Pages

30 August 2020

Kristus Sang Pengajar

Hakim Yang Mulia Bersabda Bagi Semua

Blogger Martin Simamora

A.Ketika Kristus Menduduki Kursi Musa Sebagai Hakim Yang Mulia

Kala Yesus Sang Kristus telah menjadi begitu populer dan telah sukses membangun sebuah kemuliaan yang menjamah jiwa setiap pendengarnya baik itu menciptakan nuansa hitam atau abu-abu atau putih bagi setiap individu, pada momen itu jugalah Sang Kristus telah masuk kedalam takhta kemuliaan bukan saja sebagai Sang Guru tetapi Ia Sang Sabda- Mesias yang bersabda.Secara gradual tak terhindarkan baginya bahwa ia bukan Guru dalam apa yang selama ini dapat mereka pahami. Secara hitam atau setidak-tidaknya abu-abu, terhadap Sang Kristus dapat terlontar pertanyaan-pertanyan penguji semacam ini:

Markus 10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"

Kita harus memperhatikan bahwa konteks pertanyaan ini sungguh-sungguh dimaksudkan untuk menguji apakah kedivinitasan Kristus yang akan muncul dari mata air pertanyaan ini. Jika pertanyaan ini membutuhkan semacam kematangan atau kebijakan seseorang yang telah teruji dan terpuji bukan saja pada kehidupan pernikahan dan pembinaan keluarganya sendiri selama puluhan tahun usia pernikahan di mata publik, tentulah Yesus Sang Kristus akan berkualifikasi untuk menjadi setidaknya rujukan terhadap problem pada institusi keluarga. Yesus Sang Kristus tidaklah demikian, sehingga memang pertanyaan ini memang dapat menjadi problem pelik tersendiri bagi Sang Kristus. Namun Kristus membawa masuk sebuah otoritas yang unik untuk dihadirkannya dihadapan orang-orang Farisi yaitu nabi Musa. Perhatikan ini: "Apa perintah Musa kepada kamu?" (Markus 10:3). Tanggapan Kristus pada hari itu sebagaimana lazimnya ia mengajar telah berubah menjadi penghakiman oleh sabda-Nya terhadap bangsa ini, perhatikan ini:

Markus 10:4-5  Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.

Siapakah yang berharap pertanyaan penuh siasat ini berujung pada penghakiman, penghakiman oleh Musa yang menunjukan dua hal sekaligus: pertama, bahwa dosa telah merusak kekudusan dan kemuliaan lembaga pernikahan dan kedua, bahwa itu menunjukan manusia gagal untuk menggenapi secara tak bercela: sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Markus 10:6-9).

Kristus membawa masuk Musa dalam sebuah cara yang mengejutkan sebab kemudian Musa telah didudukannya menjadi Hakim bagi mereka melalui mulut Sang Pengajar. Ini menjadi lebih menarik lagi dan semakin menciptakan semacam ketegangan hubungan antara kelompok-kelompok elit religius Yahudi dengan Yesus kala kita memegang sebuah determinan absolut ini:

Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. (Yohanes 5:45-46)

Kristus menduduki kursi Musa dalam cara yang menakjubkan dan penuh kuasa untuk menjawab sebuah pertanyaan yang dimaksudkan untuk mempermalukan dan mempecundangi kehormatan dan legitimasi pengajarannya sebagai seorang Guru.

Perihal ini semakin meruncing kala Sang Kristus secara privasi bersama-sama dengan para murid utamanya:

Markus 10:10-12 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."

Penghakiman terhadap kehidupan dan kekudusan kehidupan rumah tangga kini menunjukan sebuah subyek lebih tinggi daripada sekedar ke-monogami-an belaka sebab apa yang mulia bukan soal monogami atau tidak tetapi kesucian yang  tidak dapat dibangun manusia tetapi tercipta karena hidup dalam sabda apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia yang adalah pondasi kesucian sebuah pernikahan. Manakala ini dilanggar maka pemberontakan akan menghasilkan penghakiman yang akan mengejar kehidupan pernikahan yang bagaimanapun juga namun lahir dari pemberontakan semacam ini. Bagaimana bentuk penghakiman adalah hal yang mengakibatkan pernikahan kembali berdasarkan pemberontakan semacam ini menjadi tak mungkin dikoreksi dan dipulihkan oleh manusia. Semacam ini: barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah, siapakah yang dapat menganulirnya dan membuatnya tak lagi berlaku?

Jawaban Kristus ini telah mengubur bukan saja orang farisi tetapi umat manusia kedalam penghakiman yang hasilnya telah lebih dahulu ditetapkan namun oleh Sang Kristus diungkapkan bahkan sebelum penghakiman agung digelar.

 

B.Pelukan dan Berkat Sang Kristus Bagi Anak-Anak: Sebuah Skandal Bagi  Para Murid

Apakah yang membuat para murid-murid Kristus dapat menjadi marah? Pada satu insiden, kemarahan mereka adalah kemarahan yang akan mengajarkan kepada mereka bahwa tak ada satu manusiapun yang berkuasa untuk menentukan bagaimana keselamatan itu harus berlangsung dan bahwa tak ada satu manusia yang berdaya untuk menyemaikan bibit-bibit  yang akan menjadi modal awal baginya untuk memiliki sebuah kemungkinan untuk secara pasti memilikinya. Mari kita memperhatikan ini:

Markus 10:13 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.

Apapun situasi yang dapat dibayangkan terhadap situasi kemarahan para murid terhadap para orang tua yang membawa anak-anaknya kepada Yesus, respon Yesus terhadap situasi ini akan membuat mereka jatuh pada sebuah skandal yang amat memalukan baik didepan para orang tua dan para murid. Kemarahan para murid telah direspon Yesus dalam sebuah kemarahan yang mengejutkan bagi para muridnya sendiri: ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah (Markus 10:14). Sementara para orang tua membawa anak-anak mereka dengan maksud yang terlihat sederhana yaitu: supaya dijamah, namun pada pihak Sang Kristus kala Ia mengungkapkan kepada para muridnya apakah alasan kemarahannya, secara telak akan begitu mempermalukan mereka dalam sebuah skandal berjudul “skandal keselamatan” yang tak terbayangkan dan tak terselami oleh mereka. Perhatikan alasan Sang Kristus berikut ini: biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah (Markus 10:14). Apakah keistimewaan anak-anak tersebut sehingga Yesus berkata: sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah? Apakah Yesus tak gegabah berkata demikian karena bahkan buah-buah saja belum terbukti, apalagi soal iman, ketaatan dan pengenalan akan Kristus? Ini menjadi semacam skandal sebab kemarahan ini kemudian bergerak pada sebuah tindakan yang memastikan bahwa ya dan amin bagi anak-anak tersebut kala: Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka (Markus 10:16). Siapakah yang dapat mencegah Yesus untuk memeluk dan melepaskan berkat diatas dasar sabdanya ini: sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Walau kita tidak dapat mengetahui pertumbuhan dan perjalanan anak-anak tersebut, namun pelukan Yesus dan sabda berkat-Nya adalah sebuah pengikat abadi yang kokoh dan tak ada satupun usaha manusia yang dapat menggagalkan dan atau memperkuatnya.

 

C.Pandangan Kasih Kristus & Kesedihan Seorang Manusia Pengejar Hidup Kekal

Hakim yang mulia bersabda bagi semua. Namun hal yang paling kontras terhadap pelukan Kristus terhadap anak-anak adalah apa yang kemudian terjadi terhadap seorang pengejar hidup kekal yang sempat menerima semacam pujian  dari sang Kristus. Mari kita memperhatikan  catatan injil berikut ini:

Markus 10:17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

 

Markus 10:19-20 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."

Dapatkah anda melihat bahwa orang yang mengejar Kristus ini adalah sungguh-sungguh manusia yang serius dengan keselamatan jiwanya. Sejak masa mudaku, ujarnya. Kebanyakan manusia, baru setelah masuk sisa-sisa kejayaan fisiknya atau sudah berbau kubur barulah memikirkannya secara serius, namun untuk urusan satu ini maka orang yang mengejar Yesus ini memang sungguh teladan yang unggulan..bagi siapapun. Sudah kaya tidak lalu terlena dengan pesta pora dunia dengan segala kebahagiaan yang dapat diteguk dari beragam tawaran yang ada. Sekali lagi, sungguh merupakan teladan yang patut menjadi reflektor bagi siapapun termasuk saya dan anda.

Terhadap pengakuan bahwa semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku, nyata bukan sebuah dusta, sebab respon Kristus merupakan sebuah petunjuk kebenaran pengakuan tersebut. Perhatikan ini:

Markus 10:21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu:

Yesus Sang Kristus  memandang dia dan mendapatkan sebuah kebenaran betapa sungguh-sungguhnya ia mengejar kebenaran berdasarkan ketaatan melakukan taurat! Namun Kristus memandang dalam pandangan sebagai Hakim yang Mulai bahwa jika pengejaran hidup kekal sebagai tujuan mulia jiwanya berdasarkan kebenaran diri tertulus sekalipun, ternyata bukan pengejaran Kerajaan Allah yang mendatangkan keselamatan. Sama sekali-dalam pandangan Yesus- kebenaran diri orang tersebut tidak mendatangkan pelukan dan berkat keselamatan bagi dirinya, dan itu sebabnya Kristus kemudian berkata begini: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga (Markus 10:21), yang hendak menunjukan bahwa pengejaran hidup kekal tidak sama sekali terjadi jika melakukan kebenaran berdasarkan ketaatan pada taurat yang bersentral pada upaya diri sendiri. Nilai kesempurnaan diri yang diakui Yesus sekalipun, oleh Hakim Yesus telah dinyatakan tak bernilai dalam sebuah respon-Nya yang berbunyi: hanya satu lagi kekuranganmu. Walau siapapun akan memahami ini sebagai semacam satu bagian atau komplementer yang kurang, nyatanya ini akan menghasilkan maut atau hidup yang kekal jika tidak dimiliki. Pada finalnya, ini bukan soal transaksi pertukaran: memberikan harta benda beroleh harta sorga sebagai hal yang affordable atau dapat diupayakan, karena Kristus adalah satu-satunya dasar untuk melepaskan kemuliaan diri dalam ekspresi-ekspresi ragawi: ketaatan taurat dan kekayaan harta benda sebagai berkat yang mengalir dari Bapa. Ketika Yesus berkata: kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku (Markus 10:21) maka runtuhlah semua pondasi kebenaran diri yang telah dibangunnya sejak masa muda, menjadi begitu sampah ketika diperhadapkan dengan Kristus..dan itu dihempaskan oleh Yesus ketika berkata: datanglah kemari dan ikutlah Aku. Tidak ada lagi soal dirinya, soal ketaatan sejak muda dan tak ada lagi kemuliaan dan keteladanan diri sendiri dihadapan publik..dengan demikian. Semua seketika menjadi sekam terbakar oleh kebenaran diri yang hanya pada Kristus Yesus dan harus dimilikinya berdasarkan pengikutan terhadap Yesus sebagai sumber hidup kekal…yang dikejar-kejarnya selama ini dan disangkanya sedikit lagi ia menggapainya.

 

Jika upaya manusia menjadi sama sekali tak berarti bagi Yesus dan merupakan sampah dibandingkan dengan diri sang Mesias, maka memang wajar para murid akan melontarkan respon semacam ini:

Markus 10:24 Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Kita, kemudian, harus secara serius mempertimbangkan apakah kesukaran yang dimaksudkan disini adalah soal keseriusan yang berjibaku dengan nafsu daging dan dalam pergelutan semacam ini sebetulnya ada tersemai sebuah potensi dalam jiwa manusia yang perlu dibangkitkan dan perlu dirangsang sedemikian rupa dengan memandang pada Kristus? Apakah demikian? Menjawab ini maka jawaban Yesus adalah jawaban definitif tanpa bayangan:

Markus 10:25 Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Keselamatan, dengan demikian, memang tidak sama sekali berada dalam jangkauan jiwa manusia dan dalam jangkauan kuasa ketaatan yang harus dibangun manusia. Para murid, karena itulah, selanjutnya menunjukan fakta yang baru saja saya tunjukan tadi, perhatikan ini: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" (Markus 10:26), pada konteks ini maka problem ini bukan lagi tipikal orang kaya, namun semua manusia tak akan dapat lepas dari problem maut ini. Terhadap problem maut ini, marilah memperhatikan sabda Sang Kristus ini:

"Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." (Markus 10:27)

 

SOLI DEO GLORIA

 

1 comment:

  1. How To Make Money In Online Casinos Online
    This means playing 카지노 사이트 slots 코인카지노 online titanium tubing has to be หารายได้เสริม a part of your job A typical casino site offers 바카라 시스템 배팅 a large selection of games and services including video poker,

    ReplyDelete