Pages

20 August 2018

Relasi Yesus Penggenap Hukum Taurat Dengan Kekudusan Hidup



Oleh: Martin Simamora


Maka Jika Matamu yang Kanan Menyesatkan Engkau, Cungkillah dan Buanglah Itu

Pertanyaan Pertama
Membaca Matius 5:29  akan seperti membaca sebuah perintah yang  begitu gelap untuk mungkin dilakukan oleh siapapun, maka pertanyaan pertamanya adalah, apakah itu serius dan dalam makna sebenarnya? Tetapi jika Yesus yang bersabda maka jika anda seorang Kristen sejati, maka dirimu harus memastikan jiwamu sendiri bahwa Yesus tidak pernah berbicara omong kosong, sesuatu yang keseriusannya melampaui pengertianmu dan kekuatanmu untuk bersikap serius pasti tak tersangkali telah Yesus utarakan. Jika tidak demikian dan jika itu keseriusannya masih dalam rentang kemampuan kita maka tak mungkin perintah ini menunjukan deret ketakberdayaan jiwa untuk mentaatinya:

Cungkilah dan buanglah itu
 Penggalah dan buanglah itu
karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka

Banyak ketentuan kehidupan rohani yang dipresentasikan oleh Yesus Kristus kehadapan masyarakat di eranya, termasuk ke hadapan para tokoh-tokoh agama sezamannya adalah kehidupan kudus yang begitu ketat, bahwa setiap orang yang tak mampu atau tak fit untuk mentaatinya akan segera berpaling dari ketentuan kehidupan kudus seperti ini dalam keputusasaan, berteriak,”Ini adalah sebuah perkataan yang sukar; siapa yang kuat mendengarkannya?” Tetapi haruskah kita mempertahankan kebenaran itu bagi diri kita sebagaimana adanya, ataukah menurunkan perintah-perintah Allah pada tatar kebiasaan-kebiasaan dan kecenderungan-kecenderungan manusia untuk berdosa?Tidakkah kita harus sebaliknya mendeklarasikan seluruh nasihat Allah tersebut  dan menegakan nasihat Allah tersebut pada ketinggian setinggi otoritas firman atau perkataannya? Mengapa demikian? Karena kalau kita mau memperhatikan nasihat Yesus tersebut, kita akan melihat bahwa memang Yesus sendiri tak memberikan ruang probabilitas atau kemungkinan bagia siapapun juga untuk meletakan posisi nasihat kehidupan kudus ini sebagai sebuah non literal. Tentu saja ini akan membutuhkan penjelasan lebih lanjut, jika perintah itu non literal lalu bagaimana harus mempertahankan bahwa ketinggian kekudusan yang dimintakan Yesus adalah literal kudus tak bercela. Saya tidak akan masuk ke area tersebut untuk kesempatan ini. Tetapi saya mengajak anda untuk membaca rangkaian kalimat yang menunjukan bahwa nasihat hidup kudus setinggi ini tak pernah dimaksudkannya sebagai sebuah kudus yang bisa disesuaikan pada kemaksimalan manusia untuk mungkin mencapainya, tetapi memang kudus pada kemuliaan Tuhan yang adalah kudus dengan ketinggian yang tak dapat didekati oleh manusia, perhatikan ini:


karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa- Matius 5:29
karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa- Matius 5:30
Adakah kekudusan datang dari anggota tubuhmu sehingga  oleh anggota tubuhmu datang sebuah kekudusan yang melayakanmu dapat berkenan atau memperjumpakanmu pada kekudusan Allah?

Sehingga menjawab pertanyaan apakah nasihat hidup kudus sebagaimana yang Yesus maksudkan tersebut adalah bermakna literal? Maka jawabnya jelas: Yesus tak pernah bermain-main dengan kekudusan. Bahwa “kudus” dalam konteks Yesus bukan berdasarkan pada kemampuan dan kuasa keinginan kehendak manusia dalam membangun kekudusan itu sendiri, sehingga kekudusan tersebut menjadi dalam tatar kapasitas manusia. Kita sama sekali tak menemukan tempat bagi “pertobatan” anggota tubuh tersebut untuk merestorasi dan mengenakan kekudusan dalam bingkai Allah, sebaliknya kita hanya akan menemukan perintah “cungkilah dan buanglah” demi keselamatan dirimu sendiri. Jadi lebih baik menjadi buta daripada dengan memiliki penglihatan yang baik, seseorang malah kehilangan kehidupan bersama-sama dengan Tuhan pada saat ini dan pada kekekalan. Bisakah anda mengaplikasikannya pada aspek-aspek kehidupanmu yang lebih luas, selain mata?


Memilih untuk melepaskan apa yang paling disukai atau paling disayangi itulah yang dimintakan Allah demi berkenan bagi-Nya. Sekali lagi perhatikan ini: karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.

Mengapa kita harus berhati-hati untuk tidak terburu-buru memasukan perintah ini kedalam polemik “literal dan non-literal?” Karena pertama-tama, Yesus bukanlah seorang polemikus hukum Taurat, tetapi Ia terlebih dahulu sudah mendeklarasikan dirinya adalah Sang Penggenap hukum Taurat. Mari kita memperhatikan sabda Yesus ini mengenai dirinya dan relasi dirinya dengan hukum Taurat:

Matius 5:17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Ini seharusnya menjadi jelas bagi kita bahwa ketinggian kekudusan Allah sebagaimana dicahayakan oleh huruf-huruf mati hukum Taurat itu, tetap bercahaya terang benderang ketika Yesus datang. Bahkan sementara manusia tak pernah melihat teladan penggenapan hukum Taurat dalam standar menggenapi, pada era Yesus hal itu tergenapi oleh dan pada dirinya sendiri-terkait tubuhnya. Ia tidak sedang berpolemikus dalam tatar apakah literal dan bukankah itu seharusnya non-literal ketika bersabda mengenai dirinya sebagaimana ini: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Yesus berkata: janganlah kamu menyangka! Ini mengindikasikan janganlah coba-coba untuk berpikir selain daripada apa yang kukatakan, kujelaskan dan kumaksudkan. Jadi kalau Ia berkata janganlah kita menyangka terkait “aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya”, maka ini harus diartikan tanpa sayap-sayap pengertian dan tanpa baying-bayang keraguan mental manusia kita yang teramat manusiawi yang akan berteriak: mungkinkah ia yang manusia sama seperti kita melakukannya, dan tidak terjebak dalam polemik yang berbasis kedagingannya? Mungkinkah Ia manusia sekaligus Sang Penggenap, sehingga ia mahakudus sebagaimana kudusnya firman yang menyabdakan hukum taurat itu?

Pertanyaan pertama ini bisa kita pertajam dengan mempertanyakan, benarkah di era Yesus ada pengajaran atau apakah benar para ahli Taurat telah mengajarkan hukum taurat sehingga tak ada lagi terpancar kebenaran hakiki yang menyinarkan kekudusan Allah dalam keotentikannya? Menjawab ini, maka kita harus memperhatikan penjelasan Yesus, bagaimana sebetulnya situasi ajaran dan para pengajarnya/para ahli teologianya:

Matius 5:19-20 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Perhatikan kata-kata yang saya tekankan dengan huruf tebal. Bisakah anda menemukan jawabnya? Bisakah anda menemukan polanya? Sekarang jika saya menunjukan patron ini:

Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi


►►►►
Sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga

Menurut anda apakah  realitas kehidupan keagamaan yang digambarkan oleh Yesus itu merupakan makna non literal? Apakah sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, juga bermakna non literal? Atau setidak-tidaknya jikapun literal maka tidak masuk ke dalam kerajaan sorga bukan berarti neraka tetapi setidak-tidaknya langit baru bumi baru? Bagaimana memahami realitas kehidupan rohani yang melenceng dari kebenaran Bapa namun diajarkan sebagai kebenaran Tuhan akan berujung pada tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga? Pertama-tama, kita harus memperhatikan bahwa sebagaimana Yesus sangat ketat dalam memelihara kekudusan Bapa dihadapan manusia berdosa, maka ia pun secara ketat menjaga agar tak ada  satu kemungkinan tafsir yang jatuh ke area larangan utamanya: jangan kamu menyangka! Jadi perhatikan ini:

jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu- Mat 5:29

►►►►
dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.



jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu- Mat 5:30

►►►►
dari pada anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka

Jika kita menempatkan kekudusan bukan sebuah makna non literal atau sebagai sebuah keadaan yang dikehendaki Allah sebab Ia adalah kudus adanya, maka akan begitu sukar untuk mengatakan dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka adalah makna non literal baik pada konsekuensi dan pada neraka. Sehingga tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, pada substansinya adalah masuk neraka.

Sebelum siapapun secara parsial menentukan bahwa untuk bagian tuntutan kekudusan adalah makna literal atau seotentik gagasan yang dikandung kata tersebut sebab  demikianlah gagasan asli si penutur aslinya yaitu Yesus, dan pada bagian  lain terutama tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga, dimaknakan sebagai serendah-rendahnya adalah langit baru bumi baru, bukan bermakna neraka, maka si pengajar harus hati-hati untuk sebuah kemungkinan yang sangat berbahaya: menyuntikan gagasannya dengan melunakan tidak masuk ke dalam kerajaan sorga bukan masuk neraka. Ini sama dengan mengabaikan peringatan jangan kamu menyangka. Jadi hati-hati dengan apapun yang mungkin untuk kita sangkakan sementara sang penutur aslinya sudah memberikan peringatan keras. Mengapa hal ini menjadi sangat penting, karena Yesus Kristus bukan sekedar mendudukan dirinya sebagai Sang Penggenap, tetapi Ia telah mendudukan dirinya sebagai Tuhan atas hukum Taurat. Perhatikan sabdanya yang mendudukan dirinya sebagai Tuhan kebenaran atas hukum Taurat:

Matius 5:18  Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Ketika siapapun mempertajam atau memperluas pertanyaan pertama di atas, maka siapapun penting memperhatikan relasi Yesus terhadap eksistensi hukum Taurat dan eksistensi langit dan bumi.


Selama belum lenyap langit dan bumi

Hukum Taurat
Satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat
Yesus Kristus

Sebelum semuanya terjadi

Jika ini semua adalah makna literal maka Yesus sendiri memiliki eksistensi melampaui eksistensi jasmaniahnya yang pernah dikecap 12 murid  yang berakhir pada peristiwa kenaikan Yesus ke sorga. Keberakhiran eksistensi jasmaniahnya diantara manusia di bumi bukan sama sekali berakhirnya kebenaran yang terkandung didalam perkataan dan tubuh Yesus itu sendiri yang merupakan salah satu bagian penting yang hanya bisa digenapkan jika Ia datang ke dunia ini. Relasi Yesus dengan hukum Taurat memang unik, bagian-bagian yang  harus terjadi di bumi dan oleh tubuh jasmaniahnya telah berlangsung dan mengakhiri apapun juga yang telah ditentukan oleh hikum Taurat melalui tubuhnya yaitu:

Ibrani 10:5- 8Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" --meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat--.

Teks Ibrani menunjukan apa yang telah diselesaikan oleh tubuh Yesus terkait ketentuan Taurat terkait: korban bakaran, korban penghapus dosa. Sejak tubuh Yesus menggenapi ketentuan taurat terkait korban bakaran dan korban penghapus dosa, maka itu semua menunjukan Yesus adalah penggenap pada apa yang telah digenapinya. Tetapi Yesus juga menunjukan pada Matius 5:18 sementara pada bagian-bagian tertentu telah digenapi terkait korban bakaran dan korban penghapus dosa, maka kebenaran terkait korban bakaran dan korban penghapus dosa: tidak boleh dihapuskan! Mengapa? Karena itulah kebenaran Yesus sebagai penggenapnya. Itu sebabnya pada Ibrani diberikan catatan teramat penting: meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat, Bapa tidak berkenan kepadanya. Jadi tidak ada 2 jalan keselamatan seperti via Yesus Kristus dan via hukum Taurat. Surat Kepada Orang Ibrani ini pun mengajarkan bahwa bagi orang-orang Ibrani dimanapun ia berada, hanya ada satu korban bakaran dan korban penghapus dosa: Yesus Kristus yang telah dilakukannya satu kali saja di hadapan Bapa:

Ibrani 9:11-28  Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup. Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah. Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, sambil berkata: "Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu." Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah. Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah ditahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu. Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, emikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.

Teks diatas ini penting untuk menunjukan bahwa  jemaat Kristen perdana khususnya dikalangan orang-orang Ibrani telah diajarkan bahwa Yesus adalah penggenap hukum Taurat terkait apa yang hanya dapat digenapi jika Ia datang kedalam dunia dengan tubuh sama seperti kita, memang bermakna literal. Bermakna yang sesungguhnya. Kita bahkan sudah membaca ekspresi makna literasinya dalam penekanan yang sangat tajam dan bisa menyinggung hati: Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" --meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat.

Karena Yesus adalah Penggenap hukum Taurat adalah bukan kebenaran yang abstrak tetapi otentik, maka tuntutan kehidupan kudus seperti: Maka Jika Matamu yang Kanan Menyesatkan Engkau, Cungkillah dan Buanglah Itu pun  bukan kebenaran abstrak sehingga memerlukan sebuah pendekatan non literal yang membutukan seperangkat penjelasan teknis yang sangat pelik. Jika kita melakukan pendekatan non literal yang menyusutkan tuntutan kekudusan setinggi itu dan lalu konsekuensinya kita pun wajib menyusutkan makna: dari pada anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Maka anda pun harus menyusutkan makna pengurbanan tubuh Yesus Kristus pada salib sehingga tidak perlu dan tidak akan bisa bermakna bahwa Ia adalah penggenap segenap hukum Taurat termasuk menggenapi tuntutan korban penghapus dosa!

Kita pun karenanya, sekalipun dalam kebenaran Yesus telah menggenapi korban penghapus dosa, justru harus sungguh-sungguh dalam mengejar kehidupan kudus itu sendiri. Mengapa? Karena mengejar hidup kudus dan memiliki hidup kudus itu, sama sekali tidak akan pernah senilai dengan korban penghapus dosa! Tubuh saya dan tubuhku ini terlalu hina dan terlalu busuk untuk mampu mengeluarkan bau yang harum ketika kita berpikir bahwa dengan hidup kudus akan membuat kita layak masuk sorga, mengatakan demikian maka itu sendiri telah menyetarakan diri dan perbuatan kudusmu dengan korban bakaran. Ingat satu-satunya tubuh yang berkenan dihadapan Allah adalah tubuh Yesus Kristus: Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Kecuali anda berpikir bahwa tubuhmu berkuasa untuk menghapus korban penghapus dosa via rupa-rupa perbuatan baik dan kudus.

Ketika kita  mengejar kehidupan kudus sebagai murid-murid Kristus di muka bumi ini, kita sama sekali tidak  sedang berjuang berkali-kali untuk selamat. Hidup kudus sama sekali tidak bertemali dengan menjadi diselamatkan. Kalau anda berpikir mengejar hidup kudus sama saja dengan menyalibkannya kembali berkali-kali, jelas keliru sekali. Kebenarannya adalah: dalam kita memenuhi nasihat Kristus untuk memperjuangkan kehidupan kudus tersebut di atas, kita disaat yang sama menyatakan kelemahan-kelemahan kita dan bergantung penuh pada Yesus sebagai satu-satunya yang menjadi korban penghapus dosa bagi kita untuk selama-lamanya. Perhatikan nas Ibrani ini: Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya

Perhatikan: Ia bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan manusia dalam menghapus dosa oleh korban-Nya bagi kepentingan kita. Sekali lagi di sini kita melihat bahwa Allah senantiasa menuntut standard kekudusan yang bukan berdasarkan keoptimalan yang mungkin dicapai manusia atau buatan manusia, tetapi Allah saja. Ini artinya nilai kekudusannya sama dengan: Maka Jika Matamu yang Kanan Menyesatkan Engkau, Cungkillah dan Buanglah Itu. Di luar ketentuan Taurat yang digenapi oleh Yesus Kristus maka mustahil kita bisa mendapatkan penghapusan dosa; diluar ketentuan Taurat yang digenapi oleh Yesus Kristus, maka segala perbuatan baik dan kudus kita akan tak berniai apalagi berkuasa untuk menguduskanmu. Jika Yesus terkait kebenaran ini saja berkata kepada 11 muridnya :

Lukas 24:44-47 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.

Berlaku bagi segala bangsa, maka kebenaran pada Surat Ibrani tersebut tentu saja bukan kebenaran terbatas bagi orang Ibrani saja. Sebab pada mulanya bukanlah kebudayaan dan bangsa, tetapi pada mulanya adalah Allah telah menetapkan di sorga sebelum segala sesuatunya ada:

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”

Yesus dan hukum Taurat memiliki relasi sejak kekekalan. Jika tidak, bagaimana mungkin Ia berkata Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.



Jadi Apakah lagi?
Kita harus menyadari bahwa kehidupan kita adalah kehidupan memikul salib yang hanya akan berlangsung secara efektif jika saya dan anda mau menyangkali diri. Menyangkali diri pada dasarnya adalah memilih untuk menundukan diri pada apapun yang dikatakan dan dikehendaki oleh firman dan oleh Sang Penggenapnya. Sederhananya, siapapun harus perhatikan peringatan Yesus ini: jangan kamu menyangka! Jangan gunakan relativitas jiwamu dalam menginterpretasikan bagaimanakah keselamatan itu seharusnya!Tetapi, apakah otentiknya memikul salib dan menyangkal diri? Otentiknya adalah ini kehidupan yang bersentral pada: Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Matius 5:48). Ingatlah, perintah ini tidak membuat anda dengan demikian menyangkali karya suci dan mulia salib Kristus yang telah memberikanmu keselamatan karena anugerah Bapa dalam dan melalui Sang Kristus, karena menjadi sempurna seperti Bapamu di sorga tidak pernah merupakan substitusi  korban penghapus dosa yang dapat anda lakukan sehingga anda mengadakan kembali apa yang telah digenapi-Nya, tidak akan pernah! Jika sebaliknya, sehingga anda dapat mengadakan substitusi yang demikian, maka mustahil Yesus berkata bahwa Ia datang untuk menggenapi hukum Taurat.

Kita harus benar-benar berhati-hati untuk tidak menjadi sembrono dalam melakukan tuntutan: hendaklah harus sempurna seperti Bapa di sorga agar tidak terjebak pada 2 bentuk  penyimpangan kebenaran: pertama yang menganggapnya sebagai kebenaran era taurat sebelum Yesus mati di kayu salib, sehingga ini bukan lagi menjadi signature kehidupan anak-anak Tuhan; kedua, yang menganggapnya sebagai kebenaran yang setara sehingga merupakan substitusi pada korban penghapus dosa dan sekaligus pada korban Yesus di salib itu, yang kedua ini memang akan memberikan konsekuensi teologis: Yesus datang sebagai penggenap hukum Taurat dan keselamatan bagi segala bangsa adalah non literal dan membutuhkan pendekatan teknis yang berujung ada keselamatan berdasarkan perbuatan baik. Jika terakhir ini adalah benar, bukankah sebetulnya tidak perlu terlalu rumit untuk membutuhkan Tuhan, sebab kebenaran diri adalah tuhan penentu keberakhiranmu?

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment