Pages

08 March 2020

Kemahamuliaan Sang Firman dalam Rupa Manusia


Tidak Ada Seorangpun yang Tahu Siapakah Anak Selain Bapa
Oleh: Blogger Martin Simamora


A.Sang Kristus Dalam Kemahamuliaan-Nya: Melihat & Menyatakan Bapa
Sementara Sang Kristus adalah Sang Firman yang turun kedalam dunia dalam sebuah cara yang membuatnya tak memancarkan kemuliaan sebagaimana hakekat-Nya sebab kedatangannya dalam rupa seorang anak manusia, tetapi Yesus tetaplah Dia yang mahamulia. Kemahamuliaan yang tak dapat dilihat, diraba dan dipaham manusia bahkan sekalipun jika manusia itu adalah makhluk roh sebagaimana halnya dengan para malaikat, tak akan mampu. Mengapa demikian? Sebab sekalipun makhluk-makhluk ciptaan itu dalam kemakhlukan yang roh seutuhnya namun ia tetaplah ciptaan dan begitu terpisah dan begitu terjauhkan dalam  kehakekatannya terhadap Allah. Pada Kristus aspek ini adalah hal yang paling substansial jika siapapun ingin mengenali kemuliaan Sang Kristus itu setinggi apakah, dan apakah sehakekatkah dengan Allah Bapa? Jika  hanya Allah saja yang tahu kesejatian Allah maka  oleh karena Yesus adalah Allah Sang Firman yang mengambil bagi dirinya rupa hamba manusia dalam caranya masuk kedalam dunia untuk menggenapi misi Allah sebagaimana dikatakan Kitab Suci, maka sementara Ia dapat dikenali oleh manusia dalam kemanusiaannya, namun dalam keilahiannya tidak mungkin dikenali oleh manusia. Bahkan malaikat dan segenap makhluk sorgawi tidak akan memiliki pengenalan yang sedemikian mulianya terhadap Sang Anak Manusia  tersebut.  Itulah sebabnya ketika kemahamuliaan semacam ini yang ditampilkan Sang Mesias sendiri, siapapun sedang berhadapan dengan Allah yang tak mungkin didekati walau sekaligus ia dapat dikenali dalam kemanusiaannya. Perhatikan ini:

Lukas 10:22 tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak

Sang Kristus sedang menunjukan kemahamuliaannya yang membuat setiap manusia yang sedekat apapun dengan-Nya harus penuh kerendahan hati untuk menyatakan bahwa pengenalan sekaya apapun yang dimilikinya akan senantiasa berada dibawah  pengenalan penuh kemahamuliaan yang hanya dimiliki Bapa dan Anak: tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Bapa selain Anak; tidak ada seorangpun yang tahun siapakah Anak selain Bapa. Kristus yang diutus agar dikenali manusia, karena itu, oleh injil Yohanes pun dikatakan sebagai satu-satunya yang berada dalam kesehakekatan untuk dapat berkata yang akan menunjukan kemahamuliaan yang bersemayam hanya dalam Allah saja, perhatikan apa yang dinyatakan rasul Yohanes dalam injilnya ini:

Yohanes 1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya


Kesehakekatan Anak dan Bapa sekalipun Anak berada dalam dunia pada saat itu telah dinyatakan dalam kemahamuliaan yang yang tak terputus dan terpisah, yang diungkapkan dalam sebuah relasi yang penuh kasih satu sama lain: “yang ada di pangkuan Bapa,” sebuah ungkapan yang dipilih untuk menyatakan ketakberpisahan yang tak mengalami gradasi dan tak mengalami pada satu tempo sebuah kesenyapan relasi. Itu sebabnya kesehakekatan ini tidak diungkapkan dalam substansi kehidupan yang pasif atau menunjukan adanya sebuah momentu menunggu sebuah momentum dalam Yesus bertumbuh sejak bayi hingga dewasa pada saat ia mengalami semacam kesadaran atau kebangkitan atau pencerahan bahwa ternyata “aku ini Anak Allah loh ternyata.” Tidak demikian. Kesehakekatan disini telah dinyatakan sebagai sebuah kehidupan kekal yang  berlangsung dalam sebuah pemerintahan kekal di bumi sebagaimana di sorga sehingga karenanya kesehakekatan antara Anak dan Bapa ditunjukan dengan sebuah cara yang taka da satu makhlukpun di sorga yang dapat menyatakan Bapa..apalagi makhluk di bumi. Perhatikan ini: tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang menyatakan-Nya, jadi bukan sekedar Anak dapat melihat Bapa, namun Anak berkuasa menyatakan Bapa.


B. Sang Anak adalah Tetap Sama Baik Dahulu, Sekarang &Selama-Lamanya: Firman yang Bersabda Kepada Manusia Berdosa, Hanya Saja Sekarang Ia Telah Turut Masuk Kedalam Ketakberdayaan Manusia untuk Memberikan Kelepasan
Kesehakekatan sang Mesias dengan Bapa sangat msutahil untuk dilihat sebagai bergradasi walau memiliki kemuliaan yang mirip atau mendekati Bapa, ini tidak mungkin sebab jantung kemahamuliaan Anak adalah kesatuannya dengan Bapa yang bersifat tatanan dalam firman yang memerintah untuk mengerjakan apapun yang menjadi kehendak Ia yang bersabda. Kristus adalah satu-satunya manusia yang bukan saja dapat melihat Bapa tetapi juga dapat mendengarkan Bapa bersabda atau Bapa yang tak pernah berhenti memerintah segenap ciptaan-Nya. Perhatikan ini: Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat (Yohanes 5:37), ini bukan sekedar relasi yang teramat eksklusif sebab “rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat” merupakan deskripsi divinitas sejati yang seperti apakah dimiliki Kristus dalam kemuliaan dan dalam kesehakekatannya. Ungkapan “rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat” sementara Allah Bapa adalah Roh begitu jelas berupaya menunjukan bahwa antara Sang Mesias dan Allah Bapa bukan saja memiliki kedekatan khusus namun kesehakekatan yang tak mungkin dapat kita ukur dan pahami dalam penuh kemuliaan. Pun telinga siapakah yang sanggup mendengarkan-Nya dan pada saat yang sama melihat rupa-Nya? Keakraban jenis apakah ini yang sedang ditunjukan Kristus? Menjawab ini tidak mungkin dilakukan Kristus oleh karena kemahamuliaan semacam ini adalah kemahamuliaan yang akan menghanguskan kemuliaan manusia yang seperti apapun yang coba ditawarkan kepada-Nya. Itu sebabnya terkait kemahamuliaan Kristus yang semulia dengan Bapa, karena itu jugalah, hanya Bapa yang dapat menyatakannya: Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku (Yohanes 5:37).

Itu sebabnya sementara Sang Firman menjadi manusia namun Ia tetap sama baik dahulu, sekarang dan selama-lamanya. Kesehakekatannya ditampilkan dalam cara yang tak terelakan akan menampilkan keluar kemahamuliaan Kristus dalam selubung tubuh manusianya…satu-satunya tubuh yang sanggup menjadi bejana tanah liat yang menyimpan kemahamuliaan yang tak mungkin dicemarkan oleh kelemahan tubuh manusia Kristus yang memerintah bersama dengan kemahamuliaan Sang Kristus untuk dengan tubuh manusia tersebut melayani firman yang sudah disabdakan untuk terjadi. Itu sebabnya ini adalah hal yang ditampilkan Sang Kristus untuk kepentingan manusia agar manusia dapat mengenalinya dan inilah cara Bapa bersaksi kepada dunia bahwa Anak adalah sehakekat dengan Bapa, coba perhatikan ini:

yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. (Yohanes 5:36)

Disini juga kita melihat bahwa “Bapa mengutus Aku” sedang membicarakan bahwa sebagaimana Bapa mahamulia maka demikian juga kemahamuliaan Bapa ada dan dimiliki Anak. Hal ini menjadi satu patron kemahamuliaan yang didesain untuk bekerja dalam kemanusiaan Kristus…sekaligus menunjukan bahwa kemanusiaan Kristus didesain Bapa untuk berkuasa menyaksikan siapakah Anak dan menyaksikan bahwa Anak memang diutus Bapa: segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku.

Kemanusiaan Kristus tidak membuat Yesus menjadi memiliki limitasi atau mengalami penurunan derajat kemuliaan-Nya, tidak. Sebaliknya tubuh Yesus dirancang untuk sanggup atau berkemampuan untuk menyatakan Bapa yang tak dapat dilihat dan didengar, juga untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menggenapi firman. Ini secara substansial memisahkan Yesus dari semua manusia berdosa sementara ia adalah benar-benar manusia yang memiliki pikiran dan kehendak yang sangat khas sebagaimana lazimnya manusia. Posisi Kristus yang sedemikian inilah yang membuat firman Allah bekerja dalam dan melalui tubuh manusia yang sama alaminya dengan semua manusia berdosa. Yesus karenanya dapat bersabda pada posisi kedalam jiwa manusia yang terjebak dalam penjara dosa yang begitu gelap dan membutakan, sebagaimana tepat dirasakan, dipahami dan dapat dikenali oleh tubuh Yesus seperti ini:

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Ini bukan sekedar bahwa Yesus “maha tahu” apa yang terjadi pada diri setiap manusia, tetapi oleh tubuh alami yang dimiliki-Nya Ia dapat bersabda kepada jiwa yang terpenjara melalui tubuh yang dapat merasakan dan mengalaminya namun tidak dapat ditundukan oleh dosa dengan penjaranya yang sanggup memperbudak jiwa. Itu juga sebabnya bagaimana manusia itu membutuhkan Hidup dan bagaimana ketakberdayaan manusia, Yesus memahaminya!

Yesus bukan saja memahami, tetapi bekerja untuk membebaskan perbudakan melalui ketakberdayaan tubuh terhadap dosa dan kematian. Tubuh Kristus turut mengalami ketakberdayaan terhadap kematian tubuh sebagai akibat dosa, namun bukan pada jiwanya. Ia tahu sekali akan hal ini, itu juga sebabnya Sabdanya terhadap kematian menunjukan betapa ia sendiri telah masuk kedalam kematian tersebut namun bukan untuk menjadi tawanan tetapi untuk membebaskan para tawanan bagi diri-Nya sebagai milik kepunyaan-Nya. Perhatikan ini:

Yohanes 5:24Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Ia mengenal maut namun Ia hidup dan memiliki hidup, ini adalah sebuah substansi yang harus dijunjung sebab Kristus menegaskan bahwa ia mempunyai hidup yang kekal…tidak atau bukan dikatakan bahwa ia memiliki pengetahuan hidup yang kekal. Bukan. Ia tak sedang memberikan petunjuk bagaimana hidup kekal bisa dimiliki untuk anda kerjakan, bukan tetapi Yesus berkata bahwa ia mempunyai hidup kekal untuk diberikan berdasarkan SABDA atau FIRMAN yang disabdakan-Nya!

Dalam kemanusiannya, Kristus memiliki kesempatan untuk taat kepada Bapa hingga mati dan mati pada kayu salib. Sementara memang benar bahwa ketaatan yang seperti ini menunjukan kehambaan Kristus terhadap Bapa dalam penuh taat yang diperjuangkannya sampai mengabaikan dirinya sendiri, namun harus kita perhatikan bahwa dalam ia melakukan demikian telah merupakan tujuannya atau misinya untuk masuk kedalam kematian yang telah ditetapkan Allah..sebab dengan demikianlah Ia dalam kematian itu bersabda untuk memberikan hidup; Ia menggenapi firmannya:”bahwa Ia memberikan hidup” dalam cara menaklukan kematian secara berdaulat penuh: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

SOLI DEO GLORIA

No comments:

Post a Comment