan rasional adalah, bahwa perilaku rasional secara individual dapat kadang-kadang menuntun pada hasil-hasil politikal dan kebijakan yang bukan merupakan hasil yang diinginkan secara kolektif atau secara bersama.


Bersambung ke Bagian 4

Sumber utama penulisan untuk bagian ini:

Introduction to political Science, S.Hix and M.Whitting, Undergraduate Study in Economics, Management, Finan ce and the Social Siences, University of London-International Programmes

Diterjemahkan, diedit dan diadaptasikan oleh

Martin Simamora




No comments:

Post a Comment