Pages

02 May 2013

SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (Bagian 3)




By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.

Khotbah Minggu : 28 April 2013
Serial Khotbah 7 Jemaat (Part 5c)
SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI.

Wah 3:1-6 – (1) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu. (4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. (5) Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapanBapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. (6) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang jemaat Sardis tetapi sebelumnya mari kita ingat kembali kronologi / sistematika pembahasan kita tentang jemaat Sardis :
a. Tuhan mengatakan bahwa mereka mati / hampir mati.
1) Ada dosa di dalam Jemaat Sardis.
2) Hilangnya motivasi mula-mula.
b. Tuhan mengatakan bahwa tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna.


a. Karena mereka makmur secara lahiriah
b. Karena tidak ada tantangan bagi Jemaat ini baik dari luar maupun dalam.

Dengan demikian sekarang kita akan melanjutkan pembahasan kita pada point yang ke
IV.


IV. NASIHAT TUHAN BAGI JEMAAT SARDIS.
Seperti jemaat-jemaat lain yang mendapatkan kritik dari Tuhan, jemaat Sardis pun mendapatkan nasihat dari Tuhan selaku Kepala Gereja setelah dikritik. Ini menarik!


Ada orang yang sukanya hanya mengkritik tetapi tidak mau menasihati / memberikan jalan keluar pada orang yang dikritik. Tetapi Tuhan tidak demikian. Dia mengkritik dengan keras tetapi selalu memberikan nasihat / jalan keluar menyusul kritikan-Nya.


Nasihat Tuhan kepada jemaat Sardis ini nampak dalam ayat 2-3 :
Wah 3:2-3 - (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hamper mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Dari nasihat Tuhan ini, ada 3 kata/kalimat penting yang muncul di sana yang adalah perintah dari Tuhan kepada jemaat Sardis ini.


a. Bangunlah….
Wah 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
Kata ini secara literal sebenarnya tidak tepat diterjemahkan “bangunlah”. Kata ini menggunakan kata Yunani “GREGOREUO”. Dan kata ini kembali muncul di dalam ayat 3.

Wah 3:2-3 - (2) Bangunlah (Yun. GREGOREUO), dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, …. (3) …. Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga (Yun. GREGOREUO), Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.


Ini berarti bahwa terjemahan kata ini dalam ayat 2 harus sama dengan terjemahannya di dalam ayat 3. Dan jikalau kata ini dalam ayat 3 diterjemahkan “berjaga-jaga” seharusnya ayat 1 pun demikian sehingga kata “bangunlah” dalam ayat 1 harus diterjemahkan “berjaga-jagalah”. Bandingkan dengan sejumlah terjemahan berikut :

TL – (2) Jagalah dan kuatkanlah segala yang ada tinggal dan yang hendak mati; … (3) …. Jikalau engkau tidak jaga kelak, Aku akan datang seperti pencuri, dan engkau tiada tahu akan waktunya yang Aku datang kelak kepadamu.


KJV – (2) Be watchful, and strengthen the things which remain, that are ready to die: … (3) … If therefore thou shalt not watch, I will come on thee as a thief, and thou shalt not know what hour I will come upon thee

YLT – (2) become watching, and strengthen the rest of the things that are about to die, … . (3) … if, then, thou mayest not watch, I will come upon thee as a thief, and thou mayest not know what hour I will come upon thee.


BBE – (2) Be on the watch, and make strong the rest of the things which are near to death; … (3)… If then you do not keep watch, I will come like a thief, and you will have no knowledge of the hour when I will come on you.

Dengan demikian terjemahan yang tepat haruslah demikian :
Wah 3:2-3 - (2) Berjaga-jagalah, … (3) … Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tibatiba datang kepadamu. Jadi di sini Tuhan menasihati jemaat Sardis untuk berjaga-jaga.



Sesuatu yang menarik di sini adalah bahwa kata “berjaga-jaga” adalah kata yang tidak asing bagi masyarakat Sardis. Bahkan boleh dikatakan bahwa kata tersebut sangat familiar dengan masyarakat kota Sardis. Sebagaimana sudah saya ceritakan dalam bagian I bahwa letak kota Sardis yang ada di puncak bukit yang dikelilingi oleh tebing yang curam, terjal dan licin menyebabkan kota Sardis begitu aman terhadap berbagai serangan musuh. Musuh yang hendak menyerang mengalami kesulitan untuk mencapai kota tersebut. Dan ini menyebabkan penduduk kota ini merasa begitu kuat dan aman.

Keyakinan dan rasa percaya diri yang tinggi dari Sardis nampak dari kenyataan bahwa bahkan ketika diserang / dikepung oleh bala tentara Persia pada tahun 549 SM, mereka sama sekali tidak berjaga-jaga. Mereka tahu bahwa bala tentara Persia sementara mengepung mereka tetapi mereka santai saja karena yakin tidak mungkin tentara Persia itu bisa menaiki tebing batu yang terjal dan licin itu. Hingga satu malam, sementara seorang tentara Sardis yang lagi bersantai tanpa sengaja menjatuhkan topi baja / helmnya ke luar tembok kota. Si tentara itu turun mengambil topinya melalui jalan rahasia dan melalui jalan itu juga ia kembali ke dalam kota. Sialnya, justru tindakannya itu dilihat oleh tentaratentara Persia yang lalu menjadi tahu adanya jalan rahasia menuju kota. Pada malam itu juga mereka masuk melalui jalan rahasia itu dan mencapai kota Sardis. Betapa kagetnya mereka bahwa bahkan dalam keadaan perang seperti



itu, kota Sardis sama sekali tidak melakukan penjagaan khusus. Rupanya orang-orang Sardis sangat yakin dengan keamanan mereka. Para tentara Persia pun bergerak dengan cepat pada malam itu seperti kawanan perampok / pencuri yang lalu menghabisi banyak orang Sardis termasuk raja Croesus dan berhasil menaklukkan kota Sardis. Sardis pun jatuh ke tangan Persia pada tahun 549 SM.

Ya, Sardis jatuh ke tangan musuh karena tidak berjaga-jaga! 331 tahun setelah peristiwa itu, yakni tahun 218 SM, peristiwa yang sama terulang kembali. Saat itu pemimpin Sardis Achaeus yang sementara berperang melawan Anthiochus dalam perebutan kota Sardis merasa yakin dengan keamanan kota Sardis yang terletak di atas bukit dengan jurang terjal dan licin mengelilinginya. Bahkan ketika tentara Anthiochus mengepung kota Sardis, masyarakat Sardis dan Achaeus begitu santai dan tidak melakukan penjagaan khusus sama sekali. Persis seperti yang dilakukan oleh raja Croesus 331 tahun silam. Sejarah terulang kembali. Para tentara Antiochus berhasil menemukan jalan rahasia yang dulu dilewati oleh para tentara Persia. Mereka masuk melalui jalan rahasia itu dan lagi-lagi betapa kagetnya mereka bahwa kota tersebut bahkan tidak berjaga-jaga sama sekali. Mereka begitu santai. Bak kawanan pencuri, para tentara Antiochus pun menyerang Sardis dan menaklukkan kota itu.


Jadi Sardis pernah 2 kali dalam sejarah ditaklukkan oleh musuh mereka dan penyebabnya adalah rasa percaya diri mereka yang begitu tinggi sehingga mengakibatkan mereka tidak berjaga-jaga sama sekali. Sejak saat itu mereka sadar akan artinya berjaga-jaga. Kemudian kata “berjaga-jaga” (Yun. GREGOREO) itu lalu menjadi semacam kata-kata “password” bagi masyarakat Sardis di mana setiap kali mereka bertemu, kata tersebut diucapkan seorangterhadap yang lain seperti kata “Merdeka…!” bagi masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan atau kata “Shalom….!” bagi orang Kristen saat ini. Ini dimaksudkan agar mereka selalu ingat untuk selalu berjaga-jaga, tidak lagidiserang dan dikalahkan musuh seperti pencuri pada malam hari. Jadi jikabicara soal berjaga-jaga, ini kata yang sangat familiar dengan masyarakat Sardis.

Simon Kistemaker – “…mendengar kalimat itu maka penduduk Sardis dengan segera akan mengingat sejarah kota mereka.


Nah, ketika mendapati gereja-Nya yang hampir mati di tengah kota Sardis, Kristus pun lalu memberikan nasihat kepada mereka :

Wah 3:2-3 - (2) Berjaga-jagalah, … (3) … Karena jikalau engkau tidak berjagajaga,Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Jadi nasihat Kristus ini bertolak dari sejarah panjang kota Sardis. Kristus mau jemaat-Nya belajar dari sejarah masa lampau. Jikalau karena 2 kali pernah dihancurkan oleh musuh politis akibat tidak berjaga-jaga, dan sekarang mereka lalu menjadi berjaga-jaga, mengapa gereja-Nya tidak melakukan hal yang sama?


Gereja tidak menghadapi musuh secara politik. Gereja menghadapi musuh secara rohani yang jikalau gereja tidak berjaga-jaga, gereja pun akan mengalami nasib yang sama dengan kota Sardis yang dihancurkan oleh musuh. Kondisi rohani jemaat Sardis yang hampir mati itu menunjukkan bahwa mereka telah dikalahkan secara rohani oleh musuh mereka. Mereka harus bangun, mereka harus berjaga-jaga jikalau tidak maka bukan saja musuh-musuh gereja akanmenaklukkan gereja itu tetapi bahkan Tuhan sendiri yang akan datang seperti pencuri pada mereka.

Wah 3:2-3 - (2) Berjaga-jagalah, … (3) … Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

Kedatangan yang dimaksud di sini bukanlah kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Kedatangan ini adalah kedatangan secara khusus untuk menghakimi gereja-Nya.


James B. Ramsey - ‘Aku akan datang seperti pencuri’. Aku tidak akan memberikan peringatan lebih dulu. Sebagaimana kedatangan-Nya pada kedatangan kedua kalinya, demikianlah Ia akan datang untuk memberikan penghakiman kepada setiap gereja dan profesor yang tidur.

Herman Hoeksema – “.... kepada gereja Sardis Tuhan menuliskan bahwa Ia akan datang sebagai seorang pencuri. Sesuai dengan kematian dan tidurnya rohani mereka, Ia akan datang kepada mereka tanpa mereka sadari. Ia akan melaksanakan penghakiman-Nya sebelum mereka mengetahuinya.

Jakob P.D. Groen– “Kalau mereka terus tidur dan tidak bangun-bangun, pada suatu saat tiba-tiba Hakim akan mendatangi mereka. Kedatangan-Nya ini bukan kunjungan biasa, tetapi kunjungan untuk menghukum mereka yang tidak setia. (Aku Datang Segera, hal. 61)

Bandingkan dengan peringatan Tuhan terhadap jemaat Efesus :
Wah 2:5 - Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan dating kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Intinya di sini adalah Tuhan mau agar gereja-Nya menjadi gereja yang berjagajaga / waspada. Orang Kristen haruslah menjadi orang Kristen yang berjaga-jaga/ waspada. Jika tidak maka mereka akan dikalahkan oleh musuh-musuh merekaatau mereka akan mengalami kerugian / kehancuran secara rohani. William Barclay mengatakan bahwa tidak ada perintah lain yang lebih sering muncul di dalam PB selain perintah untuk berjaga-jaga. Dan ini memang benar!

Orang Kristen harus berjaga-jaga terhadap pencobaan.
Mat 26:41 - Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Ingat bahwa hidup seorang Kristen terbuka terhadap berbagai pencobaan dan kalau tidak berhati-hati maka kita akan jatuh dan hancurlah kerohanian kita.


Misalnya pencobaan dalam hal materi / kekayaan sebagaimana disinggung dalam bagian II khotbah ini.

Luk 12:15 - Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."

Orang Kristen harus berjaga-jaga terhadap tipu muslihat Iblis.
1 Pet 5:8 - Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Ingat bahwa Iblis paling tidak suka kalau kita bersungguh-sungguh dengan Tuhan apalagi kalau kita terlibat di dalam pelayanan. Dia pasti akan menyerang dan mengacaukan hidup kita.

Contohnya adalah dia berusaha “memprovokasi” Allah untuk bisa mendatangkan sejumlah bencana pada Ayub karena Ayub adalah orang beriman.

Ayub 1:8-11 – (8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagarsekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Karena itu kalau saudara hidup dekat Tuhan jangan kira setan akan biarkan hidup saudara aman. Dia pasti akan dengan berbagai cara berusaha mengacaukan hidup saudara. Berjaga-jagalah!
Orang Kristen harus berjaga-jaga terhadap ajaran sesat.
Kis 20:29-31 – (29) Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. (30) Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. (31) Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata.


Ingat bahwa setan itu pintar. Dia tidak mungkin memberikan ajaran sesat yang menyolok secara ekstrim dengan ajaran yang benar. Dia akan memberikan ajaran sesat yang sangat mirip dengan ajaran Kristen. Dia bias menggunakan nabi-nabinya (nabi palsu) untuk memasukkan ajaran sesat di sela-sela ajaran benar yang lebih banyak porsinya. Ini persis seperti apabila kita mau meracuni orang, kita akan mencampur racun pada nasi bukannya nasi pada racun. Jadi porsi nasi tetap lebih banyak dari racunnya. Tetapi justru itulah yang mematikan jika orang tidak berwaspada / berjaga-jaga.

Lebih parah lagi setan bisa melengkapi para nabinya (nabi palsu) dengan mujizat-mujizat yang hebat.

Mat 7:22-23 - Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"


Mat 24:24 - Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.

2 Tes 2:9 - Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu.


Jangan heran kalau banyak orang menjadi tersesat. Karena itu harus berjagajaga. Tetapi bagaimana caranya?

1 Yoh 4:1 - Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.

Orang Kristen harus berjaga-jaga terhadap k
edatangan Tuhan Yesus kali kedua.
Mat 24:42 - Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Kalau orang sudah tahu waktu kedatangan Tuhan, maka perintah untuk berjaga-jaga ini menjadi kehilangan artinya. Bandingkan dengan ajaran Paulus Tribrata bahwa Yesus akan datang kembali pada pertengahan tahun 2029. Jikalau kita sudah tahu bahwa Yesus akan datang pertengahan tahun 2029, bukankah masuk akal untuk menunda waktu pertobatan kita sampai awal tahun 2029? Ini jelas ajaran sesat dan omong kosong dari Paulus Tribrata. Jikalau waktu kedatangan Yesus sudah diketahui, nasihat untuk berjaga-jaga menjadi kehilangan maknanya.


Ya! Intinya adalah orang Kristen harus berjaga-jaga atau memiliki sikap waspada. Apa yang dialami oleh kota Sardis harus bisa ditarik pelajaran yang bersifat rohani oleh gereja Sardis dan orang-orang Kristen pada umumnya.

Budi Asali – Kata ‘bangunlah / berjaga-jagalah’ cocok untuk gereja yang ada di kota yang sudah 2 kali dikalahkan musuh karena tidak berjaga-jaga (secara jasmani). Memang seringkali hal-hal jasmani / duniawi mempunyai persamaan dengan hal-hal rohani, seperti kalau kita pernah tertipu dalam hal jasmani / duniawi, maka kita harus sadar bahwa itu juga bisa terjadi dalam dunia rohani, dan karena itu kita harus berjaga-jaga dalam hal-hal rohani. Kalau kita pernah mengalami kekurangan makanan secara jasmani, dan itu lalu menimbulkan problem-problem kesehatan, maka kita harus sadar bahwa hal yang sama bias terjadi secara rohani, dan karena itu kita harus berusaha untuk mendapatkan makanan rohani yang sehat dan cukup.


William Barclay – Sejarah Sardis memberi contoh yang jelas mengenai apa yang terjadi pada benteng yang penjagaannya lemah. Orang Kristen senantiasa diserang oleh kekuatan-kekuatan yang ingin membujuknya agar tidak setia kepada Kristus. Seringkali serangan itu licik dan tidak nampak jelas. Oleh karena itu orang Kristen harus senantiasa berjaga-jaga. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.175).

Apa yang dikatakan Barclay ini benar. Seringkali serangan yang datang pada kita itu bersifat licik dan tidak nampak. Itulah yang membuat banyak kita menjadi jatuh. Dan tidak ada yang lebih licik daripada Iblis musuh kita itu. Di sini saya mau memberikan sejumlah contoh bagaimana Iblis dengan kelicikan telah menipu begitu banyak manusia di mana ia bisa membuat strategi dengan melakukan suatu keajaiban tertentu menjadi kebiasaan yang berulang sehingga akhirnya orang menjadi percaya pada hal itu padahal itu adalah omong kosong belaka. Contoh :

Setan bisa menyerang seseorang lalu dia membisikkan pada orang lain
bahwa serangan setan itu bisa diatasi dengan menaburkan garam di sekitar rumah. Lalu begitu garam ditaburkan di sekitar rumah, setan lalu mundur. Itu ia lakukan beberapa kali sampai muncul keyakinan pada orang yang diserang itu setan takut pada garam. Itu lalu berkembang menjadi doktrin dan lalu menyebar sehingga anak-anak Tuhan pun terpengaruh dan menyiram garam di rumahnya supaya aman dari serangan setan. Mereka tidak sadar bahwa mereka termakan tipuan setan. Mana pernah setan takut pada garam?


Setan bisa masuk pada anak kecil dan membuatnya menangis tiada henti.
Setelah itu dia bisa berikan mimpi pada orang tua dari anak itu bahwa tangisan anak itu diakibatkan karena ketidakpedulian mereka terhadap orang tertentu (biasanya orang tua) yang telah meninggal. Besoknya ketika orang tua dari anak itu memberikan sesuatu di atas kuburan dan lalu mengganti nama anak kecil itu dengan nama dari orang tua yang sudah meninggal, setan lalu menghentikan tangisan anak itu. Dari situ lalu muncul keyakinan bahwa anak kecil yang menangis tidak berhenti-henti bias dihentikan dengan mengganti nama anak itu dengan nama orang-orang yang sudah meninggal.


Setan bisa mem
atikan orang-orang tertentu dalam 1 rumah, lalu dia bisa
memberitahukan melalui kaki tangannya (dukun, paranormal, “orang pintar”, tim doa palsu) bahwa penyebab dari kematian itu adalah tiang “nok” (tiang sentral) rumah yang salah posisi (tepat di ambang pintu / jendela). Itu dia lakukan berulang-ulang sampai akhirnya orang menjadi yakin bahwa pemasangan tiang “nok” rumah yang yang tepat di atas pintu / jendela akan mengakibatkan korban jiwa / minimal sakit tertentu (dada terasa tertikam).


Karena itu pada waktu membangun rumah, orang lalu merasa perlu untuk memperhatikan posisi tiang “nok” tersebut, kalau perlu meminta nasihat paranormal specialis tata letak rumah (Fengshui).


Dalam pekerjaan sebuah bangunan, setan bisa mengakibatkan kecelakaan
tertentu. Lalu dia bisa memberitahukan melalui kaki tangannya (dukun,paranormal, “orang pintar, “tim doa palsu) bahwa penyebab kecelakaan itu karena pada waktu pemasangan atap rumah, tidak ada darah yang dioleskan di sana. Setan melakukan itu beberapa kali. Lalu ketika orang mau memasang atap dan mengoleskan darah tertentu di sana, setan berhenti melakukan kecelakaan kerja. Ini lalu memberikan keyakinan pada banyak orang bahwa sebuah pekerjaan rumah (pemasangan atap) akan aman kalau ada darah yang dioleskan di sana. Ini yang terjadi dalam pemasangan atap gedung gereja kita. Para tukang meminta pengolesan darah pada tiang-tiang atap, tapi saya menolak sama sekali.


Semua contoh ini menunjukkan pada kita bahwa setan sangat lihai di dalam menggoda kita. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh kita berjaga-jaga! Jadilah orang Kristen yang berhati-hati / waspada! Jadilah orang Kristen yang berjagajaga!
b. “….kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati (ayat 2a).

Wah 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hamper mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah- Ku.
Adanya kata-kata “hampir mati” dalam ayat ini jelas menunjukkan bahwa jemaat Sardis tidak sungguh-sungguh mati. Ini tidak bertentangan dengan ayat 1 yang mengatakan mereka mati. Sebagaimana sudah saya jelaskan, rupanya kondisi mereka begitu parah sehingga nyaris tidak ada tanda-tanda kehidupan dan karena itu dikatakan mereka mati.

James B. Ramsey - Tetapi sekalipun hal-hal di Sardis begitu jelek, ia tetap merupakan gereja yang benar. Sekalipun kematiannya adalah nyata dan meresap dan melumpuhkan, tetapi itu belumlah kematian yang lengkap. Beberapa hal masih tertinggal, sekalipun hal-hal inipun juga hampir mati.

Catatan : Istilah ‘true church’ (gereja yang benar) bukan berarti gereja yang bagus.
Maksudnya gereja itu tetap masih merupakan gereja di hadapan Tuhan. Nyaris tidak ada tanda kehidupan artinya masih ada tanda kehidupan tetapi sedikit sekali. Untuk itu Tuhan lalu memberikan nasihat kepada jemaat Sardis untuk menguatkan apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati itu. Lalu apa yang masih tinggal pada mereka?


Masih ada sejumlah orang yang hidup benar.
Wah 3:4 - Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
“Tidak mencemarkan pakaiannya” menunjukkan bahwa mereka tidak hidup di dalam dosa.

 Masih ada sejumlah pe
layanan walaupun tidak sempurna.
Wah 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hamper mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.

Jadi mereka tetap bekerja / melayani walaupun tidak ada pekerjaannya yang sempurna.

2 hal inilah yang tersisa dari jemaat Sardis. Itu pun dalam keadaan sekarat dan hampir mati. Tetapi 2 hal ini bisa menjadi modal mereka untuk bangkit. Nah, Tuhan memerintahkan mereka untuk menguatkan apa yang masih tinggal, yang hampir mati itu.


Simon Kistemaker – Perintah kedua adalah untuk mulai menguatkan umat-Nya dan apa yang masih berfungsi dalam jemaat. Walaupun beberapa anggota masih aktif, pekerjaan yang telah mereka lakukan tidak sempurna dan dalam bahaya menjadi pasif sama sekali. Penekanan pada kalimat ini adalah pada kata kerja “kuatkanlah”, sehingga baik orang-orangnya maupun aktifitas-aktifitasnya yang masih tinggal di Sardis dikuatkan. Pekerjaan iman dan kasih yang dilakukan oleh beberapa jemaat yang bertekun ini memiliki potensi untuk melenyapkan kematian.

Ini menunjukkan bahwa jemaat gereja Sardis mempunyai tanggung jawab untuk membetulkan hal-hal yang jelek dalam diri / gereja mereka. Memang dalam Yes 42:3a dikatakan : “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya” yang menunjukkan bahwa Kristus tidak akan membuang orang Kristen yang sejati yang mundur, tetapi sebaliknya menolongnya / mengangkatnya. Tetapi itu tidak berarti bahwa orang Kristen yang patah terkulai / pudar nyalanya itu boleh bersikap pasif. Setiap gereja atau setiap orang Kristen harus senantiasa mengintrospeksi diri, menemukan hal-hal tidak baik di dalam dirinya dan berusaha untuk memperbaiki atau menemukan hal-hal yang kurang baik dan lalu berusaha meningkatkannya sehingga menjadi lebih baik. Contoh :


Dalam hal beribadah / kebaktian : Apakah kita sudah tepat waktu / tidak
terlambat? Apakah kita cukup rajin berbakti? Apakah kebaktian kita dilakukan dengan sungguh-sungguh? Apakah sewaktu kita menyanyi, kita melakukannya dengan kesungguhan? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!


Dalam hal mendengar Firman Tuhan : Apakah kita cukup rindu mendengar
Firman Tuhan? Apakah cara kita mendengar Firman Tuhan sudah benar? Apakah kita aktif di dalam kelas Pelajaran Alkitab? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!


Dalam hal berdoa : Apakah doa-doa pribadi kita berjalan dengan normal dan
baik? Apakah pada saat doa syafaat dalam kebaktian, sikap kita sudah benar? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal pelayanan : Apakah kita cukup serius di dalam pelayanan?
Apakah kita sudah maksimal di dalam pelayanan? Apakah kita sudah melibatkan diri di dalam pelayanan-pelayanan? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal kasih : Apakah kita benar-benar mengasihi Tuhan? Dalam hal
mengasihi sesama, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengasihi orang lain? Ataukah malah membenci dan tidak mengampuni orang lain? Jika kasih kita kepada Tuhan dan sesame tidak benar, kita harus memperbaikinya!


Dalam hal persembahan : Apakah kita sudah memberikan yang terbaik dari
kita untuk mendukung pekerjaan Tuhan? Apakah kita sudah all out di dalam persembahan pembangunan gereja? Apakah kita setia memberikan persembahan persepuluhan? Jika tidak, kita harus memperbaikinya!

Dalam hal mengucap syukur : Apakah kita sudah belajar mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal? Atukah kita hanya mengucap syukur untuk hal-hal yang enak saja tetapi mengluh untuk hal-hal yang tidak enak? Jika kita tidak / belum mengucap syukur dalam segala hal, kita harus memperbaikinya!
dll.


Intinya adalah hal-hal yang mana yang dulu saudara baik sekarang tidak, dan hal-hal yang mana yang dari dulu sampai sekarang saudara tidak pernah baik, berusahalah untuk memperbaiki hal-hal itu. Saya dulu rajin berpuasa, sekarang tidak! Saya harus memperbaikinya sekalian untuk menurunkan badan! Dulu persiapan khotbah saya minim tapi doanya banyak. Sekarang persiapannya banyak, doanya kurang. Saya harus memperbaikinya! Dulu saya penyabar, sekarang emosional. Saya harus memperbaikinya!


Marilah kita semua melihat hal-hal yang kurang dari kerohanian kita atau yang jelek dari hidup kita dan berusaha memperbaikinya. Ini juga berlaku gereja kita. Marilah kita selalu mengevaluasi kehidupan berjemaat kita dan juga pelayanan kita. Jika kita dapati kekurangan atau kejelekkan, kita harus mau mengubahnya agar Tuhan bisa dapati pekerjaan sempurna di mata-Nya.


c. Ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! (ayat 3a)
Wah 3:3 - Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah!...”

Menerima dan mendengar apa / siapa? Siapakah yang dimaksudkan dengan “nya” di dalam kalimat tersebut? John Stott mengatakan bahwa itu adalah Roh Kudus karena Roh Kudus adalah Roh Kehidupan.

Rom 8:2 - Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

Gereja Sardis nyaris mati dan karena itu mereka perlu mendengar dan mengingat Roh Kudus yang dapat memberikan hidup kepada mereka.
John Stott - Berita lain apa yang butuh didengarkan oleh gereja yang mati atau sekarat? Adalah Roh Kudus yang bisa menghembuskan ke dalam ibadah formil / resmi kita sehingga itu menjadi hidup dan nyata. Adalah Dia yang bias menghidupkan pekerjaan mati kita dan membuatnya berdenyut dengan kehidupan. Ia bisa menolong gereja yang sekarat dan membuatnya sebagai kekuatan yang hidup dalam masyarakat.

Sekalipun benar yang dikatakan Stott bahwa Roh Kudus adalah Roh yang memberi hidup kepada gereja, saya tidak setuju dengan penafsiran Stott di sini. Kata-kata “engkau telah mendengarnya” rasanya tidak pas diterapkan pada Roh Kudus. Juga kalimat selanjutnya “turutilah itu dan bertobatlah!” menjadi agak rancu jikalau itu menunjuk pada Roh Kudus. Saya lebih condong menafsirkan bahwa “nya” di sana menunjuk pada berita Injil. Sehingga nasihat kepada jemaat Sardis itu adalah mereka harus ingat bagaimana mereka telah mendengar dan menerima berita Injil. Dan karena itu mereka harus menuruti Injil itu dan bertobat.
Louis A. Vos - Obyek dari kata kerja “menerima” dan “mendengar” adalah Injil. (The Synoptic Traditions in the Apocalypse, hal. 211).

William Barclay – Kristus yang bangkit memerintahkan jemaat Sardis yang malas untuk mengingat kegairahan ketika mereka pertama kali mendengar berita Injil. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.177).


Kata “ingatlah” di sini di dalam bahasa Yunani ditulis dalam bentuk Present Imperative” yang berarti teruslah ingat, jangan pernah lupa. Atau ingatlah setiap waktu, jangan lupa sedetik pun. Jadi di sini untuk gereja yang nyaris mati secara rohani ini Tuhan menasihati mereka agar mereka mengingat kembali saat pertama mereka mendengar dan merima Injil itu. Pada saat itu ada semangat dan sukacita dalam hati mereka, yang menyebabkan mereka berkobar-kobar dalam iman dan pelayanan mereka. Mereka harus mengingat itu dan harus terus mengingatnya. Dan setelah mereka mengingatnya, mereka harus menuruti berita Injil itu dan bertobat dari dosa-dosa mereka.

John Stott - Gereja Sardis juga diberitahu untuk mengingat. Ingatan merupakan karunia / pemberian yang berharga dan merupakan berkat. Tidak ada apa pun yang bisa menusuk hati nurani sehingga bangun sepenuhnya seperti ingatan tentang masa lalu. Jalan yang terpendek kepada pertobatan adalah ingatan.
Biarlah seseorang mengingat bagaimana ia dahulu dan merenungkan ia bias menjadi apa oleh kasih karunia Allah, dan ia akan bertobat, berbalik dari dosanya kepada Juruselamatnya.


Ya! Mengingat kembali saat pertama kali kita mendengar Injil, saat pertama kali kita mengenal Yesus secara pribadi, saat pertama kali kita diselamatkan, saat pertama kali hati kita berkobar-kobar karena kasih kepada-Nya, itu semua menolong kita untuk bisa kembali kepada kepada Tuhan jikalau kita telah menjauh dari-Nya.


William Barclay – Berulang-ulang orang Kristen harus berdiri di depan salib dan mengingat kembali apa yang telah dilakukan Allah baginya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.178).

Ibr 10:32,35 – (32) Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, … (35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya

Jikalau saudara dapati hidup saudara sudah jauh dari Tuhan, jikalau saudara dapati bahwa persekutuanmu dengan Tuhan hancur karena dosa-dosamu, jikalau saudara dapati bahwa hatimu telah dingin, jikalau saudara dapati bahwa semangatmu di dalam melayani menjadi kendor, jikalau saudara dapati bahwa iman / kerohanianmu nyaris mati, marilah mengingat kembali pengalaman kita pertama kali berjumpa dengan Yesus, ingatlah kembali kekariban / kedekatan kita dengan Tuhan dulu, ingatlah kembali semangat kita yang berkobar-kobar untuk melayani Tuhan, dan bertobatlah, kembali pada Tuhan. Hal yang sama berlaku bagi gereja kita. Jikalau suatu saat kita dapati bahwa gereja kita mengalami nasib yang sama seperti jemaat Sardis, kiranya kita mau mengingat kembali bagaimana awalnya gereja ini dimulai, bagaimana Tuhan menyatakan kasih dan kuasa-Nya di tengah-tengah gereja ini, dan marilah kita bertobat,kembali kepada Dia.

- AMIN -

No comments:

Post a Comment