Pages

23 November 2014

Kasih Karunia Mendidik Kita Meninggalkan Kefasikan dan Keduniawian



Oleh: Martin Simamora


Kasih Karunia Mendidik Kita Meninggalkan Kefasikan dan Keduniawian



Paulus sangat dikenal sebagai rasul yang kental pengajaran kasih karunia, bahwa kita selamat oleh kasih karunia, bukan karena kemampuAn manusia untuk melakukan atau memenuhi tuntutan hukum taurat (Roma 3:24, Roma 3:26, Roma 3:28-30, Roma 4:3, Roma 4:5, Roma 4:11, Roma 4:16, Roma 5:1, Roma 5:9, Roma 9:33, Roma 10:4, Roma 10:9-10, Roma 11:6, Galatia 2:16, Galatia 2:21, Galatia 3:5-6, Galatia 3:8, Galatia 3:14, Galatia 3:22, Galatia 3:24, Efesus 1:13, Efesus 2:8, Filipi 3:9, 1 Timotius 1:16). Juga didalam kasih karunia itu, Paulus secara kental mengajarkan sebuah kehidupan keselamatan yang bertanggungjawab pada diri orang Kristen (Filipi 2:12-13, Galatia 6:1-8, 2 Korintus 5:6-10, 1 Korintus 13:11, 2 Tesalonika 3:11-18, Roma 12:9-21, Kolose 3:23-25, Roma 6:1-23, Efesus 5:8-11).


Saya berharap anda berkenan untuk membuka Alkitab dan membaca  teks-teks itu. Namun, kita dapat menyederhanakannya melalui pernyataan Paulus sendiri:
Titus 2:11-12 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.

Ini adalah poin tertinggi  yang dikerjakan oleh kasih karunia Allah dalam diri orang percaya namun terlihat  mulai atau telah diabaikan oleh sejumlah  gereja. Epsitel Paulus ketika berbicara kasih karunia  yang menyelamatkan semua manusia (semua disini adalah umat kepunyaan Allah yang telah dikuduskan-Nya Titus 2:14) . Seolah tak lagi penting untuk mendidik atau mengajarkan tentang kesoponan atau kesantunan dan kekudusan seorang perempuan dalam berbusana misalnya, sebab berdasarkan ayat-ayat kasih karunia dipelintirkan bahwa  mengejar  hal itu sama saja merendahkan kasih karunia, sebagaimana diindikasikan juga melalui pengajaran  pastor Joseph Prince.  



Maka tak  heran di dalam gereja, saat firman Tuhan dikhotbahkan maka secara bersamaan perempuan-perempuan berpakaian seronok dengan gerakan tubuh gemulai pun mulai ada ditampilkan sebagai bagian dari ibadah pujian dan sebagai PEMIKAT bagi anak-anak muda untuk lebih banyak lagi datang. Bahkan dalam sebuah tarian tiang. Saya berpikir bagaimana bisa gereja  brengsek semacam ini memandang bagian intim tubuh wanita menjulang ke langit dan kepala kebawah di sebuah tiang sebagai memuji Tuhan. Jelas setan sudah menjadi penguasa gereja ini! Jelas bahwa ini sebuah kontradiksi tajam dengan apa sesungguhnya Injil kasih karunia itu sendiri.



Injil Kasih Karunia Itu Menarikmu Semakin Menjauh Dari Kefasikan dan Keduniawian, Bukan Membuatmu Semakin Merdeka Untuk Menggelutinya
Jikalau anda sebagai  orang kristen atau gereja telah mulai menerima pengajaran Injil Kasih Karunia yang menilai rendah “kasih karunia yang mendidik meninggalkan kefasikan dan keduniawian” maka camkanlah bahwa yang sedang diajarkan oleh gerejamu dan yang sedang anda terima adalah sebuah pengajaran yang sakit oleh seorang penyesat.

 
Tim Dance dari City Harvest Church saat perform di  Damansara Utama
Methodist Church- kredit: Helen Ang

Tahukah anda, Paulus dalam penutupnya  pada epistel Titus memberikan sebuah hardikan atau kecaman yang keras terkait siapapun yang membantah kebenaran Kasih Karunia yang menyelematkan dan mendidik. Begini kecaman keras Paulus itu:
Titus 3:10-11 (10)Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. (11) Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.

Injil kasih karunia Paulus jelas bukan dan tidak mengajarkan keselamatan oleh karena perbuatan baik, saya telah menyajikan serangkaian ayat untuk anda baca, dan juga sekaligus tanpa dapat dipisahkan, Paulus mengajarkan bahwa  di dalam kasih karunia yang menyelamatkan itu, setiap orang percaya dididik untuk menjauhi kefasikan dan keduniawian. Paulus tidak pernah mengajarkan dua hal ini sebagai hal yang dapat dipisahkan tetapi bagaikan sebuah koin bersisi dua. Tak aneh dalam setiap epistelnya kita selalu menemukan 2 hal ini secara merdeka ditekankan oleh Paulus, dan terkadang kita menjumpai sebuah penekanan yang luar biasa pada aspek “kasih karunia yang mendidik untuk meninggalkan kefasikan dan keduniawian” sedemikian mendalamnya tanpa ada sedikitpun ketakutan akan disalahmengerti sebagai mencampurkan keselamatan dalam kasih karunia dengan keselamatan karena melakukan taurat. Kebenaran yang sehat mengenali kasih karunia sebagai yang demikian, sementara dunia kristen kontemporer  kini telah mulai dijejali oleh nafsu daging yang memandang sebelah mata ketika Paulus mengulas kasih karunia mendidik untuk menjauhkan dari kefasikan dan keduniawian.


Pada Titus sendiri, kita menjumpai bagaimana  pengajaran Injil Kasih Karunia dalam umat perdana menjadi asing bagi gereja-gereja kontemporer. Mari kita coba perhatikan:



Titus 2:1-10  “(1) Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat (2) Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. (3) Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik (4) dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, (5) hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.(6) Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal (7) dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,(8) sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.(9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah,(10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.
 

Sekarang coba perhatikan seksama dan tidak bermain-main! Paulus berbicara tentang:
-hidup sederhana
-terhormat
-bijaksana
-sehat dalam iman
-dalam kasih
-dalam ketekunan
-hidup sebagai orang beribadah
-jangan memfitnah
-jangan menjadi hamba anggur
-hidup bijaksana dan SUCI
-baik hati
-taat kepada suami
-menguasai diri dalam segala hal
-menjadi teladan dalam berbuat baik
-jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaran
-sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu
-jangan membantah
-jangan curang
-selalu tulus dan setia

Apakah dalam semua poin tersebut dilakukan agar selamat atau  untuk mempertahankan keselamatan atau untuk merealisasikan keselamatan?

Dalam semua poin tersebut agar dilakukan bukan sama sekali berhubungan dengan pengupayaan keselamatan, tetapi:

(1)Untuk mendidik yang muda
(2)Agar Firman Allah jangan dihujat
(3)Agar lawan menjadi malu
(4)Agar dalam segala hal MEMULIAKAN  ajaran Allah, Juru selamat kita

Tidak sama sekali Paulus ketika memaparkan poin-poin  semacam itu demi keselamatan, sebab kala Paulus memaparkanya justru karena keselamatan itu telah dimiliki dan telah dinyatakan:

Titus 2:11 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.


Dan karena kasih karunia Allah itu merupakan sebuah aksi aktif dari Allah : Menyelamatkan maka memang SUDAH nyata juga bahwa didalam keselamatan itu maka setiap orang percaya akan mengalami ini:

Titus 2:12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini

Sehingga ketika kita membaca Paulus menasehatkan agar perempuan hidup suci janganlah dipelintir sebagai pengajaran yang berlawanan dengan kasih karunia, sebab sama sekali ketika Paulus mengajarkannya tidak dengan sebuah maksud keselamatan seolah baru akan dimiliki jika dilakukan dan terhilang jika tidak melakukan. Sebaliknya dengan maksud agar firman Allah jangan dihujat oleh orang lain, termasuk oleh orang yang belum percaya.

Bisa anda bayangkan jika gereja anda menampilkan pole dance atau tari tiang  dalam ibadah-ibadah, apa yang akan terjadi adalah firman Tuhan pertama-tama yang dilecehkan oleh orang, sebab kehidupan Kristen ternyata sangat brengsek dan tidak mengenal kesucian. Seolah orang-orang Kristen itu dipandang sebagai orang-orang yang tak memiliki kejengahan yang bagaimanapun dengan gagasan-gagasan cabul dalam visual dan gerak  yang menyusup dalam ibadah pujian dan penyembahan.

Sayangnya tarian ini sangat vulgar dengan gerak-gerik erotis yang bersalutkan sport dan keindahan tari, sehingga saya tak mungkin menyajikannya di blog yang diatur untuk segala umur. Tetapi di luar negeri ada gereja yang sudah mengadopsi hal yang demikian. Bagaimana dengan gereja-gereja di Indonesia? 


Bagaimana dengan gereja anda? Coba perhatikan apakah ada performance yang walau tidak seseronok pole dance namun sebetulnya sudah mempertontonkan sensualitas anak-anak  remaja puteri, dalam gerak tari atau dalam berbusana kala melakukan tarian penyembahan dan pujian? Jangan berpikir bahwa itu (kekudusan seorang perempuan) tak penting, sebab saya yakin tak ada satu suami pun yang berbahagia ketika sang isteri dilecehkan oleh pria lain atau tak ada satu isteri pun yang berbahagia ketika sang suami bermain mata dengan perempuan lain yang seksi dan sensual dalam berbusana. Dan pasti  juga tak ada orang tua yang berbahagia kalau saja tahu ada mata lelaki atau perempuan yang menjelajahi lekuk tubuh anak puterimu ketika sepenuh hati melakukan gerak tubuh dalam tarian memuji dan menyembah Tuhan. Coba lihat juga apakah gerejamu sudah menjadi pusat fashion adibusana yang tak lagi malu-malu mempertontonkan kemulusan dan lekuk tubuh yang intim dalam sebuah gerak-gerik sensual? Apakah pendeta atau gembala sidangmu peduli atau  berdiam diri saja sebab  berangkali malah turut menikmati?


Apakah menurut anda hal yang demikian memuliakan nama Tuhan?Jelas Tidak!   Semoga juga, tak ada satu gereja pun di Indonesia yang mengadopsi gagasan-gagasan budaya   eksploitasi sensualitas yang  telah diparadekan oleh  Gereja Harvest City Singapura, yang justru dipionir oleh sang isteri gembala sidang, ibu gembala Sun Ho sebagaimana yang telah diberitakan dalam blog ini.

Baca dan renungkanlah. Semoga gereja tetap memiliki kemilau kekudusan Allah sebagaimana Allah adalah Kasih. Allah yang kasih tak mungkin bukan Allah yang kudus sekalipun Dia telah mengasihi kita dalam kasih-Nya yang agung (Yohanes 3:16)

Amin

No comments:

Post a Comment