Pages

20 June 2020

Aku, Manusia Celaka, Rasul Paulus


Siapakah Yang Akan Melepaskan Aku Dari Tubuh Maut Ini?
Oleh: Blogger Martin Simamora


Sebagaimana Sang Kristus yang menyatakan dosa adalah maut yang membelenggu setiap manusia sehingga memerlukan perbuatan Tuhan untuk menyelamatkan (Sebagaimana Kristus nyatakan dalam Yohanes 3:16; 5:14;bandingkan dengan Matius 10:28) sebab memang manusia sama sekali tak berdaya, rasul Paulus dalam Epistel Roma menunjukan hal yang sama namun dengan sebuah pendekatan yang secara tajam menunjukan bagaimana manusia mengalami keadaan sama sekali tak berdaya, dan bagaimana dosa adalah sebuah kemelesetan yang membawa manusia menuju maut secara total tanpa satu cara pun manusia dapat menata ulang rute kehidupannya agar berbalik dari kemelesetannya menuju kembali kepada kejituan tujuan hidup oleh karya dan upaya diri sendiri. Rasul Paulus kepada dirinya sendiri secara nyaring dan terang benderang menunjukan situasi semua manusia dengan satu ekspresi yang sangat kuat dan gelap yaitu: Aku, manusia celaka! (Yohanes 7:24). Pada bagian ini dalam suratnya tersebut, sang rasul memberikan gambaran yang mampu menunjukan betapa kuatnya kuasa dosa membelenggu manusia dalam sebuah tatanan yang bahkan kekuatannya berada diluar jangkauan manusia untuk dapat mengakhirinya, bahkan tindakan manusia untuk memilih berhenti untuk berbuat dosa dan menarik diri dari keterlibatan dunia bahkan tak dapat menggugurkan kekuatan kuasa dosa mengikat seorang manusia. Mari perhatikan pernyataan rasul Paulus berikut ini:

Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, --sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum--bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup? Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain. Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. (Roma 7:1-4)


Aku, manusia celaka. Mengapa demikian? Sebab dosa dan manusia adalah sebuah relasi yang begitu mengikat dan mustahil manusia mampu membenci dan menceraikannya kecuali kuasa dosa itu sudah mati. Namun problemnya terletak pada ketakmungkinan dosa dapat mati sebagaimana terjadi pada isteri atau suami. Manusia terikat pada dosa dan dosa mengikat diri manusia, bagaimana tatanan ikatan tersebut, begini Paulus menganalogikannya: Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. Kalaupun manusia itu pada kehendaknya yang lemah terhadap hukum kuasa dosa ini mau berupaya untuk melepaskan diri oleh kekuatan dirinya sendiri, maka manusia itu diibaratkan sebagai seorang pezinah : jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain, inilah kekuatan kuasa dosa pada jiwa manusia yang tak dapat dilemahkan oleh berbagai upaya perbuatan baik dan pertobatan sekeras apapun tanpa tindakan penyelamatan Kristus. Jika demikian faktanya, lalu apakah yang dapat dilakukan manusia? Jawabannya tidak ada jika dipondasikan pada manusia, sebab problem maut dosa hanya dapat diatasi oleh anugerah yang diadakan Kristus sendiri: kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.

Problem dosa maut, bukanlah sebuah gagasan atau pemikiran spekulatif tetapi realita dosa yang mengikat manusia, dan Allah menunjukannya secara tajam. Tetapi bagaimana Allah menunjukannya? Allah menunjukannya melalui kesucian-Nya, IA  menunjukan kesucian-Nya sehingga dalam terang mahasucinya apa yang terjadi secara tak kasat mata oleh manusia dan tak mungkin untuk mampu diakui oleh manusia akan ditunjukan melalui kesucian-Nya yang dihadirkan-Nya melalui Hukum Taurat-Nya:

Roma 7:5 Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.
Di sini ada 2 hal: pertama ada hawa nafsu dosa yang kita hidupi dan tak pernah dapat diketahui bahwa hawa nafsu bukan sekedar problem moralitas, karakter  dan kejahatan/kebaikan namun berelasi secara intim dengan maut: bahwa dalam hidup yang dipimpin hawa nafsu, manusia memenuhi kehendak maut. Ketika kesucian Allah dalam hukum Taurat diperhadapkan dengan manusia maka yang lahir dari dalam diri manusia bukanlah melayani kehendak suci Allah tetapi melayani kehendak maut. Ketika Hukum Taurat hadir, justru respon manusia adalah memberontak atau tidak melakukan kehendak hukum suci Allah.

Hukum Taurat tidak menyebabkan dosa tetapi menelanjangi keadaan manusia yang malang sebab berada dalam perbudakan dosa-tak mampu melayani hukum Taurat:
           
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" (Roma 7:7)

Hukum Taurat memang menghakimi apa yang memerintah dalam diri manusia; Hukum Taurat membangkitkan pemberontakan yang bertakhta dalam diri manusia yang sedang dalam penghakiman Taurat. Tanpa penghakiman  semacam ini memang dosa tidak akan dapat dihakimi dalam ketentuan-ketentuan hukum yang  dapat dipahami oleh manusia (itu sebabnya rasul Paulus menyatakan: justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" –Roma 7:7). Sehingga  dapat dikatakan, sementara dosa sudah nyata ada sebelum hukum Taurat ada, namun manusia yang berada dalam perbudakan dosa hanya akan dapat melihat dosa kala dosa dinyatakan sebagai dosa secara legal. Malangnya keputusan legal yang dihasilkan oleh hukum Taurat adalah: maut:
Roma 7:9-11 Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup,sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku.

Problem maut manusia kala hukum Taurat yang suci menyorot kegelapan  keagungan diri manusia, pada saat yang sama disitulah manusia terbukti mati walau hidup. Kala kehendak manusia berjuang untuk melakukan perintah-perintah kudus itu, justru apa yang dikerjakan oleh manusia itu menghasilkan jalan menuju kematian. Apa yang sangat berbahaya dan merupakan kulminasi kuasa dosa manusia adalah manusia tidak tahu dan tidak akan pernah menyadari bahwa ia berdosa: sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku.

Bisakah anda membayangkan KUASA dosa menipu dirimu? Mengapa Paulus menyebutkan hal ini? Satu-satunya alasan adalah karena dosa bukan sekedar soal motif dan perbuatan abu-abu dan atau gelap, atau konsistensi hidup benar dan seterusnya…bukan. Tetapi karena dosa adalah sebuah pemerintah maut dengan kuasa kegelapan yang dapat menggelapkan intelektual manusia dan melemahkan kehendak/will manusia hingga memang manusia adalah obyek-obyek perbudakan.kuasa dosa tak peduli siapa anda,.atau jika tidak ingin menjadi terlalu kasar dan terlalu merendahkan/menistakan martabat kita sebagai manusia…manusia berada dalam sebuah skema penipuan maha cerdik dan maha brilian untuk kita ketahui dan kita tinggalkan. Perhatikan pernyataan rasul Paulus dalam  bagian epistel ini:

Roma 7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa

Karena semua manusia terjual dibawah kuasa dosa, siapa yang mungkin untuk melawan penipuan terbesar sepanjang masa? Bahkan dalam dunia ini saja untuk meyakinkan seseorang berada dalam skema penipuan bisa merupakan pekerjaan yang sia-sia, bayangkan  penipuan yang lebih agung lagi: kuasa dosa menipu segenap manusia.

Jika demikian, siapakah yang dapat melepaskan manusia dari kondisi terjual di bawah kuasa dosa? Anda mungkin tak menginginkannya tetapi apa yang dapat anda lakukan jika intelektual dan kehendak bebas anda sudah berada dalam skema Ponzi kuasa dosa? Rasul Paulus menunjukan bahwa tak mungkin lepas oleh upaya dirimu sendiri; intelektualitasmu dan kehendakmu berada dalam perbudakan  kuasa dosa! Itu sebabnya Rasul Paulus berteriak lantang: Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?

Rasul Paulus menyatakan hal teragung: hanya satu yang dapat mengatasi problem: terjual di bawah kuasa dosa; hanya satu yang dapat membebaskan manusia dari skema Ponzi kuasa kegelapan:

Roma 8:3-4 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

Ini menjelaskan mengapa bahkan bayi sejak hari pertama dalam konsepsinya memerlukan anugerah Kristus yang mulia ini, sebab jika orang dewasa saja berada dalam penipuan maut yang intelektualitasnya, kehendak bebasnya, kekayaan pengalaman diri, hikmat dan kebijakan yang dimiliki berdasarkan perjalanan hidup saja tak menolongnya lepas dari skema Ponzi kuasa maut..maka memang setiap manusia tanpa Kristus adalah  manusia celaka.

Siapakah yang tidak membutuhkan Kristus, dengan demikian?

SOLI DEO GLORIA




No comments:

Post a Comment