Pages

25 April 2020

Hal Pertama yang Dilakukan Kristus Kepada Para Murid-Nya (2)


Grand Message Kristus Setelah Kebangkitannya dari Kubur: Damai sejahtera bagi kamu!
Oleh: Blogger Martin Simamora


Merupakan situasi yang mencekam bagi para murid sejak Getsemani. Getsemani memang harus dikatakan sebagai sebuah momentum termurni yang sanggup mengeluarkan secara gamblang dan lugas apa sesungguhnya yang terjadi. Setiap murid pada saat itu memasuki momen awal terisolasinya setiap murid Kristus sehingga bukan saja terpisahkan secara jarak fisik tetapi juga terjauhkan secara hebat pada kehendak dan pikiran Kristus. Mari kita melihat momen tersebut yang merupakan kulminasi yang membuat para murid tak mungkin dan mustahil untuk mengiringi Kristus masuk kedalam perjalanan yang memuliakan Sang Mesias-Anak Manusia itu:

Lukas 22:37Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi."

Lukas 22:38 Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup."

Lukas 22:49 Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?"

Lukas 22:50Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya.
Keterpisahan antara Sang Mesias dan para muridnya begitu keras dan penuh pemberontakan. Mereka bahkan siap untuk mati demi Kristus dengan pedang di tangan dan tanpa segan dihadapan Sang Kristus seorang diantara para muridnya menebaskan pedang tersebut pada seorang hamba Imam Besar, ini ditentang sangat keras oleh Kristus dalam sebuah kedivinitasan sementara Sang Kristus sedang masuk kedalam lembah maut dalam sebuah perjalanan yang dikehendakinya. Perhatikan penentangan divinitas Kristus ini: tetapi Yesus berkata: "Sudahlah itu." Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya (Lukas 22:51).

Momen tersebut sangat emosional, cinta kepada sang guru begitu membakar emosi para murid, tetapi kedagingan mereka lebih berkuasa daripada  penundukan mereka terhadap Kristus…sebagaimana Kristus tunduk kepada kehendak Bapa sebagaimana telah diucapkannya kepada para muridnya sendiri: sebab Apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.

Siapa  yang kedagingannya sanggup berdiam dalam damai sejahtera sementara maut sedang mengincar dalam kepresesian yang dikerjakan oleh para serdadu Romawi? Tentu tidak ada. Tetapi Kristus secara sempurna telah mengantisipasi momen tersebut dengan memberikan peringatan agar mereka masuk kedalam kesiagaan dalam doa agar kedagingan mereka dalam kendali penundukan terhadap sabda sang guru sendiri, perhatikan ini:

Lukas 22:45 Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita.

Lukas 22:46 Kata-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."
Tetapi siapakah manusia yang berada dalam pelukan dosa dapat melihat dan memahami apa yang sedang diperkatakan oleh sang Kristus? Siapakah…..?

Kemanusian Kristus yang sejati dan satu-satunya yang bukan saja murni tetapi berada dalam persatuan sempurna dengan Bapa telah membuat dirinya satu-satunya manusia yang sanggup merasakan secara sempurna kelemahan setiap manusia tetapi sekaligus membuatnya satu-satunya yang tak mungkin jatuh ke dalam pencobaan, perhatikan bahwa ia merasakan kegoncangan yang dialami para muridnya tetapi ia sendiri tak tergoncangkan:
Lukas 22:41 Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

Sebagai manusia, Sang Kristus secara sempurna sanggup merasakan kelemahan-kelemahan manusia namun apa yang tak dimiliki oleh manusia siapapun dia adalah; ia memiliki persekutuan kekal, sempurna tak bercela dengan Bapa sehingga ucapannya selalu menggambarkan persekutuan yang kekuatannya mustahil dipatahkan oleh kuasa maut yang begitu dekat siap untuk mencabik kemanusiaannya; kuasa maut tak mampu mendekati persekutuan divinitas ini: jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ky, tetapi bukanlah kehendak-Ku. Bahkan Iblis bukan sama sekali problem, iblis tak sanggup menggoda kehendak diri Kristus untuk berpaling daripada persekutuannya dengan kehendak Bapa…sebuah interaksi dan komunikasi Anak dan Bapa dimana Kristus memunggungi iblis. Ya…Kristus memunggungi Iblis, tubuh kemanusiaan Kristus pada momen tersebut memang adalah tubuh yang rapuh untuk menanggung kehendak kudus Bapa yang sedang bekerja sebab kemanusiaan Kristus yang sejati itu memerlukan topangan agar tubuh itu bertahan hingga sempurna kehendak Bapa dalam Kristus pada salib itu:
Lukas 22:43Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.

Lukas 22:44 Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.

Ketakutan yang menghebat seharusnya mematikan kekuatan psikologis seorang manusia untuk tetap sekedar percaya…jika itu manusia lain; ketakutan yang menghebat seharusnya mematikan kemampuan organ-organ biologis manusia untuk beritme secara sehat sehingga tetap sehat…jika itu manusia lain dalam pelukan maut. Namun Kristus: ketakutan yang kian menghebat itu menghasilkan tindakan berdoa yang bersungguh-sungguh…bukan agar Bapa mengubah rencananya tetapi sebagai sebuah persiapan tubuhnya untuk dipersembahkan sebagai kurban penebus dosa manusia sehingga siapa yang percaya menerima penebusan didalam dan melalui Kristus saja. Siapapun tak akan dapat mengukur secara presesi apa yang terjadi pada diri Kristus dalam jam-jam doa yang sanggup bukan saja memunggungi Iblis tetapi jam-jam doa yang membangun satu tapak jalan yang tak mungkin digagalkan agar apa yang tertulis tentang Kristus pada Kitab Suci pasti digenapi. Itulah sebetulnya persekutuan Anak dan Bapa yang tampil dalam potret yang amat kelam dalam sorot semua mata manusia.

Usainya jam-jam doanya yang mencekam tersebut memang bukan saja merupakan pra kondisi keterpisahan diri-Nya dari para murid-Nya, tetapi merupakan pra kondisi awal Iblis (yang mengira sudah memiliki Kristus untuk diremukannya) gagal untuk menyerongkan tapak kudus perjalanan Kristus, perhatikan momen ini:

Lukas 22:47-49Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?"Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?"

Ini adalah fase provokasi yang bersifat sangat personal pada situasi tubuh dan psikologis yang sangat melelahkan. Marah, pemberontakan jiwa akan sangat mudah meledak tak kecuali bagi manusia Kristus…apalagi buat seorang yang sanggup membangkitkan orang yang mayatnya sudah bau busuk dan berkuasa menenangkan badai hebat? Tetapi persekutuan sempurna antara Anak dan Bapa yang tak pernah berhenti sejenakpun sejak semula dan apalagi jelang ia menggenapi apa yang tertulis dalam Kitab Suci, telah membuat manusia Yesus dapat menerima ciuman Yudas tanpa provokasi, dan bahkan mengendalikan situasi yang sempat berubah menjadi konflik bersenjata pedang yang dilecutkan oleh murid-muridnya sendiri yang secara diam-diam telah menyiapkan pedang untuk jam di hari tersebut.

Damai sejahtera pada diri Kristus dalam momen tersebut merupakan bukti yang seutuhnya tampil dalam tampilan lembut sebab bersifat softpower bukan hardpower sebab ia dalam persekutuannya dengan Bapa memang sedang melakukan pekerjaan Bapa yaitu menggenapi sabda Allah yang secara total dan substansial harus berlangsung didalam dan melalui tubuh Sang Kristus tersebut.

Sehingga Kristus masuk kedalam momen-momen kesengsaraan hingga kematiannya pada Kayu Salib itu, bukan semata dalam ketaatan tetapi dalam: damai sejahtera yang berlangsung dalam persekutuan kehendak Bapa dan kehendak Anak agar apa yang tertulis dalam Kitab Suci digenapi. Itu sebabnya ini adalah tipe keteladanan yang hanya dapat terjadi pada Yesus saja sebab kental terkait dengan penggenapan Kitab Suci! Damai sejahtera Kristus sangat erat dengan perendahan diri dari seorang yang bukan saja manusia tetapi juga Allah yang penuh kuasa untuk memerintahkan para malaikat sorgawi untuk melakukan apapun juga, namun kehenak Anak adalah kehendak Bapa dalam kesatuan yang tak mungkin dipisahkan dalam cara bagaimanapun. Kristus menunjukan juga pada momen-momen mencekam dan super gelap itu bahwa ia bukanlah seorang tanpa kemahakuasaan sebagaimana Allah..bahwa Ia penuh kuasa sebagaimana saat Ia bersama-sama dengan Bapa, perhatikan peringatan keras Kristus ini:
Matius 26:53Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?

Seharusnya setiap murid disini dapat melihat sebuah berita yang begitu mendamaikan jiwa, bahwa Sang Guru adalah Allah yang mahakuasa sebab Sang Mesias berada dalam persekutuan kekal dengan Bapa. Pernyataan Yesus yang berbunyi “Kausangka” menunjukan sebuah peristiwa semakin terjauhnya kepercayaan dan pengharapan para murid terhadap Kristus, namun Kristus tetap menyatakannya sebab ia ingin mereka mengetahui bahwa peristiwa ini terjadi dalam dirinya yang diliputi damai sejahtera secara berlimpah dan persatuan Bapa dan Anak yang sedang memunggungi Iblis yang menyangka bahwa Yesus benar-benar  bisa dikalahkannya. Apakah pondasi damai sejahtera Kristus sehingga Ia dalam posisi demikian sedang memunggungi Kristus dan hanya berada dalam persekutuan dengan Bapa, adalah ini:

Matius 26:54 Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"

Memang mustahil bagi siapapun untuk memahami pemikiran dan kehendak Kristus sebab tentang bagaimana Kitab Suci itu harus digenapi telah menjadi sebuah problem raksasa bagi manusia, walaupun Kristus pada saat itu telah hadir dalam bukan saja kedatangan Anak Manusia tetapi kedatangan Kerajaan Allah yang menggenapi agendanya dalam dan melaui Kristus sebagaimana Kitab Suci. Coba kita melihat ini sebentara:

Matius 12:22-24Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan."

Matius 12:39-40Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.

Yohanes 12:34 Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"

Kristus dikenal dan didambakan sekaligus tak dikenal dan dibuang seperti sampah tak bernilai sama sekali manakala Ia membicarakan”bisnisnya” semata adalah mengerjakan kehendak Bapa yaitu mati dikayu salib sebagai penggenapan maksud Bapa untuk menebus manusia dari perbudakan dosa melalui dan didalam Yesus Kristus saja. Sementara ada yang menganggapnya Penghulu Setan, Yesus memang hanya memberikan sedikit indikator saja: sebab seperti Yunus tinggal dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal dalam Rahim bumi tiga hari tiga malam.

Damai sejahtera Kristus memang tak mungkin kita dekati, sebab perkataan dan perbuatannya secara total siapakah yang sanggup memahami. Sementara manusia menudingnya Penghulu Setan, semua manusia berada dalam dakwaan iblis…sementara Kristus senantiasa memunggungi Iblis yang artinya bukan saja tak berada dalam dakwaan iblis,tak terjamah sama sekali oleh iblis atau tak berada dalam jangkauan kuasanya sekalipun dalam rupa manusia, namun manusia menudingnya seorang yang belum layak dan bahkan bukan mesias..atau di zaman moderen ini ada teolog dan pendeta menudingnya bahkam belum dilantik menjadi mesias.

Dalam posisi demikianlah ia memasuki kematiannya, menuntaskan pekerjaan Allah dalam dunia maut, dan bangkit dari antara orang mati dalam ketentuan yang telah ditetapkannya tanpa dapat dibengkokkan oleh Iblis.

Dalam posisi demikianlah ia mengucapkan pesan megah atau grand message: Damai Sejahtera bagi kamu!

SEGALA KEMULIAAN HANYA BAGI ALLAH

No comments:

Post a Comment