Pages

03 May 2013

KEMUNCULAN KAIN (Bagian 2)

Oleh : DR. Keith Krell

Bacalah terlebih dahulu bagian 1


Juga ada sebuah petunjuk menarik dalam kisah Kitab Kejadian yang memberitahukan kepada kita tentang Kain, Habel dan persembahan-persembahan mereka, Musa mencatat  bahwa Habel mempersembahkan “hasil pertama dari  ternaknya” (bandingkan dengan Keluaran 34:19; Ulangan 12:6; 14:23) dan “bagian-bagian  lemak” (bandingkan dengan  Bilangan 18:17) untuk persembahannya[Bandingkan dengan Keluaran  23:19; 32:26; Imamat 2:12; 23:10.]. Kata yang diterjemahkan “bagian-bagian  lemak” bermakna “yang paling dipilih, bagian terbaik, atau melimpah”[ Victor P. Hamilton, The Book of Genesis Chapters 1-17: NICOT (Grand Rapids: Eerdmans, 1990), 223.]. Habel telah memberikan apa yang paling mahal baginya—yang pertama lahir! Dengan kata lain, Kain  semata mempersembahkan “buah” bukan “buah pertama, dari yang dihasilkan tanah (Kejadian 4:3). Habel telah membawa bagian-bagian terbaik dari ternaknya dan Kain tidaklah demikian. Habel  mengupayakan dalam ibadahnya untuk memberikan yang terbaik darinya. Kain sepertinya melakukan ibadah hanya sebagai  sebuah kewajiban. Salah satu tema-tema utama diseluruh kitab suci adalah Tuhan mencari penyembah yang sempurna dan  mahal(Imamat 22:20-22; 2 Samuel 24:24).  Dia tidak akan dipuaskan dengan terbaik kedua ( Mal 1:6-14; Roma 12:1).

Motivasi-motivasi adalah hal penting bagi Tuhan. Tuhan tidak terkesan dengan mereka yang   melakukan hal benar dengan   dasar  yang salah.  Kebenaran ini diajarkan diseluruh Alkitab. Dalam Matius 15:8, Yesus memandang kepada orang-orang Farisi dan mengutip Yesaya, “Orang-orang ini menghormati-Ku dengan bibir mereka, tetapi hati mereka jauh dari Ku” (Lihat juga  Mika 6:7-8).



Terkadang orang dapat memiliki motif yang sangat jahat untuk melakukan hal-hal yang baik. Ada sebuah kisah tentang seorang pria  menaiki  sebuah taksi kota New York. Dia memperhatikan  si pengemudi taksi memperlambat laju kendaraannya untuk menghindarinya menabrak seorang penyeberang jalan.  Mencoba memuji tindakan pengemudi itu, dia lantas berkata, “Saya perhatikan anda melambat untuk orang tersebut.” Si pengemudi membalas,”Yah, jika kamu menabrak mereka, kamu harus membuat sebuah laporan.” Saya akan menghindari taksi jika saya sedang berjalan di New York.



Apakah motof-motif kita dalam melayani Tuhan? Hampir setiap saat kita harus melakukan sebuah pemeriksaan motof dan bertanya kepada diri sendiri: Mengapa saya  baik terhadap orang lain? Mengapa saya meletakan uang didalam piring persembahan? Mengapa saya melayani di Rabu malam?



[Apapun penyebab penolakan Tuhan atas persembahan Kain; narasi itu sendiri  memfokuskan perhatian kita kepada tanggapan Kain. Disinilah narasi ini mengemukan maksudnya][ Sailhamer, The Pentateuch as Narrative, 112.]


3.Tanggapan saudara tertua(Kejadian 4:5b-8). Ketika Kain mempelajari bahwa Tuhan “tidak mengindahkan” persembahannya, “[dia]menjadi sangat marah dan mukanya muram”(4:5b). Kain menjadi sangat marah dengan Tuhan!Daripada memikirkan bagaimana memperbaiki situasi dan menyenangkan Tuhan, dia telah menjadi sangat marah. Kita harus stop di sini dan  mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada diri sendiri: Bagaimana respon kita ketika Tuhan berkata tidak?



Ketika Tuhan menyatakan  kita bersalah dan berurusan dengan dosa dalam kehidupan kita, bagaimana kita menanggapinya? Apakah kita berupaya untuk memperbaiki hal-hal tersebut? Apakah kita datang ke hadapan Tuhan  dengan menyembah dan  pengakuan  yang  rendah hati dan  hati yang hancur?



Apakah kita mencibir dan  melarikan diri? Nabi Perjanjian Lama, Yesaya, mengatakan dengan sangat baik,” Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku”(Yesaya 66:2b).




Apakah anda memiliki sebuah  masalah dengan  tempramen? Seorang wanita  berkata,”Saya terkadang kehilangan kendali emosiku, tetapi hal itu berlalu dengan cepat.” Pastornya lantas berkata, “Jadi ini adalah sebuah ledakan bom atom, tetapi pikirkanlah kematian yang dapat diakibatkanya.” Kita tidak boleh mengasumsikan  amarah yang tidak benar sama sekali dibenarkan atau tepat.


Dalam  cara yang lazim pada umumnya, pada Kejadian 4:6, Tuhan mencecar Kain dengan tiga pertanyaan beruntun: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?” Tuhan tidak berkenan pada Kain atau persembahannya. Dua pertanyaan pertama ini mendemonstrasikan bahwa Tuhan bahkan  semakin dikecewakan  oleh respon Kain. Namun demikian, banyak dari kita telah diberitahukan hal ini sebagai makna yang baik oleh orang-orang Kristen lain bahwa sangat dapat diterima untuk menjadi  marah kepada Tuhan. Kita suka membenarkan kemarahan kita dengan mengatakan, “Dia Tuhan yang yang besar. Dia memiliki bahu yang luas. Dia dapat menerima makian dan keluhanku.” Ya, pastilah Dia dapat, tetapi apakah ini respon yang tepat terhadap  Pencipta  langit dan bumi yang maha kuasa? Saya pikir tidak[Beberapa orang Kristen bersikukuh   adalah hal yang dapat diterima untuk marah kepada Tuhan dengan merujuk pada beragam Mazmur dimana Daud mengekspresikan keraguan dan  amarah.  Tetapi  bukan ini sudut pandangnya, Mazmur tersebut adalah deskripsi atau penggambaran. Penggambaran mengenai Daud  yang  berinteraksi dengan Tuhan tidak selalu  untuk ditiru dengan tanpa batasan.]. Dia adalah Tuhan yang berdaulat yang harus disegani. Dia menginginkan kita untuk mempercayai Dia, bahkan ketika hal-hal tidak masuk akal.  Sayangnya banyak orang Kristen memiliki sebuah  pandangan sempit tentang Tuhan yang membolehkan mereka untuk  menjadi marah dengan meledak-ledak kepada Tuhan.



Kejadian 4:7, Tuhan berkata, “Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."[ Bagian akhir  Kejadian 4:7 mungkin dibaca sebagai perintah (“engkau harus menguasainya”); sebuah undangan (“engkau bisa  menguasainya”); atau sebuah janji (“engkau akan  menguasainya”).]. Hal ini dengan jelas menyiratkan bahwa Kain telah mengetahui apakah yang benar. Dia telah mengetahui kualitas persembahan  yang harus dibawa dan  memilih untuk tidak membawanya. Dia telah  tahu  hatinya tidak benar, tetapi dia tidak memilih untuk membereskannya. Namun demikian, ayat ini juga memperlihatkan anugerah Tuhan, bagi Kain masih diundang untuk membawa persembahan yang  benar. Tuhan telah memperingatkan Kain dan Dia mengingatkan Kain “ berbuat baik” tetapi Kain telah mengeraskan hatinya. Dosa seperti seekor binatang liar  bersiap untuk  menerkam dan memangsa korbannya[Waltke menyampaikan gambaran ini  mungkin  sebuah kiasan terhadap ular yang sedang menanti untuk menyerang tumit (Kejadian 3:15;  bandingkan dengan 1 Pet 5:8). Waltke, Genesis, 98.]. Sungguh sebuah gambaran  tajam yang Tuhan lukiskan!Pengingat yang luar biasa bahwa kita memang sungguh-sungguh memiliki sebuah pilihan apakah berbuat dosa atau tidak. Flip Wilson telah keliru kala dia berkata,”Iblis telah membuatku melakukannya.” Sebaliknya, ketika kita berdosa, kita berdosa karena penolakan kita untuk bergantung pada kuasa Tuhan untuk “menguasai dosa.”[Rasul Paulus mengilustrasikan kebenaran ini dalam Perjanjian Baru untuk  “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Pet 5:8). Dua ayat parallel ini memberitahu kita sebuah hal besar  mengenai dosa.



Kabar Buruk:
Dosa  menantikan kita  (“mengintip di depan pintu”). Pengaruh dunia, hawa nafsu, dan Iblis selalu  mengkonspirasikan kejatuhan kita. Jika tidak ada seorang yang menjungkalkan kita, orang lain yang akan melakukannya. Hal yang dibutuhkan adalah “sebuah kesempatan” (secara harfiah. “sebuah tempat,” Efesus 4:27).

Doa memberikan kita hasrat (“hasrat dosa untuk dirimu”). Hampir semua kita mengalami hasrat atau nafsu terhadap seseorang  lawan jenis, benar bukan?Ya, dosa memiliki sebuah hasrat yang tidak kudus dan nafsu untuk kita. Iblis ingin membunuh kita, tetapi karena dia tidak dapat melakukannya, dia akan melakukan segala cara yang dia bisa untuk menghancurkan dan membuat kita menjadi tidak efektif.


The Good News:
Kita dapat menguasai dosa (“tetapi engkau harus menguasainya”).Kita memiliki kuasa untuk mengatasi dosa. Ketika godaan mengetuk, kita dapat mengirim Yesus ke pintu tersebut. Kita telah memberikan semua yang kita perlukan untuk mengatakan “tidak” kepada dosa.

Kita harus hancur dan rendah hati dihadapan Tuhan (“sadar dan berjaga-jaga”). Ini krusial. Jika kita harus menghadapai sebuah peluang melawan kuasa dosa, kita harus mengakui ketidakberdayaan kita. Kita harus secara tulus percaya bahwa, tanpa pemampuan dan pemberdayaan Roh Kudus, kita berada di belas kasih dosa. Kita harus memahami kejahatan daging kita. Hal ini akan mensyaratkan Tuhan untuk menghancurkan kebanggaan kita dan pengandalan kita pada diri sendiri. Kita harus selalu berjaga (“pada posisi waspada”). Dosa itu licik dan tidak terduga.  Terkadangm dosa mengejar kita ketika kita berada di posisi puncak, ketika kita merada  tidak terjamah dan tidak akan mampu melakukan sebuah dosa.Pada lain kesempatan, dosa melawan  dengan cara yang kotor dan akan menyerang kala kita tidak berdaya, kehilangan semangat, dan kalah.  Namun demikian, jika kita tahu bagaimana dosa bekerja, kita akan dipersiapkan dan dipastikan bahwa kita selalu berjaga-jaga.].



Sayang, bukannya memperhatikan peringatan Tuhan, Kain mengabaikan kata-kata Tuhan dan membiarkan dirinya menjadi dikuasai  oleh dosa. Hal ini  terlihat hasilnya pada pembunuhan perdana. Musa menulis peristiwa tragis ini pada  Kejadian 4:8 :” Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia atau nasb : Cain told Abel his brother. And it came about when they were in the field, that Cain rose up against Abel his brother and killed him (Kain berkata kepada adiknya. Dan hal ini terjadi ketika mereka telah berada di tanah lapang, dimana Kain bangkit melawan Habel saudara laki-lakinya dan membunuhnya).”  Dalam amarahnya, Kain menghilangkan nyawa manusia lainnya….dan korbannya adalah adiknya sendiri[Persaingan saudara kandung mewabahi setiap keluarga yang tidak mengenal Tuhan didalam Kitab Kejadian]. Penggunaan “rise up-bangkit” adalah yang paling tepat karena “kebangkitan” Kain untuk membunuh saudaranya adalah sebuah konsekuensi langsung “kemuraman” dari mukanya, ketika persembahan Habel  diterima tetapi dia tidak[Penggunaan kata “rise up-bangkit” (qum) terutama penting karena ini salah satu dari hanya dua kata kerja yang digunakan untuk menggambarkan tindakan membunuh. Sehingga kata ini membantu untuk membangun motif  pelenyapan , sebagaimana yang juga dilakukan  dalam pengkalimatan spesifik: “Kain bangkit melawan saudaranya Habel.” Hauser, “Linguistic And Thematic Links Between Genesis 4:1-16 And Genesis 2-3,” 301.].




Dibawah Hukum Mosaik, fakta dari sebuah pembunuhan yang terjadi di tanah lapang, yang jauh dari jangkauan untuk meminta tolong, merupakan bukti perencanaan (bandingkan dengan Ulangan 22:25-27)[ Dr. Thomas L. Constable, Notes on Genesis ( http://www.soniclight.com/constable/notes/pdf/genesis.pdfhttp://www.soniclight.com/constable/notes/pdf/genesis.pdf, 2004), 61.]. Kita ngeri dengan perbuatan menakutkan semacam ini dan berpikir, “Aku tidak pernah dapat melakukan sesuatu seperti itu.” Tetapi jika kita jujur, banyak dari kita harus mengakui daftar nama-nama orang yang kita miliki, yang telah kita bunuh dengan kata-kata dan sikap-sikap kita[Kisah Kain dan Habel,dikenal baik didalam pemikiran dan sastra  Barat, menyiapkan panggung untuk kemajuan dosa. Dramawan terkemuka Arthur Miller berkata, “Jika seorang saudara dapat membunuh saudaranya,tidak seorangpun yang aman, semua taruhan dibatalkan, dan tidak ada masa depan.” Tetapi Tuhan dengan murah  hati telah menyediakan sebuah  masa depan, bahkan didalam kegelapan di Kejadian 4. Paul Wright, ed., Genesis: Shepherd’s Notes (Nashville: Broadman, 1997), 22.].


Sebuah pelajaran kita pelajari dari pembunuhan Habel bahwa amarah dan kecemburuan dapat menjadi sangat menghancurkan. Ini jelas bukan kesalahan Habel bahwa persembahan Kain tidak menyenangkan bagi Tuhan. Tetapi ketika Tuhan menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain, Kain mengarahkan amarah dan kecemburuan, dan kebenciannya kepada saudaranya. Sejarah kriminal memperlihatkan bahwa ketika diberikan kesempatan,kebencian kerap berujung membunuh. Itu yang Yesus tunjukan dalam Matius 5 dimana Dia berkata membenci saudaramu sesungguhny sama dengan membunuh.


Anda mungkin  marah pada  hari ini.Itu mungkin adalah sesuatu, yang telah terjadi pagi ini. Berangkali anda marah pada ibu dan ayahmu karena mereka tidak membiarkanmu pergi  ke rumah sahabatmu seusai  gereja. Atau berangkali sesuatu telah terjadi beberapa tahun lalu. Berangkali seorang tetangga atau seseorang didalam gereja telah berbuat curang padamu dalam hal uang atau mengambil keuntungan darimu  dalam  beberapa hal, dan anda masih memiliki sikap kekecewaan. Apapun jenih amarahmu, anda harus mengendalikannya dan menyingkirkannya. Efesus 4:27 berkata jika kamu tidak mengendalikan amarahmu, kamu sedang memberikan Iblis sebuah pijakan(literal: “sebuah tempat”) didalam hidupmu. Itulah yang Kain lakukan. Amarah  yang tidak terkendali dan kecemburuan berakibat pada kematian Habel dan  telah menghancurkan hidup Kain juga. Jangan biarkan hal ini terjadi dalam hidupmu. Akuilah bahwa perilaku itu salah, akuilah pada Tuhan, dan minta pertolongan-Nya dalam mengatasi perilaku menghancurkan ini.


Bersambung : Bagian III

"Raising Cain" (Genesis 4:1-26)  | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora



No comments:

Post a Comment