Pages

26 July 2020

Aku Datang Untuk Menggenapinya


Sesungguhnya Selama Belum Lenyap Langit Dan Bumi Ini, Satu Iota Atau Satu Titikpun Tidak Akan Ditiadakan Dari hukum Taurat, Sebelum Semuanya Terjadi

Oleh: Blogger Martin Simamora
A.Kristus dan Kitab Suci

Relasi Kristus terhadap Kitab suci merupakan sebuah format yang tak terbayangkan bekerja pada seorang manusia, jika dipikirkan sebagai format relasi ketaatan terhadap kitab suci maka nampak jelas relasi itu akan menunjukan bahwa dimensinya hanya diri Yesus Kristus yang mampu menghidupi dalam sebuah format yang benar-benar divinitas. Dalam catatan injil Matius, Sang Kristus menyingkapkan format relasi ini sebagai berikut:
Matius 5:17-18 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Spektrum penggenapannya melampaui eksistensi atau lebih tepat disebut sebagai sebuah eksistensi yang begitu absolut menentukan kesudahan serta kefinalan  dunia dan kefinalan kitab suci sebagaimana diungkapkan dalam pernyataan ini: sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjad yang sangat manunggal dengan diri Yesus Kristus serta tujuannya di dunia ini. Ia dan  firman tertulis (kitab suci) memiliki relasi bersifat kekal dalam hal eksistensi-Nya. Kemanusiaan Kristus sedang membicarakan natur Keilahiannya yang mahamulia sebagaimana Bapa ketika ia sendiri berkata Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi dalam konteks melampaui segala abad hingga segala abad itu mengalami kesudahannya di tangannya sendiri sebagaimana ia mendefinisikannya sebagai berikut: selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Masalah dunia adalah: bagaimana memahami “sebelum semuanya  terjadi” dalam sebuah platform waktu, tempat dan peristiwa. Semakro dan atau semikro apakah isi dari sebelum semuanya terjadi akan dapat menjadi kepelikan sendiri bagi manusia untuk memahaminya.


Pernyataan ini lebih dari sekedar apakah penting, sangat penting  atau terpenting sebab ini bukan terletak di luar diri Yesus dan bahkan Yesus bukan sekedar sebuah variabel dan atau faktor terhadap kitab suci atau sebaliknya, sebab bahkan menyatakan sifat relasi dirinya terhadap kitab suci sebagai sabda yang bekerja menggenapi sabda, Ia bahkan menyebutkan bahwa bahkan nabi perjanjian lama memang menuliskan mengenai dirinya saja. Mari kita memperhatikan berikut ini:
Yohanes 5:46-47 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"

Yohanes 3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,

Lukas 24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Lukas 24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."


B.Relasi Yang Tak Terbayangkan
Sang Kristus menyingkapkan sebuah relasi yang tak terbayangkan bagi siapapun ketika ia menyatakan harus digenapi semua yang tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur. Ini melampaui kekuatan kognitif jika demikian sebab ketika sebuah kitab suci saja menuliskan perihal masa depan yang eksistensinya belum ada dan ketika sebuah eksistensi menyatakan relasinya lebih dari sekedar afirmasi tetapi penggenapan, ini adalah hal divinitas yang tak mungkin didekati dengan belaka kemampuan kognitif manusia selain manusia itu dibawa masuk kedalam dunia penggenapan yang merupakan dunia Kristus dan dunia kitab suci. Itu sebabnya Yesus harus melakukan ini:
Lukas 24:45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.

Kemampuan berpikir dan mengerti,dengan demikian, merupakan sebuah pemberian kasih karunia sebab tak mungkin ini dimengerti sehingga selaras dengan maksud divinitas yang melekat dan tersimpan dalam kitab suci tersebut.
Aspek inilah yang kemudian terlihat dalam sejumlah catatan penting dalam injil. Perhatikan sejumlah hal berikut ini:
Lukas 22:37 Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi."

Lukas 22:61 Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."

Yohanes 19:11 Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."

Yohanes 19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"
Yohanes 19:36 Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan."

Yohanes 19:37 Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."

Yohanes 20:9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.



C.Penggenapan Kitab Suci: Bertakhtanya Pemerintahan Kristus di Bumi Sebagaimana Di Sorga
Dalam sebuah dialog yang sangat menegangkan antara Kristus dan para muridnya, kita juga diperlihatkan bahwa karakteristik penggenapan Kitab Suci olehnya tak memerlukan faktor kehendak bebas sebagai  sebuah variabel penentuan keberhasilan Yesus menjelankan misi menggenapi kitab suci sebagaimana maksudnya:
Yohanes 6:58-61 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat. Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

Kesanggupan manusia, dimanakah posisinya sebagai sebuah utilitas bagi faktor iman?Sementara manusia tak berdaya sepenuhnya terhadap kebenaran untuk dapat menerimanya, Yesus tahu dan bahkan tidak mereduksinya hingga ke level akseptasi manusia. Ia menyatakan kebenarannya dalam kemuliaan seutuhnya, sementara kemuliaan itu tidak menyinari seperti sinar matahari, namun jelas jiwa-jiwa manusia tak mampu dan tak berdaya. Itu nyata dalam pernyataan Yesus berikut ini: dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? (Yohanes 6:62).

Jika dikatakan bahwa kehendak bebas manusia bukan faktor dan atau variable untuk menanggapi sabda atau pemberitaan injil, lalu apa yang tersisa pada manusia dengan demikian? Terhadap bahwa manusia tak berdaya sama sekali untuk memiliki kekuatan pada dirinya sendiri kekuatan untuk menanggapi iman, jawabannya ada pada bagaimana Ia menggenapi kitab suci yang bergantung sepenuhnya pada dirinya saja dan bukan sama sekali ada elemen kontribusi manusia:
Yohanes 6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."

Sehingga apapun yang terjadi pada setiap pendengar Yesus terkait apakah merespon secara positif atau negatif, itu semua ditentukan oleh apakah Bapa mengaruniakannya atau tidak. Pada momen tersebut, inji mencatat respon negatif semacam ini:
Yohanes 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Juga pada saat yang sama injil mencatat respon positif semacam ini:
Yohanes 6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"

Yohanes 6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;

Premisnya adalah: kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya, adalah dekrit. Dan ketika Yesus berkata apakah kamu tidak mau pergi juga, sementara Yesus nampaknya mempertanyakan aspek kehendak bebas pada semua muridnya, jelas kehendak bebas baik pada murid yang tetap bertahan dan pada murid yang pergi meninggalkannya berada dibawah dekrit: kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.

Tentu saja ini adalah sebuah komplikasi yang hebat bagi setiap manusia, dan apalagi jika pertanyaannya adalah semakro dan semikro apakah penggenapan yang dilakukan oleh Yesus dalam garis lintasan waktu, tempat dan peristiwa individual manusia? Mari perhatikan ini:
Yohanes 6:69-71 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.

Ketika Yesus Sang Kristus menyingkapkan “Kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya” pada garis yang lebih mikro maka hasilnya memang sangat menggentarkan jiwa siapapun, perhatikan ini: Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu (Yohanes 6:67). Ketika sebuah Pre-Destinasi ini dinyatakan maka ini adalah sabda yang kelam, hitam dan akan nampak brutal jika saja ini dilepaskan dari keadaan alamiah manusia yang secara total memang layak dibinasakan. Semua sudah menerima upah keadilan-Nya sebagai hasil penghakiman karena dosa, sementara dekrit: kalau Bapa tidak mengaruniakan kepada-Nya adalah keputusan pemilihannya untuk melepaskan beberapa diantara sekian banyak orang berdasarkan kasih karuniannya agar penghukuman dibatalkan dan dikompensasikan sebagai sebuah penebusan total yang kelak dilakukan Yesus Kristus dalam sebuah Pre-Destinasi yang juga kekal dan kelam dalam pandangan manusia:
Markus 8:31-32 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.

Apakah yang dikatakan Yesus terhadap semua Pre-Destinasi yang kelam dan brutal dalam pandangan dan pemikiran manusia? Yesus Kristus menjawabnya secara definitif setelah kebangkitannya:
Lukas 24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."

Inilah pemerintahan Kristus yang bertakhta diatas Sabda, bukan diatas pemerintahan kehendak manusia. Ini memang keras dan dapat menghempaskan keberimanan seseorang terhadap Yesus. Masakan Mesias mengajarkan hal demikian. Kita harus tahu bahwa ini ketika dibicarakan secara mendalam dan serius bukan sama sekali ekspektasi manusia sebagaimana diungkapkan murid kepada Sang Mesias: padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel (Lukas 24:41).

Sementara  begitu banyak yang akan meninggalkan dirinya, namun Yesus tetap memberitakan predestinasi yang dapat memahitkan jiwa dan merontokan iman, namun Yesus tetap melakukannya:
Yohanes 6:59-60 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat. Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"


Yesus tak mereduksi dan memodifikasi pengajarannya agar situasi emosional setiap pendengarnya jadi reda dan beristirahat, namun ia membawa mereka pada sebuah kulminasi pengajarannya yaitu kemuliaan dirinya sendiri:
Yohanes 6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Yesus kemudian melihat sebuah hasil kasih karunia Bapa yang tidak turun pada para pendengarnya sehingga inilah hasilnya: mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (Yohanes 6:66).

Tujuan kedatangannya kedalam dunia ini adalah untuk menggenapi kitab suci, ini adalah sebuah premis agung dan mulia yang harus dipegang secara teguh oleh setiap orang yang menjadi murid Kristus.

SOLI DEO GLORIA


No comments:

Post a Comment