Pages

18 October 2020

Mengapa Kamu Mendengarkan Dia?

Sang Kristus Dan Pernyataannya yang  Begitu Sukar Bagi Manusia : Akulah Gembala Yang Baik

Oleh: Blogger Martin Simamora


Bacalah lebih dulu: Bukan Hanya Gembala Tetapi Adalah Pintu

A. Ia kerasukan setan dan gila

Kala Yesus mengajar kebenaran yang bersumber dari kitab suci maka tidak akan pernah belaka sebuah proses mengajar dalam proses interaksi yang kognitif dan  spiritualitas belaka dalam sebuah tujuan untuk membangun pondasi-pondasi pengertian yang diharapkan dapat menghubungkan setiap pendengarnya pada kebenaran sehingga terbentuk sebuah spiritualitas atau bertumbuhnya sebuah kehidupan rohani tertentu. Pada Yesus, apa yang terjadi adalah jauh lebih besar daripada hal tersebut sebagaimana disaksikan oleh penulis injil Matius yang memberikan catatan penting sebagai berikut: “sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka” (Mat 7:29). Komparasi yang memperbandingkan Yesus secara ekstrim semacam ini nampak jelas tak terhindarkan dan dibangun diatas dasar pengalaman yang bersifat “current events” sehingga merupakan kesaharian Yesus yang sungguh menjadi tak sebanding terhadap ahli-ahli Taurat. Jadi  harus dikatakan bukan belaka propaganda yang diciptakan oleh kalangan murid-murid Kristus. Dalam catatan injil Yohanes,bahkan, kita melihat seorang Tokoh Agama Yahudi terkemuka,Nikodemus, secara diam-diam dalam jam-jam yang tak wajar melakukan kunjungan sangat penting kepada Yesus: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." (Yohanes 3:1). Dalam hal ini, kita dapat melihat apakah wujud otentik pada “ia mengajar sebagai orang yang berkuasa,tidak seperti ahli-ahli Taurat” melalui pernyataan Nikodemus yaitu bahwa pengajaran Kristus dalam kesehariannya adalah seorang pengajar yang disertai Allah. Catatan pentingnya, Nikodemus memberikan konteks pada ”Allah menyertainya” sebagai unik dan hanya terjadi pada Yesus ketika dibingkainya dengan “tidak seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda”. Jadi memang tanda-tanda yang dilakukan oleh Yesus adalah tanda-tanda yang diverifikasi sebagai datang dari Allah, bukan diluar Allah. Mengapa hanya terjadi pada Yesus Kristus, ini adalah hal yang tak kunjung dapat dipahami oleh Nikodemus (bandingkan dan pelajari Yohanes 3:9-13 dimana Kristus menyingkapkan dirinya lebih besar daripada apa yang dapat dipahami Nikodemus sebagai “Allah menyertainya”, sebab Kristus menunjukan dirinya sebagai pribadi yang memiliki kesatuan dengan Bapa dalam Ia turun kedalam dunia ini: Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia-Yoh 3:13)).

Kristus yang telah tampil dalam sebuah kehadiran yang tak terlepaskan dari kesatuannya dengan Bapa di sorga pada akhirnya menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang sangat berat. Pada artikel ini, kita kembali melihat bagaimana Kristus menunjukan kebesaran dan keagungan kasih Allah yang besar melalui sebuah perumpamaan “Gembala yang baik”, dalam sebuah konsistensi yang divinitas pada diri Yesus pada setiap kali ia mengajar, maka “Gembala yang baik” di sini, ini bukan sama sekali gembala yang baik sebagaimana yang paling mulia yang dapat diukurkan, jadi ini tepat sebagaimana yang terjadi dengan “jika Allah tidak menyertainya.” Itu sebabnya pada saat Yesus menunjukan siapakah dirinya sebagai gembala yang baik, responnya adalah sangat negatif atau gelap: Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia? (Yohanes 10:20).

 

Mengapa “Gembala yang baik” kemudian dituding sebagai kerasukan setan dan gila? Apakah topik teologia yang sedang Yesus sampaikan terlalu tinggi sehingga tak satupun doktor-doktor teologia judaisme kala itu sanggup melakukan uji kebenaran dalam kaidah-kaidah akademis sebelum mengutuk diri Yesus sebagai “Ia kerasukan setan dan gila”?

 

Sementara kita dapat melihat sebuah interaksi yang menghasilkan sebuah negasi yang berujung tindakan penghancuran martabat Yesus sebagai orang gila dan kerasukan setan, mari kita menguji secara cepat pada hal-hal yang paling fundamental pada diri Yesus sendiri saat ia mengajar melalui sebuah perumpamaan yang memiliki tujuan spesifik yaitu sebagai sebuah sarana untuk menghadirkan kebesaran dirinya sementara ia hadir sebagai seorang anak manusia. Yesus secara desain telah merancang sedemikian rupa dalam dirinya bahwa terminologi “Gembala yang baik”  dalam sebuah kedivinitasan yang begitu tinggi,agung dan mulia untuk dapat diucapkan oleh seorang manusia.

 

B. Dapatkah Setan Memelekkan Mata Orang-Orang Buta?"

Menjadi begitu penting bagi kita untuk mengerti betapa dahsyatnya ketegangan rohani yang segera terbentuk diantara para pendengarnya. Sejumlah orang-orang Yahudi yang memiliki kematangan dan keberhati-hatian rohani menyampaikan peringatan keras bagi siapapun yang hendak menuding Yesus sebagai orang yang kerasukan setan. Perhatikan ini: “Yang lain berkata: "Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?" (Yohanes 10:21), sementara tidak ada satu keputusan yang dapat diambil terhadap Yesus sehingga pandangan yang tersisa diantara para pendengarnya tetap adalah sebuah kebingungan besar yang tak terpecahkan: apakah Yesus adalah Gembala yang baik atau seorang kerasukan setan? Namun apa yang keras menghalangi siapapun untuk menuding Yesus adalah seorang kerasukan setan adalah satu premis yang secara definitif membawa Yesus pada sebuah thesis agung dan mulia bahwa Ia secara absolut bukan seorang kerasukan setan melalui sebuah pertanyaan yang membuat premis menjadi sebuah thesis yang mustahil memiliki anti thesis, pertanyaan penguji tersebut adalah: dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta? Orang-orang Yahudi memiliki pengetahuan akan sejauh apakah setan dapat memberikan kebaikan dan bagaimana hanya Allah saja yang dapat mengerjakan kebaikan diantara mereka. Satu-satunya problem mereka adalah mengenal Yesus Kristus sebagai yang datang dari Allah bagi mereka.

 

Mari kita melihat sekarang kedivinitasan yang diusung Kristus dalam perumpamaan gembala yang baik, sehingga berujung pada kecaman bahwa Yesus adalah seorang yang kerasukan setan. Mari perhatikan tabel berikut ini:

 

Asal-usul Gembala

Persekutuan Gembala dengan Domba-Domba

Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu ..,,, adalah seorang pencuri dan seorang perampok-Yoh 10:1

 

Ini adalah semacamnya premis besarnya bahwa untuk mengidentifikasi gembala yang baik maka pertama-tama ia bukan datang dari dunia yang didesain sebagai “melalui pintu”. Oleh karena desain ini bersifat ilahi atau divinitas maka perusak bisa saja tampil menyaru sebagai gembala dalam berbagai cara namun jelas bukan datang dari Allah

demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya- Yohanes 10:2

 

ini adalah eksistensi Gembala beserta kekuasaannya dalam persekutuannya dengan Bapa. Kedatangan Gembala melalui pintu tersebut dengan demikian bukan semacam metafora tetapi menunjukan apa yang minimal dikemukakan oleh Nikodemus bahwa sang gembala disertai oleh Allah, hanya saja Sang Gembala menunjukan konteks “Allah menyertainya” dalam sebuah kesehakekatan dengan Bapa sementara Ia dalam rupa manusia sebagaimana dikatakannya: Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya, memiliki hidup kekal dalam kepemilikan Gembala, inilah yang membuat Yesus tidak bisa dijadikan belaka prasyarat iman yang menyiratkan keputusan dan pertimbangan kognitif dari seorang manusia adalah inisiator preliminari sebab Yesus sendiri menunjuk dirinya adalah pintu menuju domba-domba sementara mereka milik Bapa: sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu (Yohanes 10:7). Jika ditanya bagaimana seseorang dapat menemukan pintu atau dengan kata lain melihat pintu yang tak mungkin dikenali walau kala itu Yesus ada, perihal ini dapat didekati dengan pertanyaan Nikodemus dan jawaban Yesus kepadanya:

- "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" (Yoh 3:4)

 

- Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." (Yoh 3;8)

 

 

           

tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba-Yohanes 10:2

dalam hal ini, desain ini oleh Yesus telah ditujukan pada dirinya sendiri untuk menunjukan bahwa hanya ada satu satu-satunya gembala dan itu adalah dia. Dengan kata lain ini adalah konteks yang divinitas dan tidak dapat diaplikasikan pada manusia-manusia lain oleh karena apakah tujuannya: Yohanes 10:9-10

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Yohanes 10:11)

 

Ini adalah desain tersukar dalam perumpamaan yang berupaya mengkomunikasikan bahwa kematiannya kelak adalah kematian yang berkuasa atas kematian sehingga berkuasa memberikan kehidupan bagi setiap domba-dombanya. Ini adalah persekutuan membuat ikatan domba-domba terhadap sang gembala menjadi tak dapat digoyahkan sedikitpun. Mengapa demikian? Karena dalam hal ini juga merupakan kematian yang mematahkan kuasa Iblis atau Maut dalam cara yang meruntuhkan kemapanan tatanan pemerintahan sang maut, perhatikan bagaimana Yesus menunjukan kuasa kematiannya berdampak pada runtuhnya tatanan pemerintahan Iblis:      Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (Yohanes 10:10)

 

 

Untuk dia penjaga membuka pintu-Yohanes 10:3

 

Ini adalah semacam masterpiece identitas diri gembala tersebut: bahwa gembala tersebut memang memiliki relasi, desain dalam sebuah tujuan yang definitif pada kekekalan, dan pada saat yang sama Dia yang kemudian turun kedalam kawanan domba-domba ini memiliki kesehakekatan yang sama dengan siapa yang didesain sebagai “penjaga yang membuka pintu”. Akan semakin menarik jika ini dikaitkan dengan doa Yesus yang berbunyi: dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka (Yoh 17:10) dan Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka(Yoh 17:20)

Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yohanes 10:14)

 

Apakah Yesus mengenal domba-dombanya? Jawabannya tanpa ragu adalah pasti ia mengenal. Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa Yesus mengenal setiap domba-dombanya pada tatar kehidupan domba-dombanya dimulai saat kematian dihancurkan oleh karya Yesus dalam kematiannya. Ini adalah batu pondasinya sehingga mengenal dan dikenal bahkan tidak bisa diatributkan secara lahiriah namun berdasarkan karya Yesus yang mengakibatkan domba-dombanya mengenal diri-Nya. Persekutuan semacam ini kemudian diangkat Yesus dalam doanya: Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;           supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. (Yoh 17:20-24), jika kita membacanya maka persekutuan Kristus dengan setiap domba-dombanya adalah sebuah tatanan divinitas yang diselenggarakan Bapa dan Anak dalam sebuah persekutuan yang tak dapat dihancurkan oleh dunia: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu.

 

Memperhatikan tabel diatas sebagai potret sederhana untuk melihat bagaimana Yesus menunjukan kemuliaan diri dan karya kasihnya kepada dunia maka memang siapapun akan menemukan kesukaran memahaminya berdasarkan kitab suci, sebab sentralitas Kristus terlalu mulia dan ketakberdayaan setiap domba menjadi begitu fatal sebab diindikasikan berada dalam perbudakan kematian sehingga memerlukan Gembala yang baik agar dapat menerima hidup dalam tatanan pemerintahan Allah.


 

C. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini

Sang Kristus kemudian menegaskan bahwa penggembalaannya adalah fakta dari maksud Bapa di sorga dan mencakup bukan saja bangsa Yahudi tetapi berbagai bangsa di dunia ini:

Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.- Yohanes 10:16

Sentralitas bagaimana dapat menemukan pintu itu tidak terletak pada manusia-manusia tetapi pada upaya Yesus sementara kebenaran diberitakan kepada semua bangsa, dalam doa Yesus sebelum penyalibannya, hal ini pun diungkapkannya:

 

Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;-Yohanes 17:20

Pemberitaan kabar baik, kemudian, menjadi sarana yang sangat penting, strategis dan tak tergantikan dalam rancangan Allah agar siapa yang menjadi percaya kepada Kristus tergenapi. 

 

Ini adalah tatanan yang ditegakan Bapa berdasarkan penggembalaan Gembala yang baik itu bukan saja bagi bangsa Yahudi tetapi bagi bangsa-bangsa lainnya di muka bumi ini melalui pemberitaan injil oleh murid-murid Kristus yang setia kepada kebenaran firman sebagaimana yang dimaksudkannya.

 

 

SOLI DEO GLORIA

 

No comments:

Post a Comment