Pages

29 March 2020

Kristus Bagi Dunia Yang Rapuh & Gelap


Raja Salomo: Allah Bertakhta Diatas Awan Gelap 
Tebal
Oleh: Blogger Martin Simamora

A.Terang Dunia


Sang Kristus berulang kali membawakan kepada dunia sebuah penerang  yang tak mudah untuk dipahami walau bukan kata asing, yaitu terang. Terang bukanlah konsepsi belaka dan bukan juga sebuah abstraksi sebab begitu kata itu disebutkan maka siapapun akan mengaitkannya dengan pengalaman indrawinya, sekaligus akan mengaitkannya dengan matahari, bulan, bintang-bintang, lampu, senter,lilin dan dan seterusnya. Bahkan pada tatar kemajuan peradaban dunia pun memiliki terangnya sendiri yaitu ilmu pengetahuan yang melahirkan begitu banyak penemuan dan inovasi yang memberikan bukan saja moderinisasi tetapi juga bagaimana melalui kemajuan ilmu pengetahuan, manusia sanggup mempertahankan eksistensinya dari wabah-wabah maut. Akan tetapi Sang Kristus membawa sebuah introduksi terang yang begitu asing untuk benar-benar menjadi kebutuhan bagi setiap manusia. Mari kita memperhatikan sejumlah catatan injil terkait perkataan Yesus mengenai terang:
Matius 4:16  bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang

Matius 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang

Yohanes 1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Yohanes 12:35-37 Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang." Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.            
Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya,

Lukas 11:33 "Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya.

Diatas ini kita melihat terang tidak hanya dikontraskan dengan gelap namun telah ditunjukan bahwa terang yang dibicarakan bukanlah semacam benda penerang ciptaan yang dikaryakan oleh manusia dalam cara seperti apapun atau bukan hal yang dapat dikenali secara indrawi, sebab bahkan manusia telah digambarkan Kristus sebagai dalam posisi dipeluk oleh maut sehingga secara alami memang hanya memiliki satu kondisi absolut yaitu: berjalan dalam kegelapan. Sementara tak mudah untuk membicarakan terang yang Kristus maksudkan oleh sebab manusia memiliki begitu banyak konsepsi terang dengan ragam pendekatannya, tetapi untuk berbicara maut dan gelap manusia bisa sepakat seiya sekata mengakui bahwa manusia memang dipeluk oleh maut khususnya pada momen-momen dimana maut via ragam instrumen pembunuhnya menyatakan dirinya dalam sebuah vulgarisme yang mengerikan jiwa sebab dalam kurun waktu tertentu bahkan peradaban harus takluk membiarkan jutaan tubuh manusia dikonsumsi oleh  instrumen maut hingga eksistensi kehidupannya dimuka bumi ini diakhiri secara paksa diluar persetujuan setiap manusia. Mari lihat sejumlah informasi atau data dibawah ini sebagai perspektif:


Name
TIME PERIOD
TYPE/PRE HUMAN HOST
DEATH TOLL

Antonine Plague
165-180
Believed to be either smallpox or measles
5M

Japanese smallpox epidemic
735-737
Variola major virus
1M

Plague of Justinian
541-542
Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas
30-50M

Black Death
1347-1351
Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas
200M

New World Smallpox Outbreak
1520 – onwards
Variola major virus
56M

Great Plague of London
1665
Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas
100,000

Italian plague
1629-1631
Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas
1M


Cholera Pandemics 1-6
1817-1923
V. cholerae bacteria
1M+

Third Plague  1885
1885
Yersinia pestis bacteria / Rats, fleas
12M (China and India)

Yellow Fever
Late 1800s
Virus / Mosquitoes
100,000-150,000 (U.S.)

Russian Flu
1889-1890
Believed to be H2N2 (avian origin)
1M


Spanish Flu
1918-1919
H1N1 virus / Pigs
40-50M


Asian Flu
1957-1958
H2N2 virus
1.1M

Hong Kong Flu
1968-1970
H3N2 virus
1M


HIV/AIDS
1981-present           
Virus / Chimpanzees
25-35M

Swine Flu
2009-2010
H1N1 virus / Pigs
200,000

SARS
2002-2003
Coronavirus / Bats, Civets
770

Ebola
2014-2016
Ebolavirus / Wild animals
11,000

MERS
2015-Present
Coronavirus / Bats, camels
850

COVID-19
2019-Present
Coronavirus – Unknown (possibly pangolins)
27,000
(Johns Hopkins University estimate as of 3:00pm PT, Mar 27, 2020)

Sumber:cdc,who,bbc,encyclopedia britannica,johns hopkins university di https://www.visualcapitalist.com/history-of-pandemics-deadliest/
 
Pandemi- pandemi maut ini dikatakan maut sebab memiliki daya bunuh yang sanggup menyapu populasi manusia dalam jumlah signifikan serta dalam kecepatan yang luar biasa. Itu sebabnya  sejumlah pandemik menjadi pembunuh legendaris sehingga seperti saat ini dimana wabah Covid-19 menyelimuti dunia, kembali nama-nama mereka muncul sebagai sebuah cermin sejarah yang akan memberikan gambaran apa yang akan terjadi bila vaksin dan protokol penanggulangannya tidak ditemukan atau tidak berlangsung sukses.

Wabah Bubonic atau berjuluk Kematian Hitam membunuh 30-50 persen populasi Eropa dan memakan waktu sekitar 200 tahun untuk pulih. Wabah yang berlangsung dari tahun 1347-1351 ini dibawa oleh hewan tikus dengan vektor penyebarnya adalah kutu yang telah terinfeksi. Di era lebih modern yaitu kurun 1918-1919, wabah Flu Spanyol telah membunuh 50 juta manusia dalam kurun waktu tersebut, dan sekarang wabah yang masih berlangsung dan serangkaian vaksin masih dalam proses ujicoba pada manusia untuk meredam Covid-19 hingga per 27 Maret 2020 telah menewaskan 27.000 orang (estimasi Johns Hopkins University). Ketakutan manusia muncul bukan sekedar karena kematian itu sendiri, tetapi bagaimana kematian itu sedemikian rupa menampilkan dirinya sebagai sosok yang begitu aktif, agresif, tak mungkin dikendalikan dan tak juga dapat dijinakan. Kematian secara alami mungkin tak akan membawa manusia untuk mengalami rasa takut akan kematian secara serius, tetapi ketika kematian ditampilkan dalam oknum wabah yang memiliki daya bunuh yang cepat dan masif, maka kematian telah berubah menjadi sebuah mesin pembunuh yang kapan saja dapat merampas kehidupan seseorang dan generasi sebuah bangsa. Bagi manusia era 4.0 akan sangat sulit bagaimana mungkin kematian dalam 1hari di sebuah negara dapat terjadi dalam bilangan 800-900an sebagaimana Spanyol dan Italia?

Dunia bisa dikatakan masuk dalam era kegelapan yang sangat pekat karena kemajuan-kemajuan dunia medis dan kedokteran tidak dapat segera untuk sekedar menahan laju kematian di negara-negara tertentu tersebut. Dunia memang tidak setiap saat melihat wujud kuasa kematian yang sedemikian hebat seperti ini. Bagi saya pun, ini adalah pengalaman pertama melihat bagaimana kemajuan peradaban manusia bahkan begitu miskin ketika kuasa kematian menunjukan kemampuannya membunuh tubuh daging manusia dalam jumlah begitu masif per hari di seluruh dunia oleh virus Corona hanya melalui kontak tubuh pada benda mati dan via interaksi antarmanusia. Bisakah anda membayangkan India dengan 1,3 milyar penduduknya harus melakukan Lockdown paksa agar setiap warganya mengkarantina dirinya sendiri di rumah dan jika keluar maka aparat keamanan akan melakukan tindakan tegas atas pelanggaran yang dilakukan. Lockdown menjadi upaya yang paling diandalkan sementara vaksin belum bisa dikatakan telah ditemukan  sementara masih dalam fase ujicoba keamanan dan kesuksesan bagi manusia. Tetapi itupun tak mampu menahan oknum maut dalam rupa wabah semacam ini untuk tidak menimbulkan outbreak covid-19.

Terang dunia sebagaimana yang dikemukakan Yesus, adalah sukar untuk diaplikasikan dalam dunia kognitif manusia, sama sukarnya bagi manusia untuk menerima realita eksistensi maut sekalipun dalam era-era tertentu dalam sejarah manusia yang telah dan akan menjadi seperti saat ini…manusia sedang dikonsumi secara renyah dan begitu rakusnya maut itu menyantap tubuh-tubuh manusia agar lepas dari kehidupan muka bumi ini. Kegelapan dunia kadang menampilkan rupanya yang paling keras dan  dapat dilihat berjalan membawa berita maut dari satu negeri ke negeri lain. Kristus memang memaksudkan kegelapan dunia dengan kuasa maut yang tidak hanya berbicara kematian tubuh tetapi perbudakan jiwa manusia oleh maut tersebut. Yesus menyatakan dirinya bukan sebuah kuasa diantara kuasa tetapi kuasa diatas segala kuasa, tak dapat disentuh oleh kuasa maut: Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Dalam Alkitab pada bagian perjanjian lama bahkan dunia berada dalam kegelapan bila Allah tidak menyertai  memang digambarkan dalam kuasa maut dalam rupa kekelaman termasuk diantaranya wabah-wabah maut, coba perhatikan berikut ini:
I Raja-Raja 8:37-43 Apabila di negeri ini ada kelaparan, apabila ada penyakit sampar, hama dan penyakit gandum, belalang, atau belalang pelahap, apabila musuh menyesakkan mereka di salah satu kota mereka, apabila ada tulah atau penyakit apapun, lalu seseorang atau segenap umat-Mu Israel ini memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan tangannya--karena mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri-- maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya, karena engkau mengenal hatinya--sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia, -- supaya mereka takut akan Engkau selama mereka hidup di atas tanah yang telah Kauberikan kepada nenek moyang kami. Juga apabila seorang asing, yang tidak termasuk umat-Mu Israel, datang dari negeri jauh oleh karena nama-Mu, -- sebab orang akan mendengar tentang nama-Mu yang besar dan tentang tangan-Mu yang kuat dan lengan-Mu yang teracung--dan ia datang berdoa di rumah ini,

Teks diatas ini adalah bagian dari permohonan Raja Salomo dihadapan Tabut Allah dengan pemandangan yang tak mungkin lagi untuk dilihat untuk kapanpun juga: sebab kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungnya dari atas (IRaja-Raja 8:7). Ada 2 hal yang menarik perhatian saya: pertama, mengenai Allah yang bertakhta di dunia sebagaimana di tempat mahatinggi-Nya..perhatikan bagaimana raja Salomo menyatakan Allah bertakhta di dunia ini: "TUHAN telah menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam kekelaman. (I Raja-Raja 8:12), dimana Alkitab versi King James menunjukan “dalam kekelaman” sebagai “thick darkness” atau “kegelapan yang pekat sedemikian rupa sehingga dapat digambarkan sebagai tebal”. JPS Tanakh 1917 juga menyatakannya sebagai “dwell in thick darkness.” Salomo memandang bahwa natur dunia dimana Allah bertakhta adalah demikian adanya, tabut sebagai simbol dan sarana kehadiran Allah dalam dunia yang sangat gelap ini telah dinyatakan secara otentik dengan kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu. Sekaligus menunjukan bahwa Allah memang secara penuh, total dan tanpa parsialitas mengatasi kegelapan total. Ketika kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, ini sedang menunjukan bahwa kegelapan tidak menguasai-Nya atau kuasa kegelapan tak dapat berbuat apapun juga terhadap pemerintahan Allah. Ini adalah situasi yang identik dengan kedatangan Sang Logos dalam rupa manusia yang didalam dirinya sebagai bait dimana Sang Firman berdiam tak terpisahkan antara kemanusiaan Kristus dari kedivinitasan-Nya sementara tidak bercampuraduk sama sekali dalam kehakekatannya begitu berdaulat dihadapan kegelapan: Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya (Yohanes 1:5). Dalam hikmat Salomo dihadapan kehadiran Allah yang sedemikian rupa, hal menarik kedua adalah bagian permohonan ini:”Apabila di negeri ini ada kelaparan, apabila ada penyakit sampar, hama dan penyakit gandum, belalang, atau belalang pelahap, apabila musuh menyesakkan mereka di salah satu kota mereka, apabila ada tulah atau penyakit apapun”, mengapa permohonan yang diucapkan Salomo juga membicarakan peristiwa-peristiwa kelam termasuk wabah penyakit? Satu-satu penjelasan mengapa untuk apapun peristiwa yang terjadi baik menyenangkan atau menyedihkan, Salomo datang kepada Allah..itu karena Allah saja yang bertakhta diatas awan kegelapan pekat tersebut, tak ada yang terjadi diluar pemerintahan-Nya. Jika anda percaya bahwa Allah mengatasi segala sesuatu tanpa pengecualian maka sebetulnya pernyataan Salomo yang ini: Allah bertakhta diatas awan gelap pekat, merupakan wujud yang sangat keras untuk dapat diterima manusia. Salomo bahkan memandang peristiwa kelam itu sebagai produk-produk alami dunia ini yang tak berada diluar pemerintahan Allah, dan Allah menggunakannya sebagai sebuah instrumen untuk sebuah tujuan yang menjangkau bangsa-bangsa diluar Israel itu sendiri: “juga apabila seorang asing, yang tidak termasuk umat-Mu Israel, datang dari negeri jauh oleh karena nama-Mu” (8:41). Salomo,juga, dalam permohonannya menunjukan bahwa peristiwa-peristiwa kelam dapat merupakan sebuah peristiwa langsung terkait kemurkaan Allah yang harus menjadi pertimbangan manusia untuk diperhatikan secara amat serius, perhatikan ini: lalu seseorang atau segenap umat-Mu Israel ini memanjatkan doa dan permohonan di rumah ini dengan menadahkan tangannya--karena mereka masing-masing mengenal apa yang merisaukan hatinya sendiri-- maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya, karena engkau mengenal hatinya--sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia.. (8:38-39).

Raja Salomo menunjukan bahwa kegelapan seperti apapun, bukanlah takdir yang berdaulat, sebab Allah yang hidup bertakhta dan memerintah dengan sebuah tujuan tunggal, yaitu agar manusia mengenal SIAPAKAH ALLAH yang BENAR itu. Dunia beserta kegelapannya hanya dapat memproduksi kekelaman dengan tujuan agar manusia bukan datang untuk mengenal Allah yang memberi hidup; agar manusia tidak datang kepada Allah yang seharusnya lebih digentari dan dipandang penuh hormat daripada wabah penyakit dan kematian itu sendiri.


B.Allah Bertakhta Diatas Awan Gelap Tebal & Telah Menaklukan Maut Untuk Mengakhiri Perbudakan yang Membelenggu Manusia Selama ini
Peradaban manusia tak selamanya menang mengatasi berbagai ancaman di dunia ini. Siapakah yang dapat membayangkan bahwa pembunuh manusia yang masal dan masif adalah makhluk mikro dan tak dapat dilihat dan tak dapat diraba sehingga dapat dijauhi. Tak dapat dijauhi sehingga satu-satunya adalah sembunyi didalam rumah? Jika apa yang kita baca pada Kitab Raja-Raja tersebut adalah spesifik mengenai satu bangsa yaitu Israel, bisakah anda membayangkan bagaimana Allah memperhitungkannya kepada bangsa-bangsa lain..sementara Ia menggunakan bangsa-bangsa lain untuk mendisiplinkan bangsa pilihan-Nya tersebut:” Apabila mereka berdosa kepada-Mu--karena tidak ada manusia yang tidak berdosa--dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat” (1Raja-Raja 8:46).

Injil Yohanes dibuka dengan informasi peradaban manusia yang mengerikan yang sebetulnya juga dikemukakan oleh Raja Salomo: Apabila mereka berdosa kepada-Mu--karena tidak ada manusia yang tidak berdosa (1Raja-Raja 8:46), begini Injil Yohanes menyatakannya: Terang itu bercahaya di dalam kegelapan (Yohanes 1:5) bahwa pada dasarnya semua manusia tidak hanya menghadapi kematian tubuh yang bisa diproduksi oleh pemerintahan maut dunia ini, tetapi juga tak satupun manusia memiliki kehidupan dari Allah yang tak dapat dibunuh oleh kematian tubuh yang didatangkan oleh maut. Inilah kegelapan manusia yang lebih berbahaya daripada kegelapan yang didatangkan pandemi itu sendiri.

Bagaimana Allah yang bertakhta diatas awan gelap itu menebus manusia dari perbudakan itu, perhatikan apa yang telah dilakukan Anak Manusia pada Salib itu:
Yohanes 12:23-24,31-33 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah… Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Allah tak sekedar bertakhta diatas awan gelap pekat tetapi Ia memerintah atas kegelapan itu sendiri, sehingga tak ada satupun terjadi diluar kontrol divinitas-Nya. Manusia tidak dalam kapasitas dan kapabilitas untuk dapat mengendalikan kekuatan maut yang hanya dalam rupa virus belaka. Mengapa tidak mungkin? Karena manusia pada hakekatnya berada dalam perbudakan maut tanpa sebuah terang yang dapat menyelamatkannya. Kristus masuk kedalam realitas maut manusia: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, namun untuk melahirkan hidup manusia yang menaklukan maut: tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Allah berdaulat atas setiap peristiwa di dunia ini mulai dari penyakit hingga kelahiran pengobatannya..walau sekedar agar manusia dapat mencapai usia optimal hidupnya. Tentu saja tak ada satupun kemampuan manusia baik raga dan spiritual akan mampu berhadapan dengan maut dalam kematiannya sehingga ia akan dapat berlari menuju kehidupan Allah; tidak juga dalam pengadilan-Nya nanti, manusia tanpa terang Kristus, dapat mematahkan perbudakan dirinya oleh maut dihadapan Allah, selain Kristus Sang Penebus yang telah menebusnya dari maut sebagai milik kepunyaan-Nya.

SOLI DEO GLORIA


No comments:

Post a Comment