Pages

08 June 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (1C)



Oleh: Martin Simamora



The centurion of  Capernaum before Christ - Credit: Paulo Veronese 1581-2

Pada  paragraf 9 berikut ini, sementara pendeta Erastus Sabdono membuat pernyataan “semua orang di luar Kristen pasti masuk neraka” dikatakan olehnya sebagai perumusan manusia berdasarkan sebuah dalih, sebaliknya kita akan menemukan bahwa itu adalah  argumentasi yang sangat salah secara fatal.  Mari, terlebih dahulu, kita membaca paragraf tersebut: 

paragraf 9: Banyak orang Kristen dengan dalih bahwa perbuatan manusia tidak menyelamatkan lalu mulai merumuskan bahwa semua orang di luar Kristen pasti masuk neraka. Perbuatan baik memang tidak menyelamatkan, tetapi itu hanya berlaku bagi mereka yang mendengar Injil (keselamatan mereka tergantung sikapnya terhadap karya Kristus). Bagi orang yang tidak mendengar Injil, perbuatan baik merupakan ukuran dalam penghakiman nanti. Penghakiman itu akan menjadi ukuran apakah seseorang diperkenan masuk dunia yang akan datang atau binasa di dalam lautan api. Penghakiman terjadi atas manusia sesuai dengan perbuatannya.

Ketika dikatakan: “Banyak orang Kristen dengan dalih bahwa perbuatan manusia tidak menyelamatkan lalu mulai merumuskan bahwa semua orang di luar Kristen pasti masuk neraka.”  Maka  ada 2 pertanyaan mendasar yang harus dijawab:

(1)Benarkah “perbuatan manusia tidak menyelamatkan” merupakan dalih belaka?
(2)Benarkah “semua orang di luar Kristen pasti masuk neraka”  merupakan rumusan manusia?

Sekarang kita harus membuka Alkitab kita. Benarkah  Alkitab mendukung dua hal yang sedang dituduhkan tersebut?


(1).Benarkah Perjanjian Baru menyatakan “perbuatan manusia tidak menyelamatkan? Namun hanya  Iman!
Pandangan Injil, Yesus Kristus dan para rasul: dalam Injil, kita akan menemukan  bahwa iman menjadi sentral segala kebaikan dan segala jawaban atas pengharapan manusia, termasuk keselamatan atau hidup kekal bersama dengan Bapa. Dan Yesus secara khusus menempatkan iman, dan bukan perbuatan, sebagai sumber tunggal  segala kebaikan, dan sumber segala jawaban atas pengharapan manusia. Iman manusia kepada dirinya, sebagai sumber segala kebaikan dan  sumber segala jawaban atas pengharapan; iman merupakan satu-satunya  hal terpenting yang disampaikan kepada manusia:

Lukas 7:48-50 Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni." Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?" Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!" 


Matius 8:5-13 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita. Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.... (13) Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.


Matius 9:20-22 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.


Tiga dari banyak peristiwa dalam Injil, yang saya sajikan sebagai contoh untuk menyatakan, bahwa baik Injil dan tentu saja Yesus Kristus memang sama sekali tidak pernah menyebutkan sama sekali elemen  perbuatan baik pada peristiwa keselamatan seorang manusia. Bahkan keselamatan yang menentukan bagaimana keadaan manusia pada  akhirnya atau pada kesudahan hidupnya, sebagaimana dalam peristiwa seorang non Israel, seorang yang bukan menjadi obyek khusus kasih yang begitu besar dari Allah (bandingkan Yohanes 1:11). Ketika Yesus berkata “tidak pernah aku jumpai pada seorangpun diantara orang Israel” terkait  “iman sebesar ini,” haruslah dipandang bahwa  keselamatan pada sebuah kaum pilihan hanya akan tergenapi ketika kaum pilihan itu menerima dan percaya kepadanya. Dan, Yohanes 1:12 telah menegaskan hal itu, dan peristiwa seorang prajurit-seorang non Israel yang beriman  begitu besar merupakan representasi Yohanes 1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”


Yesus sendiri, pada peristiwa keberimanan seorang non Yahudi ini,  tidak berhenti sampai sekedar memujinya, namun mengaitkannya pada kesudahan orang yang beriman kepada Yesus itu, dan  bagaimana keselamatan di dalam Kristus itu   tidak hilang. Atau tidak juga berhenti ketika Yesus tidak menemukan iman yang hebat pada bangsanya sendiri; keselamatan di dalam Kristus itu nyatanya terus bergerak menjamah bangsa-bangsa lain; bangsa-bangsa  lain itu mengalami keselamatan oleh karena mereka percaya kepada Yesus, bukan karena apa yang telah dilakukan atau apa yang telah dicapainya, sebagaimana prajurit itu:

Matius 8:11-12 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Banyak orang, bukan semua orang. Dan Yesus tidak mengatakan sedikitpun, "mengapa mereka yang merupakan orang-orang masa depan - bukan orang-orang masa Yesus (perhatikan “banyak orang AKAN datang”) yang KELAK akan  dapat menjadi percaya, DAPAT makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub DI SORGA?!" Nama-nama “Abraham, Ishak, dan Yakub” adalah tokoh-tokoh teramat penting dalam Perjanjian Lama dan dalam sejarah keselamatan yang datang dari dan diadakan oleh Allah. Yesus tidak memberitahukan mengapa orang-orang masa depan yang NON YAHUDI itu bisa berada di Sorga, namun jelas  Yesus baru saja menyatakan ketakjubannya terhadap seorang NON YAHUDI yang BERIMAN kepada DIRINYA. Inilah yang menjadi dasar Yesus berkata mengenai sebuah MASA DEPAN orang-orang NON YAHUDI yang akan datang- yang akan  dapat beriman. Yesus sudah melihat  terlebih dahulu dalam sebuah kepastian bahwa akan banyak dari mereka (NON YAHUDI) dari seluruh dunia yang akan masuk menjadi percaya kepadanya dan BERADA DI SORGA. [Mengapa manusia dapat menjadi percaya atau beriman kepada Yesus? Penjelasannya dapat ditemukan pada "Tinjauan Bagian 1E"]


Prajurit yang NON YAHUDI itu, jelas, bukan sama sekali  yang menerima dan memilliki hukum-hukum Tuhan, apalagi perjanjian-perjanjian keselamatan yang telah disampaikan kepada para nabi bangsa Yahudi sejak zaman purba, namun kita melihat, oleh percayanya kepada Yesus, dia menerima sebuah pujian dari Yesus, dan itu berarti dia telah diperhitungkan sebagai yang telah menerima jawaban atas permohonannya oleh  Yesus, sekalipun bukan seorang Yahudi, sekalipun bukan seorang yang menerima hukum Taurat, dan sekalipun bukan orang yang merupakan bagian dari sebuah bangsa yang telah menerima, mempercayai dan menantikan kegenapan janji-janji keselamatan melalui tokoh-tokoh yang telah Allah pilih:

Ibrani 11:17-21 Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. Karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Karena iman maka Yakub, ketika hampir waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya.

(bandingkan dengan Ibrani 1:1-2, Bilangan 12:6, Bilangan 12:8, Yohanes 9:29, Kisah Para Rasul 3:21)
Dia telah menikmatinya secara dahsyat dan ajaib.

Satu konsistensi Allah yang tak terbendung. Kepada  tokoh-tokoh pilihan yang melahirkan umat pilihan, melahirkan sebuah bangsa pilihan. Iman kepada Allah dan segenap janji-janjinya adalah satu-satunya faktor yang dicatat dalam sejarah keselamatan yang diselenggarakan oleh Allah. Maka, pun demikian  kita telah melihat, ketika sejarah keselamatan itu datang pada kulminasinya dalam diri Yesus Kristus – Allah Sang Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:1,14) masuk dalam sejarah perjalanan keselamatan yang telah Allah tuliskan sejak semula  pada bangsa Yahudi, ketika bergerak keluar menjamah bangsa-bangsa  non Yahudi, maka IMAN menjadi satu-satunya faktor  yang diperhitungkan Allah kepada bangsa non Yahudi, seperti pada prajurit tadi.


PENTING untuk diperhatikan, bahwa kematiannya bukan hanya untuk bangsa Yahudi, SEJAK MULANYA! Namun, juga bagi bangsa-bangsa NON Yahudi yang percaya atau beriman kepada Yesus Kristus atau untuk anak-anak Allah:

Yohanes 11:51-52 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.


Bukan untuk  bangsa Israel saja, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain-lain seperti prajurit tadi. Yesus mati untuk “orang-orang beriman atau anak-anak Allah yang akan datang,” sehingga  bisa ada di sorga, sehingga bisa duduk makan bersama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di SORGA. Jika penyaliban, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus  ke Sorga untuk duduk di sebalah kanan Allah, tidak diperhitungkan terhadap bangsa-bangsa non Yahudi  atau anak-anak Allah non Yahudi di segenap penjuru dunia, maka mustahil Yesus berkata sebagaimana di Matius 8:11-12 tadi.


Iman atau percaya kepada Allah  dan kepada segenap janji-janjinya, janji keselamatan yang hanya tergenapi di dalam Yesus Kristus, memang hal yang sangat vital. Percaya kepada Yesus Kristus dan kemudian menjadi orang-orang percaya atau anak-anak Allah, bukan sesuatu yang dapat lahir dengan sendirinya dari diri manusia itu. Mari kita perhatikan bagaimana rasul Yohanes mengatakan hal ini:

Yohanes 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;

Yohanes Pembaptis, bahkan mempunyai tugas pokok untuk membuat semua pendengarnya PERCAYA kepada Yesus Kristus:

Yohanes 1:7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. (siapa terang itu? Yohanes 1:2-5).

Yohanes 1:8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.


Tugas Yohanes Pembaptis, memberitakan Yesus Kristus yang sudah datang agar semua orang menjadi percaya kepadanya. Yohanes tidak memberitakan apa yang harus diperbuat manusia terkait ketentuan-ketentuan pada hukum Taurat, sama sekali tidak! Bukan sekedar menjadi penting oleh karena apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Namun yang teragung adalah: “beriman kepada Yesusmenjadi kemutlakan, karena perihal pekerjaan Yohanes Pembaptis ini telah sejak lama  dinubuatkan  jauh sebelumnya harus terjadi, sebagaimana dikatakan oleh Yohanes Pembaptis sendiri ketika menjelaskan siapakah dirinya:

Yohanes 1:22-23 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya."

Tugas Yohanes Pembaptis untuk memberitakan Yesussupaya oleh pemberitaan injil-kabar baik, orang yang mendengar dapat menjadi percaya karenanya. Dan Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa dirinya adalah sebagaimana yang telah dikatakan oleh nabi Yesaya:

Yesaya 40:3 Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!

Bandingkan hal ini dengan:
Matius 1:1-3 Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."


Markus 1:1-4 Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: "Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya", demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu."

PERMULAAN INJIL  tentang Yesus Kristus, Anak Allah atau Allah Sang Firman yang telah menjadi manusia, pada pokoknya telah ditemukan dan dikumandangkan oleh NABI YESAYA! Dan PERMULAAN INJIL  dimulai dengan pemberitaan kedatangan Sang Mesias UNTUK DIPERCAYAI sekalipun belum nampak dalam pandangan mata! Percaya atau beriman pada  dia yang belum datang kepada Yohanes Pembaptis sendiri, adalah  jantung Injil itu sendiri. Yohanes Pembaptis adalah nabi yang dinubuatkan oleh nabi Perjanjian Lama lainnya bernama Yesaya sebagai “PEMBERITA DIA” sementara dia yang diberitakan itu sendiri belum menampilkan dirinya, bahkan kepadanya sendiri!


Perhatikan! Yohanes Pembaptis bahkan belum mengetahui siapakah dia sesungguhnya yang diberitakannya itu. Namun dia tahu pasti  dan PERCAYA bahwa apa yang dikerjakannya adalah benar dan merupakan kehendak Allah itu sendiri, sebagaimana telah dinubuatkan sejak lama sekali oleh nabi Yesaya. Sehingga lahirlah perkataan yang luar biasa ini:

Yohanes 1:26-27 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak."

Belum berjumpa dan belum mengenal secara personal. Masih menantikan, belum berjumpa secara langsung, namun  percaya kepada dia yang masih dinantikan dalam sebuah iman yang sangat mulia. Inilah tugas Yohanes Pembaptis itu, memberitakan dia kepada semua orang pendengarnya untuk percaya kepada dia yang bahkan belum dapat ditunjuknya secara langsung, sebab dirinya pun belum mengalami perjumpaan secara langsung, bertatap muka. Tak pernah bertatap muka namun berkata bagaikan sangat mengenal siapa dia sesungguhnya! Percaya, itulah yang dimiliki oleh Yohanes Pembaptis, dan itulah yang dimintanya kepada para pendengarnya, sementara dia yang dinantikan belum juga datang!

Baru pada keesokan harinya, dia yang diberitakannya dan dia yang dinantikannya juga menghadirkan dirinya dihadapannya:

Yohanes 1:29-31 Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."


Yohanes Pembaptis sejak semula TIDAK MENGENAL namun PERCAYA, BELUM berjumpa sama sekali, namun percaya bahwa pemberitaannya adalah benar, sebab dia tahu untuk apa dia ada di dunia ini: “untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.” Belum melihat namun percaya sehingga melakukan sebagaimana dikehendaki Allah. Perhatikan, PERCAYA SEHINGGA MELAKUKAN, selalu demikian sejarah keselamatan dari Tuhan sejak pada Perjanjian Lama. Tidak mungkin melakukan jika tidak percaya. Percaya kepada-Nya adalah kunci kehidupan dari Tuhan untuk  berlangsung di dalam diri seorang percaya.


Karena percaya, maka Yohanes dapat berkata “Dia telah ada sebelum aku.” Sementara secara kelahiran, Yohanes Pembaptis lebih dahulu hadir dalam kandungan ibunya dibandingkan dengan Yesus sendiri (Lukas 1:35-36), dapat dikatakan Yohanes Pembaptis sedang membicarakan Yesus sebagaimana Yohanes 1:1-2, sebab secara kelahiran, Yohanes Pembaptis lebih dahulu ada sebelum dia yang sedang diberitakannya. Bandingkan dengan perkataan Yesus berikut ini, terkait dengan “Dia telah ada sebelum aku”:
Matius 13:35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."

Bagaimana dengan Yesus sendiri? Apakah Ia sendiri ada memosisikan iman kepada dirinya atau percaya kepadanya merupakan hal yang sangat mutlak, yang jika tidak beriman kepadanya akan mengakibatkan hal yang sangat mematikan atau tak terampuni?

Mari kita perhatikan perkataan Yesus berikut ini:

Yohanes 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia,kamu akan mati dalam dosamu."

Apa yang dimaksud dengan “karena itu tadi Aku berkata kepadamu?” Ini pasti terkait  keharusan percaya kepadanya, jika tidak akan mati. Karena dinilai oleh Yesus Kristus, ketidakpercayaan kepadanya sebagai sebuah dosa yang tak akan terhapuskan  kecuali percaya. Perhatikan perkataan-perkataan Yesus SEBELUMNYA:

Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Yohanes 8:21 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang."

Ada KEMUSTAHILAN bagi siapapun manusia untuk luput dari kematian, JIKA terlepas dari Yesus Kristus. MENGAPA? Sebab Yesus MENAUTKAN  kedapatan seseorang berada di sorga dengan PERCAYA kepadanya dalam sebuah kemutlakan. Mari perhatikan berikut ini:
a.Pertama, Yesus menautkan bahwa mengikut dia sebagai akibat percaya akan memberikan kehidupan, menyingkirkan kegelapan ( Yohanes 8:12)


b.Kedua, mengikut dia bukan sekedar atau tidak boleh dipahami sebagai kepengikutan di dunia ini saja, namun ini terkait pada kekekalan. Perhatikan,Yesus berkata “Aku akan pergi..... ke tempat Aku pergi, TIDAK MUNGKIN kamu datang” (Yohanes 8:21).  Perkataan Yesus ini, menutup sebuah kemungkinan keselamatan alternatif atau pola keselamatan lain yang bagaimanapun, sebab ke Sorga atau UNTUK TIDAK MATI DALAM DOSA, mutlak terkait dengan MENGIKUT DIRINYA, bukan mengikut apapun yang lain! Yesus berkata TIDAK MUNGKIN bagi yang lain, bagi segala jalan keselamatan untuk dapat terjadi,  tanpa dirinya.

c.Ketiga, vitalitas dirinya sebagai satu-satunya pribadi yang harus dipercayai dan harus diikuti agar memiliki hidup dan agar supaya berada di tempat di mana Yesus berada, telah membuat  sebuah penolakan  terhadap dirinya menghasilkan sebuah kepastian di dalam tangan maut: “kamu akan mati di dalam dosamu jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia.”
Itu sebabnya, dalam perkara ini, dia menyingkapkan keberasalan dirinya dalam sebuah cara yang sukar untuk dipahami:

Yohanes 8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.

Untuk menunjukan bahwa dia bukan saja kredibel untuk berkata demikian, namun memang sejatinya, dunia ini bukanlah asalnya! Dan dengan demikian memang dia sangat tahu apa yang sedang dikatakannya.


Sementara  Yesus berkata demikian, para pendengarnya menilai Yesus sedang berbicara  perihal bunuh diri (Yohanes 8:22).
Pada titik ini, Yesus berkata “tidak ada  gunanya lagi aku berkata kepadamu.” Apakah gunanya berkata lagi, jika dirinya saja tidak lagi dipercayai?
Yohanes 8:25 Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?

Percaya kepada dirinya, dalam  sebuah percaya akan kemuliaan pada dirinya, yang telah dikatakannya sendiri, dan  sebagaimana Bapa pun sendiri telah menyatakan (Yohanes 8:26), adalah MUTLAK. Yesus, ANAK MANUSIA itu harus mereka tinggikan sedemikian rupa:

Yohanes 8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.”

Bandingkan dengan:
Yohanes 3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Percaya kepada Yesus adalah faktor tunggal  terhadap keselamatan, tidak ada tambahan apapun. Rasul Yohanes juga berkata, PERCAYA senantiasa berpasangan dengan KETAATAN.  Inilah percaya menurut Injil dan inilah keselamatan menurut Injil:

Yohanes 3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

Sekarang, jika Yesus berkata mengenai Iman yang berpasangan dengan ketaatan,maka memang itu menunjukan bahwa Iman kepada Yesus melahirkan sebuah kehidupan yang berasal dari Allah (Yohanes 1:4), tanpa sebuah kehidupan yang demikian, maka pengakuan di mulut tanpa kehidupan yang selaras di sepanjang perjalanan hidupnya sebagai pengaku percaya kepada Kristus, hanya menjadikan percaya yang demikian adalah palsu atau bukan sebuah kehidupan Kristen yang sejati.

Dan terhadap perihal itu, Yesus berkata hal yang sama. Iman kepadanya adalah  faktor tunggal keselamatan, dan percaya kepada dia melahirkan sebuah pengikutan terhadap dia yang  akan melahirkan kehidupan  yang baru. Mari perhatikan hal ini:

Matius 25:31-34 Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”

Perhatikan ayat 34: NIV Then the King will say to those on his right, 'Come, you who are blessed by my Father; take your inheritance, the kingdom prepared for you since the creation of the world. 

KJ Then shall the King say unto them on his right hand, Come, ye blessed of my Father, inherit the kingdom prepared for you from the foundation of the world:

Aramaic Bible In Plain English Then The King will say to those who are at his right, 'Come, blessed ones of my Father, inherit the Kingdom that was prepared for you from the foundation of the universe.'

telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Bagaimana bisa Yesus berkata mengenai kerajaan sorga yang disediakan SEJAK DUNIA DIJADIKAN, sementara belum ada orang percaya, belum terjadi penghakiman terakhir, namun Yesus sudah berbicara mengenai sorga bagi orang-orang percaya?


Memahami ini, akan sama dengan mencoba memahami teks bermuatan serupa yang telah lebih dahulu kita ulas: Matius 8:11-12, yang berbicara mengenai orang-orang percaya AKAN DATANG, namun telah digambarkan oleh Yesus dalam kepastian makan  bersama dengan  Abraham, Ishak dan Yakub, sebagai PASTI terjadi di MASA MENDATANG!


PERCAYA atau IMAN, merupakan faktor tunggal yang telah DIKERJAKAN OLEH ALLAH   pada orang-orang percaya yang akan datang. Mereka yang pada dasarnya berada di dalam kegelapan dan tak sanggup  mengenal sang  Terang; semua manusia  BUTA, harus dibuat dapat mengenal-NYA-percaya kepada-Nya (bandingkan dengan Yohanes 1:10-11, Yohanes 3:19, Yohanes 9:39; hanya ketika Yesus menyingkirkan pangeran kegelapan maka  kebutaan dapat disingkirkan melalui KEMATIANNYA: Yohanes 12:31-33. Itu sebabnya PERCAYA KEPADA DIA MUTLAK DALAM KESELAMATAN dan KETIDAKPERCAYAAN KEPADANYA MEMAKUKAN KEMATIAN PADA DIRI MANUSIA YANG TAK PERCAYA- Yohanes 12:46),  bahkan sejak sebelum dosa itu terjadi, sebelum sang Juruselamat itu dilahirkan, sebelum perkabaran injil itu berlangsung, dan sebelum penghakiman terakhir itu berlangsung.


Yesus pun menggambarkan dirinya sebagai gembala:
Yohanes 10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;


Yohanes 10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku


Yohanes 10:15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

Bandingkan dengan:
Ibrani 13:20 Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita,

1Petrus 2:25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Ketika Yesus berbicara sama seperti  gembala yang memisahkan domba dari kambing. Maka harus diketahui, bahwa domba yang dibicarakan adalah orang yang percaya kepada-Nya  dan mengikuti-Nya, sekaligus adalah  domba-domba yang dikenali-Nya, selain juga sang gembala dikenali oleh para dombanya. Ada sebuah relasi antara domba dan gembala yang sangat intim. Sebuah pengenalan terhadap Yesus, yang tercermin dalam perilaku hidup orang beriman sebagaimana digambarkan oleh Yesus dalam MATIUS 25-40. Kalau anda membaca segala wujud KASIH TERHADAP SESAMA MANUSIA, perhatikan apa yang menjadi sentralitasnya! Apa yang menjadi SENTRALITASNYA adalah “AKU” atau  “YESUS SENDIRI “:

-Ketika AKU LAPAR ( Mat 25:35)
-Ketika AKU TELANJANG (Mat 25:36)
-Ketika AKU ORANG ASING (MAT 25:43)

Yesus menyebut obyek-obyek KASIH itu sebagai  SAUDARAKU PALING HINA (Matius 25:40,45). Apa yang Yesus minta bukanlah hal yang mengada-ada, sebab DIA sendiri telah mati bagi manusia-manusia yang sangat pantas untuk mengalami murka Allah (Roma 3:1-6), namun Allah memilih untuk MENGASIHI manusia-manusia  tertentu (Yohanes 3:17-18, Roma 8:1-3). Semua manusia pantas untuk dihakimi, namun Allah dalam sebuah titik sejarah manusia dalam rencana keselamatan kekalnya, telah masuk dengan mendeklarasikan - telah mewujudkan kasihnya yang akbar dalam Yohanes 3:16-18. Sekalipun Allah tahu bahwa manusia itu tidak akan pernah menyukai Yesus Sang Terang: Yohanes 3:19.

Jika Yesus meminta  kepada mereka yang mengaku orang-orang percaya untuk berbuat kasih kepada salah satu SAUDARA-KU yang paling hina, maka sebetulnya dapat juga dikatakan bahwa kita SEMUA ADALAH  orang-orang yang paling hina itu, NAMUN menerima kasih kemurahan Tuhan, sehingga dibebaskan dari kegelapan DOSA oleh Anak (Yohanes 8:32,36, Roma 8:2, 1Kor 7:22, Gal 5:1). Yesus telah memberikan kasih yang sangat besar dan tak ada yang dapat disandingkan dengan kasihnya itu ( Yohanes 15:13).

Yesus tidak pernah melepaskan perbuatan baik dalam Matius 25:35-43 dengan dirinya. Ini menegaskan bahwa HANYA DALAM RELASI ISTIMEWA dengannya, hal ini dapat terjadi. Tak akan terjadi dengan mereka yang terlepas dari Kristus, hal seperti ini:
Matius 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;

Tanpa anda memiliki relasi dengan Yesus sebagaimana dia kehendaki, maka hal sebagaimana Yesus  katakan, tidak akan  terjadi. Dan perlu diingat,  Kasih adalah perintah yang Yesus berikan kepada para pengikutnya:

Yohanes 15:12,14 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.

Dan perhatikan ini:
Matius 22:36 Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat? Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Yesus adalah kasih Allah yang teragung kepada manusia, dan  seorang yang menjadi percaya kepada Yesus adalah seorang yang sanggup mengasihi sesama manusia, oleh sebab Dia lebih dulu mengasihi setiap orang percaya:

1Yohanes 4:10-12 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.


1Yohanes 4:19-21 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.


Dan dalam Matius 25, Yesus sedang meminta kita berbuat kasih kepada  SAUDARANYA yang paling hina, bukan orang yang asing:

Matius 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.


Siapakah saudara Yesus? Maka kita harus memahaminya sebagai orang-orang yang memiliki relasi dengan Yesus, seperti seorang domba terhadap gembalanya!

Sehingga memang konteks 25:41 “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” secara ketat ditautkan dengan kehidupan seorang tanpa kasih yang DIMILIKI OLEH KRISTUS. Orang tak bisa berkoar “aku mengasihi Allah” atau “aku murid Kristus” tetapi tanpa  kehidupan kasih Kristus. Setiap orang yang didalam dirinya Kristus bersemayam, pastilah melahirkan dari dalam dirinya tindakan-tindakan kasih, sebagaimana Kristus gambarkan pada Matius 25:42-45.  Dan orang-orang tanpa Yesus adalah orang-orang yang berada dalam kutuk kematian!


Ini bukan sedang berbicara mengenai perbuatan derma pada umumnya, ini bukan kasih  para filantropis, ini bukan derma yang begitu luhurnya di mata manusia, NAMUN, TANPA KRISTUS. Bilamana TANPA KRISTUS akan mustahil terjadi: “KETIKA AKU LAPAR”, “KETIKA AKU TELANJANG” engkau tidak MEMBERIKAN AKU, dan seterusnya.

Dan pada akhirnya memang  perbuatan-perbuatan kasih  yang semacam ini pun tak akan pernah dapat dikatakan sebagai sebuah upaya untuk memperjuangkan, mendapatkan atau mempertahankan keselamatan, sebab Yesus sendiri tak pernah memaksudkannya demikian!



Dengan menjawab poin pertama ini, Maka  secara pasti kita dapat menjawab:


(2)Benarkah “semua orang di luar Kristen pasti masuk neraka”  merupakan rumusan manusia?

JAWABNYA: Bukan merupakan rumusan manusia sama sekali. Sebab Yesus sendiri memang telah menyatakan secara demikian.




                                                                  AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


No comments:

Post a Comment