Pages

18 August 2018

Kisah-Kisah PerjalananYesus Menurut Injil (5)



Oleh: Martin Simamora

Roh Memimpin Dia Ke Padang Gurun: Untuk Dicobai Iblis Sementara Berpuasa 40 Hari

Ilustrasi: daya dosa pada kedagingan kita dalam rupa godaan

Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun
Ini adalah salah satu perjalanan yang sukar untuk dipahami begitu saja, sebab pertama-tama injil menunjukan bahwa Roh memimpin Yesus ke padang gurun untuk dicobai iblis? Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi, Allah memimpin Yesus masuk ke dalam pencobaan. Injil Markus memberikan catatan yang lugas dan tajam tentang perjalanan Yesus tersebut:

Markus 1:12-13 Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia. 

Perjalanan dalam pimpinan Allah ini telah memperhadapkan kepada kita sebuah kompleksitas yang membuat siapapun tak mudah untuk memahami Allah sebagaimana Allah seharusnya berdasarkan konsepsi manusia yang  meletakan perilaku Allah tak semestinya demikian. Tadi saya mengatakan bahwa ini hanyalah salah satu perjalanan yang sukar untuk dipahami, dan untuk memberikan spektrum yang lebih megah lagi, saya akan menggandengkannya dengan satu kisah lain yang memiliki substansi yang sangat identik dalam hal relasi Allah dengan iblis dalam sebuah kejanggalan yang memusingkan. Perhatikan tabel berikut ini:



Roh Memimpin

Pikiran Allah

Tetapi Yesus Mengetahui Pikiran Mereka

Markus 1:12-13 Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.

Lukas 11:17-18 Tetapi Yesus mengetahui pikiranSebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
Lukas 11:18,20 Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?.. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.


Bagaimana mungkin Allah dan kejahatan berjumpa dalam modus operandi seperti: Roh memimpin dan pikiran Allah?


Karena itulah peristiwa-peristiwa semacam ini dengan segera menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang merepresentasikan ketakterjangkauan pikiran manusia untuk mencoba memahami Allah, seperti dapatkah Allah dicobai dan berbuat dosa? Atau seberapa banyak Yesus itu memang seperti kita? Dan bagaimana godaan atau pencobaan dapat menimbulkan dosa bagi manusia? Dengan kata lain, isunya dapat menjadi lebih besar dan lebih kompleks lagi. Tetapi untuk menjadi peringatan  bagi kita akan ketakterjangkauan kita untuk memahami seutuhnya sementara penting bagi kita untuk memahami dan memiliki pengenalan yang benar akan Yesus Kristus, hardikan Yesus kepada Petrus kiranya menjadi pertimbangan yang sangat berharga bagi saya dan anda: engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.

Sementara akan begitu banyak pertanyaan yang membutuhkan penjelasan yang utuh dan segera terkait siapakah Yesus dalam Ia adalah Allah Sang Firman yang berinkarnasi menjadi manusia, atau sebagaimana Yesus berkata bahwa Ia adalah Anak Allah yang datang ke dalam dunia ini menjadi manusia (Yohanes 5:23,25; Yohanes 10:36; Yohanes 19:7), maka satu-satunya kepentingan dan sumber problem bagi kita, pada dasarnya, adalah: jika Yesus adalah seutuhnya manusia dan seutuhnya Allah, lalu sebesar apakah ia menjadi manusia sama seperti kita? Menjawab ini nampaknya memang melarang kita untuk mengisolasi Yesus adalah Allah yang menjadi manusia pada ia menjadi manusia sehingga terlepas sama sekali dari keilahiannya yang sama sekali tak berubah pada ia adalah Sang Mahakudus sementara ia adalah manusia sama seperti kita. Di sini saja, bukankah sudah teramat memusingkan? Menjadi sama seperti kita dalam kemanusiaannya tetapi sekaligus menakarnya mahakudus? Jika demikian apakah ia memang benar-benar merasakan sengat dosa itu pada dagingnya hari demi hari? Siapapun akan cenderung untuk berpikir secara demikian karena jika mengukurkan kemanusiaan kita terhadap Yesus adalah Anak Allah yang menjadi manusia sama seperti kita, maka bukankah tubuhnya juga turut mengalami kelemahan-kelemahan hingga kegagalan-kegagalan terhadap dosa?

Pada hakekatnya, perjalanan Yesus ke padang gurun Galilea ini, yang dipimpin oleh Roh Kudus menyingkapkan kepada kita fakta tentang Yesus yang adalah Anak Allah yang menjadi manusia. Pertama-tama: apakah Yesus benar-benar mengalami kelemahan tubuh manusia sebagaimana semua manusia, kedua: apakah Yesus benar-benar tidak dapat berdosa dalam kemanusiaannya dan jika ya demikian apakah yang membuat Yesus berbeda sementara Ia telah menjadi manusia sama seperti manusia lainnya. Ini membutuhkan kita untuk memperhatikan seperti apakah hakekat kemanusiaan Yesus sementara Ia adalah Anak Allah yang telah berinkarnasi menjadi manusia, yaitu:

Pertama: Ia sementara di bumi dan adalah Allah yang menjadi manusia, tak terpisahkan dari kesatuannya dengan Bapa. Injil Markus menyatakan fakta yang mencengangkan: Roh memimpin dia ke padang gurun. Perjalanan Yesus ke padang gurun, dengan demikian, bukan keinginannya atau kehendaknya apalagi gagasan dirinya. Perjalanan tersebut jelas bukan agendanya. Tetapi apakah Yesus senantiasa dalam relasi ilahi seperti ini: Roh memimpin dia? Jika ini menjadi hal yang sangat signifikan dalam kehidupan kemanusiaan Yesus maka menjadi penting untuk mengetahui apakah sumber atau apakah permulaan yang mensubstansikan atau mewujudkan ‘Roh memimpin dia?’ Semakin mulia dan semakin kudus sumber yang mensubstansikan Roh memimpin dia, maka ini harus senantiasa dilekatkan dalam setiap upaya untuk menjelaskan kemanusiaan Yesus dalam aspek yang seluas apapun juga. Baiklah, sekarang kita  perlu memperhatikan segera sesudah itu pada Markus 1:12, apakah peristiwa dibalik segera sesudah itu yang nyata diletakan sebagai peristiwa yang penting dan bertemali dengan Roh memimpin dia. Inilah peristiwa tersebut:

Markus 1:9-11 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

Apakah sumber atau permulaan yang mensubstansikan ‘Roh memimpin dia’ terlihat sangat jelas adalah: Roh turun ke atas-Nya. Tetapi meterai divinitasnya  yang menjelaskan hakekat kemanusiaan Yesus sementara Ia adalah Allah yang menjadi manusia sama seperti kita adalah relasi divinitas ini: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Ini adalah relasi yang hanya ada pada dan didalam diri Yesus, sehingga Roh turun ke atas-Nya menjadi tidak dapat diporsikan atau ditakarkan dalam derajat yang kemuliaan-Nya lebih rendah sehubungan Yesus juga adalah manusia. Itu sebabnya peristiwa Roh turun ke atas-Nya disertai dengan sabda yang berbunyi ”Engkau Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Sumber keberkenanan Bapa terhadap Yesus bukan karena  Yesus baru saja menerima Roh yang turun ke atas-Nya, tetapi karena siapakah Ia dalam relasinya dengan Bapa yaitu bahwa “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan”, relasi yang ada sejak semula yaitu sebelum  Ia datang ke dalam dunia ini (bandingkan dengan pernyataan Yesus ini: Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?- Yoh 6:62). Tetapi perlu menjadi catatan penting bahwa bukan saja hakekat kemanusiaan Yesus harus mempertimbangkan relasinya dengan Bapa yang tetap berlaku sementara ia dibumi, siapapun harus mempertimbangkan substansiasi “kepada-Mulah Aku berkenan” pada saat Ia berkata bahwa Ia adalah Peggenap nubuat nabi Yesaya ini:
Lukas 4:17-21 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

Yesus adalah manusia yang dipimpin oleh Roh dalam sebuah kesehakekatan dengan Allah sementara ia adalah juga manusia. Darimana kita dapat mengatakan bahwa Manusia Yesus dalam kemanusiaanya bahkan tak mengalami reduksi atau penyusutan keilahiannya yaitu bersehakekat dengan Allah? Maka kita harus menunjuk pada setidak-tidaknya 2 hal ini:
●Ia satu-satunya di bumi dan di sorga adalah manusia yang mana Allah berkenan dalam relasi yang dimiliki sejak kekekalan: Engkaulah Anak-Ku yang Ku-kasihi.
●Ia satu-satunya di bumi dan di sorga adalah manusia yang dapat berkata di hadapan manusia dan di hadapan Allah berkata Roh Tuhan ada pada-Ku dan berkata pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya terhadap nubuat mesianik yang ilahi sebagaimana dicatat dalam kitab nabi Yesaya.

Bukankah ini membuat kemanusiaan Yesus bagaikan sandiwara belaka jika demikian? Bukankah hal-hal di atas membuat Yesus menjadi begitu mulia sehingga menguburkan fakta bahwa ia juga adalah manusia? Sebelum menjadi terlampu kompleks dan terlampau tehnik, ini pun telah menjadi sebuah konflik yang runcing bagi sesamanya manusia di era Yesus, itu sebabnya Ia juga menunjukan ketakterpisahan dirinya dengan Bapa dalam ia adalah manusia sebagai identitas hakekat kemanusiaannya diantara manusia-manusia yang berdosa, sebagaimana ditunjukan pada episode-episode ini:
-Lukas 4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"

-Yohanes 5:23,25 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.

-Yohanes 10:36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

-Markus 2:5-8 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?

Ia telah sama menjadi seperti manusia pada Yesus, selain merupakan berita sukacita sekaligus secara teologia merupakan akar masalah kepelikan memahami Yesus pada kemanusiaannya. Pertama-tama tentu kepada apakah keberdosaan tak juga seharusnya merupakan natur yang melekat pada dirinya. Sejak Ia adalah juga manusia maka secara alami siapapun akan berpikir bahwa Yesus adalah sama sebagaimana manusia lainnya akan memiliki problem terhadap dosa dan karena itu untuk berpikir bahwa Yesus adalah mahakudus dan apalagi menguduskan manusia lainnya dari dosa berdasarkan ucapannya sendiri adalah berbahaya dalam pandangan para pakar teologia di zamannya yang berpendapat: Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?


Kedua: Ia adalah manusia yang dapat dicobai oleh iblis sementara Roh ada padanya dan Roh memimpin perjalanannya. Statement ini sendiri sudah sangat janggal bukan karena Yesus adalah manusia, tetapi karena Roh ada pada Yesus dan Roh memimpinnya menuju  ke tempat yang telah ditentukan ia harus masuk ke dalam pencobaan.

Seperti telah saya kemukakan sebelumnya, pada peristiwa pencobaan inilah, hakekat kemanusiaan Yesus terungkapkan bahwa ia memang dapat dan telah dicobai dan dapat mengalami penggodaan sebab ia adalah manusia sama seperti kita tetapi dalam  kesemua itu ia tidak ternodai sedikitpun oleh bayang-bayang dosa, sebab padanya ada Roh dalam Ia adalah manusia adalah sebagai Anak Allah, Ia hanya melayani Sabda Allah bukan iblis.

Bagaimanakah  kongkritnya Yesus yang dengan demikian ketika berelasi dengan Iblis dan daya goda dosa terhadap kedagingannya, dapat kita tinjau dari  rangkaian pencobaan yang diujikan oleh iblis dalam pimpinan Roh atas Yesus yang dalam kemanusiaannya harus menaklukan kedagingannya dalam pimpinan Roh:


Pencobaan Iblis
Respon Yesus
1
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti."- Lukas 4:3

Aspek yang dicobai Iblis:

Jati diri Yesus: Anak Allah
Kuasa Yesus: mengubah batu menjadi makanannya
Kebutuhan pokoknya sebagai manusia: dalam rasa lapar yang hebat


Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."- Lukas 4:4

Firman tertulis adalah kebenaran yang berkuasa memberinya ketaatan kepada Allah
Kehidupan manusia bersumber dari firman, bukan roti saja



2
Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.  Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." - Lukas 4:5-7


Aspek yang dicobai Iblis:

Pesona Kerajaan dunia: kuasa dan kemuliaan
Kuasa iblis atas kerajaan dunia: berada seutuhnya di tangannya
Kuasa iblis untuk memberikan dan syarat memilikinya:
akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.  Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu
Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"- Lukas 4:8


Firman tertulis adalah kebenaran yang berkuasa memberinya ketaatan kepada Allah
Kehidupan manusia hanya untuk menyembah Allah bukan apapun dan siapapun :Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!



3
Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,- sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."Lukas 4:9-11


Aspek yang dicobai Iblis:


Jati diri Yesus: Anak Allah
Kemuliaan dan keistimewaan Yesus: jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,- sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu
Kebutuhan pokoknya sebagai manusia: keamanan dan keselamatan lahiriah dari marabahaya atau malapetaka
Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"- Lukas 4:12




Firman tertulis adalah kebenaran yang berkuasa memberinya ketaatan kepada Allah
Kehidupan manusia bukan untuk mencobai Tuhan tetapi untuk mentaatinya


Berdasarkan tabel sederhana di atas, maka satu hal dapat dikatakan bahwa kemanusiaan Yesus adalah benar-benar manusia sejati sebagaimana kita, sehingga ia sendiri dapat digoda dan dicobai iblis dalam ia sendiri memiliki dan sedang mengalami kelemahan yang aktual: rasa lapar yang secara hebat mendera lengkap dengan kondisi fisik dan psikologis yang tak prima untuk begitu mengagungkan kebenaran dan ketaatan pada firman Allah sementara Ia sendiri sebagai Anak Allah dalam kelemahannya sedemikian tetap berkuasa penuh untuk sekedar mengubah batu untuk menjadi roti makanan pokok bagi kedagingannya sendiri. Darimanakah datangnya kuasa ketaatan sedemikian itu? Darimanakah ia dapat memiliki kuasa ketaatan yang dapat mengatasi kepungan kelemahan tubuh dan jiwa yang terakumulasi dalam puasa 40 hari di gurun itu? Jawabnya bukan  saja pada ia memutuskan untuk memilih lebih mentaati firman Tuhan yang tertulis ketimbang iblis, tetapi karena dalam ia memutuskan untuk memilih lebih mentaati firman Tuhan yang tertulis, ia sendiri  pada hakekatnya adalah Anak Allah.


Dilema Ketakberdosaan Yesus: Ia manusia sama seperti kita dan Ia adalah Anak Allah yang Mahakudus
Rangkaian pencobaan itu berakhir dengan catatan yang luar biasa unik:
Lukas 4:13-14 Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.

Sementara dengan tetap menyadari bahwa sebagai manusia, kita akan begitu ahlinya untuk meragukan Yesus untuk benar-benar tulen sama sekali tak bernoda dosa, dan begitu terbatas untuk menjelaskan bagaimana bisa sementara Ia sama seperti manusia lainnya tetapi ia sama sekali tak bernoda dosa maka ia tetap benar-benar manusia tulen hingga memenuhi kebenaran: ia adalah manusia sama seperti kita, maka kita harus memperhatikan dua relasi Yesus. Pertama relasi Yesus terhadap iblis pasca pencobaan dan relasi Yesus terhadap Roh pasca pencobaan. Perhatikan tabel berikut ini:

Relasi Yesus Pasca Pencobaan  Di Padang Gurun
dengan Iblis
dengan Roh
►Iblis mundur daripada Yesus
Dalam kuasa Roh Yesus ke Galilea
►Iblis menunggu waktu yang baik


Sementara kita memiliki dilemma teologis semacam ini: ia dapat dicobai iblis sekaligus dalam ia sama menjadi manusia karena dipimpin oleh Roh maka ia walaupun dicobai dalam sudut-sudut kelemahan terlemah dalam kemerosotan fisik dan jiwa/rohani, tidak dapat menjadi berdosa atau tercemari sama sekali dalam cara bagaimanapun, kita  akan menemukan realitas-realitas yang menuntut pertimbangan sangat tinggi:

Iblis mundur daripada Yesus: ini tanda bahwa ia sama sekali tak berdosa sama sekali sementara ia dapat dicobai
Iblis menunggu waktu yang baik: ini adalah bukti bahwa  Yesus adalah manusia dan tubuhnya dapat mengalami sengat daya dosa yang hebat
Dalam kuasa Roh Yesus ke Galilea: ini adalah: hakekat kemanusiaan Yesus sebelum masuk ke dalam pencobaan gurun, hakekat kemanusiaan Yesus dalam ia dalam pencobaan-pencobaan itu [perhatikan bahkan ia dalam hakekat Anak Allah], ini adalah hakekat kemanusiaan Yesus yang mengakibatkan ia tidak dapat dan tidak memiliki keinginan untuk berdosa.

Kita sangat sukar untuk mengabaikan bahwa hakekat Yesus itu tak sekedar dipimpin Roh tetapi Ia adalah Anak Allah untuk senantiasa diperhitungkan pada kemanusiaan Yesus untuk menjelaskan mengapa Yesus sama sekali tak bernoda dihadapan iblis sehingga iblis undur darinya, tepat sebagaimana siapapun harus berpikir bahwa hakekat kemanusiaan Yesus haruslah sejati dalam artian sama seperti kita dapat diperdaya oleh daya dosa pada daging agar jatuh ke dalam perhambaan maut. Sebagaimana anda berpikir bahwa mustahil Yesus benar-benar tulen manusia jika tak dapat berdosa, maka anda pun harus berpikir mustahil Yesus benar-benar tulen Anak Allah jika Iblis dengan segenap kuasa dan otoritas termulianya bahkan tak sanggup setitik saja menodai kemuliaan Yesus yang adalah Anak Allah sementara Ia datang ke dalam dunia ini sama seperti kita menjadi manusia.

Perjalanan Yesus satu ini, jelas menunjukan relasi Yesus terhadap iblis dan terhadap Bapa dalam sebuah dimensi yang tak terjangkaukan, selain menjangkau apa yang dinyatakan kitab suci: bahwa iblis harus undur dari-Nya, tanda tak berkuasa untuk menekuknya agar takluk kedalam pelukan dan pemerintahannya, padahal Ia sedang mengenakan tubuh kemanusiaan yang bekerja terhadap daya dosa untuk membuatnya dalam perhambaan maut. Relasinya yang paling penting, bukan pada apakah ia dengan demikian dapat berdosa atau tidak dapat sehingga menelurkan begitu kaya dengan kemungkinan keberdosaan dalam khasanah moralitas dunia manusia, tetapi apakah tujuan Bapa yang dikandungnya  selama di bumi ini dalam ia harus taat kepada Bapa dan firman tertulis sebagai Ia adalah satu-satunya manusia yang berkuasa menggenapi maksud Allah sebagaimana kitab suci menyatakannya, bagi manusia berdosa.

Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan… Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.- Ibrani 2:9-10, 14-15
Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment