Pages

04 June 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (1B)



Oleh: Martin Simamora


Anda sangat dianjurkan untuk membaca bagian 1A


Sekarang, mari kita memperhatikan paragraf 6, paragraf 7 dan paragraf 8:
Paragraf 6: Hak istimewa ini tidak terdapat dalam ajaran dan agama manapun. Oleh sebab hak tersebut hanya ada melalui karya salib Kristus, maka tidak akan ada keselamatan di luar Kristus dan di luar Kristen. Tegasnya, tidak ada pemulihan karakter atau gambar diri seperti yang Allah kehendaki sesuai rancangan-Nya semula di luar Kristus dan di luar agama Kristen. Lagi pula di dalam agama manapun tidak ada sosok Yesus yang menjadi prototype yang harus diteladani. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar sosok Yesus sebagai “role model” nya. Justru sosok inilah yang menjadi “pokok keselamatan” bagi mereka yang mau taat kepada-Nya (Ibr 5:9).

Paragraf 7:Ketiadaan keselamatan dalam agama lain bukan hanya karena tidak ada penebusan oleh darah Yesus Kristus, tetapi juga karena tidak ada acuan atau standar kesempurnaan karakter yang harus dicapai. Dengan demikian kalau ada orang Kristen yang merasa dan mengaku memiliki penebusan dalam Yesus Kristus tetapi tidak menjadikan Tuhan Yesus sebagai acuan dan standar kesempurnaan moral yang harus dicapai, maka ia tidak memiliki dan mengalami keselamatan yang sejati. Jadi, jangan terkejut kalau suatu hari nanti orang-orang Kristen seperti itu disamakan dengan orang yang tidak mengenal Allah (Mat 24:45-51; 7:21-23).

Paragraf 8: Berkenaan dengan hal tersebut kita tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk orang yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil. Pola keselamatan yang ditawarkan kepada orang yang mendengar Injil dan yang tidak mendengar Injil berbeda. Demikian pula dengan kualitas keselamatan yang dimiliki masing-masing. Pengertian keselamatannya pun juga berbeda. Bagi mereka yang mendengar Injil keselamatan ditentukan oleh sikapnya terhadap karya Kristus, tetapi mereka yang tidak mendengar Injil ditentukan oleh kebaikan hati nuraninya (Rom 2:11-16). Moral orang yang tidak mendengar Injil dituntut untuk baik sesuai dengan torat (baik yang tersurat di atas perkamen atau loh batu maupun yang tersurat di dalam hati), tetapi bagi orang yang mendengar Injil dan menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, mereka dituntut untuk sempurna seperti Bapa.

Ketiga paragraf ini akan saya tinjau secara simultan oleh sebab memang memiliki kebertauatan langsung. Perhatikan pembuka pragraf 8:“berkenan dengan hal tersebut.”


Pada bagian paragraf 6 yang berbunyi “Hak istimewa ini tidak terdapat dalam ajaran dan agama manapun. Oleh sebab hak tersebut hanya ada melalui karya salib Kristus, maka tidak akan ada keselamatan di luar Kristus dan di luar Kristen. Tegasnya, tidak ada pemulihan karakter atau gambar diri seperti yang Allah kehendaki sesuai rancangan-Nya semula di luar Kristus dan di luar agama Kristen.” Saya dapat menyetujui secara utuh oleh sebab kebulatan gagasan dan kebulatan simpulan yang membentuk sebuah kebenaran yang memiliki landasan kokoh pada kitab suci itu sendiri.


Akan tetapi, entah bagaimana dimunculkan sebuah negasi atau penyangkalan pada apa yang baru saja dibangun, apa yang saya maksud adalah ini: “Lagi pula di dalam agama manapun tidak ada sosok Yesus yang menjadi prototype yang harus diteladani. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar sosok Yesus sebagai “role model” nya. Justru sosok inilah yang menjadi “pokok keselamatan” bagi mereka yang mau taat kepada-Nya (Ibr 5:9).” “Lagi pula” dapat dipahami sebagai ekspresesi gagasan dalam kalimat yang menyatakan sebuah “eksepsi” atau  “penolakan yang bermuatan keberatan.” Terhadap apa? Jelas terhadap apa yang baru saja  dituliskan pengkhotbah pada paragraf 6 itu sendiri: “tidak akan ada keselamatan di luar Kristus dan di luar Kristen.”  Dengan kata lain, pada paragraf 6 inilah si pengkhotbah mulai membangun pandangan kemungkinan keselamatan di luar Kristen, saat dia melakukan negasi pada apa yang baru saja dia tegaskan terkait “eksklusivitas Keselamatan hanya pada diri Yesus Kristus.”


Kita tidak  bisa lebih dalam menggali paragraf 6 ini  tanpa memperhitungkan paragraf 7 dan paragraf 8.


Pada  bagian dari paragraf 7 yang berbunyi: “Ketiadaan keselamatan dalam agama lain bukan hanya karena tidak ada penebusan oleh darah Yesus Kristus, tetapi juga karena tidak ada acuan atau standar kesempurnaan karakter yang harus dicapai.” Sebagian merupakan pengulangan gagasan (paragraf 6) dengan penekanan yang semakin spesifik: “bukan hanya karena tidak ada acuan standar kesempurnaan karakter yang harus dicapai.” Ini yang akan menjadi perhatian.

Sementara bagian dari paragraf 7 yang berbunyi atau  merupakan kelanjutan: “Dengan demikian kalau ada orang Kristen yang merasa dan mengaku memiliki penebusan dalam Yesus Kristus tetapi tidak menjadikan Tuhan Yesus sebagai acuan dan standar kesempurnaan moral yang harus dicapai, maka ia tidak memiliki dan mengalami keselamatan yang sejati. Jadi, jangan terkejut kalau suatu hari nanti orang-orang Kristen seperti itu disamakan dengan orang yang tidak mengenal Allah (Mat 24:45-51; 7:21-23).” Saya dapat menyetujui dan tidak ada masalah dalam ini, sebab saya dapat mengasumsikannya sebagai seorang Kristen sejati akan melahirkan buah demi buah dari  waktu ke waktu sebagai sebuah pertumbuhan imannya dalam keseharian dirinya.


Sorotan:
Untuk apa atau apa kepentingan pengkhotbah setelah menunjukan eksklusivitas keselamatan pada diri Yesus Kristus, kemudian menegasinya dalam wujud eksepsi atau keberatan dengan “Lagi pula” yang mengandung:
(1) Hak istimewa (ini adalah exousia yang sudah ditinjau) ini tidak terdapat dalam ajaran dan agama manapun.
(2) di dalam agama manapun tidak ada sosok Yesus yang menjadi prototype yang harus diteladani


Eksepsi pengkhotbah terhadap “eksklusivitas keselamatan pada diri Yesus” dibangun berdasarkan 2 poin di atas tersebut: ketiadaan hak istimewa (kuasa dari Allah untuk menjadi anak-anak Allah) dan ketiadaan sosok  Yesus Kristus. Dan selanjutnya berdasarkan 2 eksepsi inilah lahir paragraf 8.


Pada paragraf 8 ini si pengkhotbah menyatakan bahwa pola keselamatan dalam iman Kristen bukan merupakan pola keselamatan yang berlaku  atau mutlak  harus terjadi pada setiap manusia, jika ingin mengalami keselamatan. Singkatnya, ada pola keselamatan berbeda, sebagaimana dikatakan si pengkhotbah pada bagian awal dari paragraf tersebut: “Berkenaan dengan hal tersebut kita tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk orang yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil. Pola keselamatan yang ditawarkan kepada orang yang mendengar Injil dan yang tidak mendengar Injil berbeda.” 


Tepat ketika  pendeta Erastus Sabdono menyatakan adanya “pola keselamatan berbeda,” maka eksklusivitas keselamatan pada Yesus telah gugur dengan demikian


Orang Kristen dengan demikian  sangat terlarang untuk  mengimani sabda Allah Sang Bapa:
Yohanes 3:16  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.


Teks ini sedang berbicara apa yang terjadi pada orang yang percaya: “tidak binasa.” Allah Sang Bapa sedang memberikan ultimatum kasih-Nya kepada DUNIA, dunia yang diciptakan dengan segenap isinya! Teks ini melibatkan setiap orang. Setiap orang yang di mana? Maka siapapun harus mengatakan setiap orang yang ada di dunia ini, sebab ini terkait Kasih Allah  kepada DUNIA. Tak peduli apapun keyakinan manusia di pulau-pulau lain, di benua- benua lain, dalam keyakinan seperti apapun dan dalam idelologi apapun,  teks Yohanes 3:16 adalah teks yang diberlakukan oleh Allah Sang Bapa kepada Dunia (bandingkan dengan Yohanes 1:9-11) yang memiliki konsekuensi: “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”


Tidak ada sedikitpun, Allah Sang Bapa sedang memberikan alternatif lain kepada DUNIA. Absolut harus percaya kepada Anak, jika tidak ingin binasa.


Dan sebagaimana Allah Sang Bapa  telah menyatakan ultimatum kasih-Nya kepada DUNIA beserta  konsekuensinya. Maka demikian juga dengan Sang Anak pun menyatakan hal yang sama:
Yohanes 6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal


Ini senada dengan deklarasi Bapa: supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.


Jika Bapa berkata kepada dunia, maka Yesus ketika berkata “barangsiapa yang percaya” maka pasti  ditujukan kepada setiap orang di dunia ini sekalipun Yesus sedang berkata-kata kepada sejumlah manusia pada populasi tertentu dalam geografis yang terbatas. Terkait hal ini, perhatikan teks-teks  kitab suci berikut ini untuk dapat lebih memahaminya:
Lukas 2:8-11,13- (8) Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. (9) Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.(10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. ... (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (14) Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya. (15) Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." 


Teks Lukas ini luar biasa, sama luar biasanya dengan Yohanes 3:16. Apa yang dideklarasikan oleh para bala tentara sorga dan Bapa secara tegas menyatakan “Di Bethlehem Kepada Seluruh Manusia Bumi.” Lahir di kota Daud untuk semua penduduk bumi, bahwa jika manusia berkenan kepadanya maka damai sejahtera, hanya yang berkenan/menerimanya saja maka damai sejahterah ada! Selaras dengan Yohanes 3:16 dan Yohanes 6:47 yang saya sajikan sebagai teks-teks peninjau!

Lahirnya Yesus di Bethlehem dan pelayanan Yesus pada geografi terbatas dan dalam interaksi populasi kecil dari  total populasi penduduk bumi, sama sekali tidak membuat pola keselamatan dari Tuhan menjadi 2 macam atau bermacam-macam. Sebuah ketunggalan dalam bagaimana keselamatan itu datang telah ditetapkan oleh  Allah: “damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 8:14). Allah pencipta langit dan bumi, Allah pencipta segala ras manusia tidak mengenal diferensiasi pada kemutlakan bagaimana keselamatan yang dari diri-Nya itu datang kepada manusia-manusia di bumi.


Sehingga Yesus pun menggunakan klaim-klaim DUNIA terkait kepada siapa keselamatan dari dirinya harus sampai:
Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Yohanes 11:25-26 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Apa yang baru saja kita baca, dapat dikatakan sebuah kemutlakan bagaimana diri Yesus adalah kunci keselamatan satu-satunya bagi setiap manusia di dunia, tidak peduli  bahwa saat Yesus berkata demikian, Yesus hanya berada di satu titik pada bola dunia, pada sebuah populasi tertentu. Tak  peduli apakah pendudukan pada belahan bola dunia tidak dapat melihat dan mendegarkannya, Yesus tetap berkata “Akulah terang dunia.” Tepat seperti peristiwa yang dicatat dalam Injil Lukas 2, sekalipun Yesus  lahir di Bethlehem dan berita baik itu hanya dikabarkan kepada kawanan  gembala ternak, malaikat berkata:
a.Untuk seluruh bangsa – Lukas 2:10
b.damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya –Lukas 2:14


Sekarang, perhatikan berikut ini:
Markus 11:15-18 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!"


Yohanes 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 


Yohanes 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Tiga teks ini menarik, sebab sedang membicarakan  hal yang MELAMPAUI BATASAN GEOGRAFIS, MELAMPAUI BATASAN ETNIK, MELAMPAUI BATASAN WAKTU KEKINIAN ERA YESUS, dan yang terpenting adalah TAK MEMPERHITUNGKAN  PADA APAPUN YANG DIYAKINI SESEORANG, sangat mutlak untuk disampaikan pemberitaan kedatangan dan keselamatan dalam diri Yesus ke seluruh dunia: “supaya dunia percaya bahwa Allah yang mengutus Yesus.” 

Allah pencipta langit dan bumi, Pencipta seluruh ras  manusia menghendaki agar dunia percaya bahwa Allah mengutus Yesus. Yesus itu datang bukan untuk ras tertentu, untuk geografis tertentu dan bukan dihadirkan sebagai salah satu alternatif yang bagaimanapun. Kehendak Allah agar dunia percaya sehingga menjadi diselamatkan atau tidak binasa. TENTU ketika bicara menjadi percaya  kepada Yesus maka tidak dapat dipisahkan bagaimanakah seharusnya kehidupan seorang yang percaya DI DALAM Kristus. Anda dapat melihat  penjelasan-penjelasan ini pada tautan-tautan yang saja sengaja hadirkan pada bagian1.

Sehingga ketika  pendeta Erastus Sabdono mengajukan 2 eksepsi di atas tadi, merupakan 2 hal yang tidak memiliki dasar pada Kitab suci, bahkan secara frontal melawan pernyataan  Bapa, melawan pernyataan Yesus. Sebuah  eksepsi  yang sangat menantang kebenaran yang datang dari Tuhan!


Bahkan pendeta Erastus terlampau berani memelintirkan salah satu bagian dari Epistel Rasul Paulus: “Demikian pula dengan kualitas keselamatan yang dimiliki masing-masing. Pengertian keselamatannya pun juga berbeda. Bagi mereka yang mendengar Injil keselamatan ditentukan oleh sikapnya terhadap karya Kristus, tetapi mereka yang tidak mendengar Injil ditentukan oleh kebaikan hati nuraninya (Rom 2:11-16)”, menjadikannya fondasi untuk meyatakan adanya pola keselamatan yang berbeda.


Sekarang mari kita baca Roma 2:11-16: “Sebab Allah tidak memandang bulu. Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.”


Teks ini sama sekali tidak dapat dijadikan dasar adanya sebuah opsi lain atau alternatif lain bagi keselamatan yang datang dari Tuhan; tidak sama sekali dapat dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa keselamatan hanya ada pada diri Yesus Kristus, tidak bersifat eksklusif. Apalagi untuk digunakan sebagai dasar untuk menyatakan: “tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk orang yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil. Pola keselamatan yang ditawarkan kepada orang yang mendengar Injil dan yang tidak mendengar Injil berbeda.” 


Pernyataan semacam ini sungguh menyesatkan, bukan karena saya menyatakannya, namun oleh  rasul Paulus sendiri   yang menyatkan bahwa:
YESUS ADALAH SANG HAKIM UNIVERSAL/SEGENAP MANUSIA:
Roma 2:16 Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus


Ketika pendeta Erastus membangun asumsi berdasarkan Roma 2:11-16 sebagai dasar  untuk menyatakan “tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk orang yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil.”  Pada faktanya, Yesus adalah hakim bagi semua manusia. Jika Yesus menjadi hakimnya, termasuk bagi mereka yang  tidak mengimani Yesus, maka  seharusnya menjadi dasar untuk menyatakan bahwa polakeselamatan dari Tuhan adalah tunggal. Yesus adalah hakim baik bagi yang memiliki taurat dan yang tidak memilikinya.

Memang Paulus, pada Roma 2 tersebut ada menulis demikian:
Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.”


Namun, apakah ini sedang membicarakan kualitas keselamatan yang lain sama sekali dengan Injil? TIDAK SAMA SEKALI!  Bagian teks tersebut bukan seperti yang dimaksudkan oleh pendeta Erastus Sabdono, sebab itu secara langsung berlawanan dengan maksud penulis epistel ini, Paulus:
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela”


Peristiwa bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum taurat namun melakukannya, hanya menunjukan bahwa pada mereka ada sebuah hakim, yaitu Taurat, menghakimi kehendak-kehendak yang berlawanan dengan tuntutan taurat pada hati mereka: “dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.”


Jadi sebagaimana Israel yang memiliki hukum Taurat akan dihakimi oleh taurat itu sendiri, maka pada bangsa-bangsa lain yang tak memiliki namun berlangsung sebuah kinerja taurat dalam hati mereka, pun kinerja taurat dalam hati mereka adalah hakim yang menghakimi mereka. 

Jadi dapat dikatakan bahwa Paulus menjelaskan bahwa pada bangsa-bangsa lain, Taurat pun dapat menjadi hakim sebagaimana pada Israel!


Jadi bukan sama sekali ada sebuah perbedaan kualitas keselamatan, sebaliknya sama! Yang tak memiliki hukum Taurat diperlakukan sama dengan  yang memiliki hukum Taurat. Dan ini seharusnya adalah kabar yang menggemparkan! Yang menegaskan betapa Yesus Juruselamat harus diberitakan kepada setiap yang belum mengenal Yesus Kristus, sehingga  setiap orang memiliki kesempatan untuk menerima atau menolak berita baik itu. Bukan malah membiarkan saja sebab dikatakan ada pola keselamatan lain! Bukan malah menyimpulkan ada  pola keselamatan berbeda dan oleh sebab itu “ada keselamatan” juga pada mereka yang di luar Kristen, dalam sudut pandang Alkitab. Dan ini ajaran yang sangat menyesatkan sebab, bahkan sekalipun mengutip ajaran Paulus tersebut, tidak sedang mendukung ajaran pendeta Erastus, bahkan menyelewengkan ajaran Paulus terkait kemutlakan Yesus demi mengusung pengajaran diri sendiri yang mengabaikan Kristus!


Perhatikan baik-baik! Jika Paulus memosisikan bahwa bangsa-bangsa lain yang tak memiliki Taurat diperlakukan sebagai memiliki karena ada tertulis didalam hati mereka, sebagaimana Paulus nyatakan:

Roma 2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?


maka pertanyaannya: mampukah manusia melakukan tuntutan hukum Taurat? Mampukah manusia MENGGENAPI TUNTUTAN HUKUM TAURAT DALAM KEHENDAK YESUS “TETAPI AKU BERKATA KEPADAMU” Jawabnya: TIDAK ADA. Saya sudah menjelaskan secara sangat khusus  perihal ini pada bagian  sebelumnya, anda perlu membacanya  untuk memahaminya.

Epistel  Roma pada bagian yang dikutip  oleh pendeta Erastus tidak boleh diartikan sebagai adanya “kualitas keselamatan” lain oleh sebab: PAULUS MENYAMAKAN MEREKA YANG TIDAK MEMILIKI TAURAT NAMUN OLEH DORONGAN DIRI SENDIRI sebagai SAMA DENGAN ORANG-ORANG TELAH BERSUNAT.


Dan Paulus sudah menyatakan bahwa Hukum Taurat hanya berguna mendatangkan keselamatan bila ditaati, tidak ada ruang untuk tidak taat!
Roma 2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.

Teks ini memang  masih dalam komparasi dengan bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki sunat lahiriah namun oleh karena melakukan tuntutan Taurat diperlakukan sama sebagai yang bersunat walau tak lahiriah. Dengan kata lain, bangsa-bangsa lain dapat dikatakan sebagai Israel rohani yang menerima Taurat juga. Paulus sedang menekankan bagaimana seorang  yang berada dibawah Taurat, seharusnya hidup dalam sebuah kepatuhan yang segenap jiwa bukan STATUS belaka yang miskin kepatuhan atau ketaatan. Ini bukan tentang keselamatan dalam pola yang lain! Ini tentang kemutlakan bahwa siapapun manusia harus atau mutlak taat kepada apa yang menjadi ketentuan hukum Tuhan, jika ternyata pada bangsa lain hal itu dijumpai maka bangsa lain tersebut diperhitungkan sebagai bersunat, dan dengan demikian tuntutan hukum Taurat pun akan Tuhan perhitungkan kepada mereka, seolah mereka adalah Israel itu sendiri.


Orang Israel diharapkan menjadi pendidik bagi bangsa-bangsa lain:
Roma 2:17-23 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?


Seharusnya Israel adalah  penuntun, terang, pendidik dan pengajar. Perhatikan bahwa Kebenaran dalam hukum Taurat harus juga disampaikan kepada bangsa-bangsa lain. Sayangnya, mereka, Israel, justru menjadi pelanggar utama hukum Taurat sekalipun mereka diajar dalam hukum Taurat. Mereka menjadi tak pantas untuk mengajar bangsa-bangsa lain, oleh sebab tak ada satu kepantasan di mata bangsa-bangsa lain terhadap diri mereka, sebaliknya oleh karena perilaku mereka yang menjijikan, Allah dihina oleh bangsa-bangsa lain:

Roma 2:24 Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain."

Allah menghendaki, semua bangsa mengenal kebenaran yang telah diterima oleh Israel! Allah menghendaki dari bangsa Israel menjadi para penggenap hukum Taurat sehingga semua bangsa dapat dididik dan diajar.  Bukannya menjadi para penggenap, namun menjadi para pelanggar (Roma 2:21-22).


Sampai Yesus Kristus lahir dan menyatakan dirinya menjadi PENGGENAP HUKUM TAURAT (Matius 5:17) maka apa yang tak dapat dilakukan oleh bangsa Israel telah dilakukan secara sempurna oleh  Yesus Kristus! Itu sebabnya rasul Paulus pada Roma 2:16 menyatakan Yesus sebagai hakim bagi semua manusia, apakah mereka memiliki hukum Taurat atau tidak memilikinya. Dan Paulus pun menuliskan:

Roma 2:11-12 Sebab Allah tidak memandang bulu. Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.

Perhatikan teks ini HANYA  mengenai SEMUA MANUSIA yang berdosa   baik DENGAN hukum Taurat dan TANPA hukum taurat. Pada keduanya, manusia-manusia berdosa akan berujung pada BINASA. Adakah manusia yang tak berdosa? Jika anda meneruskan pembacaan Roma 2 hingga memasuki Roma 3, maka kita  tahu jawabnya:

Roma 3:10 seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.

Roma 2 yang dikutip oleh pendeta Erastus Sabdono tidak sedang membicarakan  adanya kemungkinan lain bagi keselamatan, sebab Paulus sendiri berkata tidak ada yang benar. Dan jika Paulus sudah menyamakan bangsa-bangsa lain tanpa hukum Taurat namun oleh dorongan diri sendiri melakukannya sebagai juga bersunat (Roma 2:26) maka pada bangsa-bangsa lain itu, juga  harus berlaku:

Roma 3:20 Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.

Sehingga, pengajaran pendeta Erastus Sabdono pada paragraf 8 Berkenaan dengan hal tersebut, kita tidak boleh menggunakan pola keselamatan untuk orang yang mendengar Injil dengan orang yang tidak mendengar Injil, dengan  menggunakan Roma 2 sebagai dasarnya, telah dibuktikan sendiri oleh Rasul Paulus sebagai sebuah kesalahan fatal yang sangat menyesatkan.



                                                                  AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN



Keterangan terkait situs gereja GBI Rhema Australia:
Gereja GBI Rhema Australia yang situsnya menjadi sumber primer tinjauan ini, adalah   gereja yang berjejaring dengan Rehobot Ministry, pimpina pendeta Erastus Sabdono:



 
Sumber-sumber  atau  koleksi pengajaran pendeta Erastus Sabdono baik dalam bentuk audio maupun sudah dituliskan:



No comments:

Post a Comment