Pages

09 November 2019

Tetapi Yang Mahatinggi Tidak Diam


Dalam Dunia yang Berbuat Apapun  Kesukaannya & Menurut Kebenaran-Kebenarannya

Oleh: Martin Simamora
 
Kredit: Spiegel online- Perang Dunia Kedua
A. IA Tidak Diam
Kerap merupakan kejanggalan dan kegilaan bagi manusia untuk memandang realita dunia yang harus dihadapi Allah. Apakah IA tahu, peduli dan lebih jauh lagi…apakah IA benar-benar berdaulat dan berkuasa penuh atas kejadian atau peristiwa dan sejarah yang belum,sedang, akan terjadi…sehingga dapat dikatakan setiap peristiwa sejarah berada dalam kedaulatannya? Sementara itu, saya dan anda serta kita semua memiliki perspektif yang begitu miskin akan kehidupan Allah itu sendiri….sebab kita lebih kaya dalam keberlimpahan akan pengalaman-pengalaman hidup di dunia ini, membentuk jiwa dan pikiran ini sehingga sangat memahami kuasa-kuasa manusia dan pengaruh-pengaruhnya atas kehidupan ini. Apakah ia tirani, demokrat, sosialis, seorang baron? Kita masing-masing begitu fasih dalam memahami kekuatan kuasa-kuasa dunia ini sehingga menjadi kealamian bagi masing-masing kita untuk memiliki indrawi yang sangat kuat untuk mengakui kuasa-kuasa mereka, itulah sebabnya perilaku sosial kita dalam keseharian memancarkannya.

Dalam era Yesus, konflik dan bentrokannya sangat vulgar hingga mengucurkan darah kematian berwadahkan pemberontakan terhadap kasih Allah yang begitu besar. Yesus Kristus adalah lebih besar dari kuasa-kuasa apapun di dunia ini oleh sebab pertama-tama Yesus tidak datang untuk mengatasi semata kuasa-kuasa yang terlihat oleh mata, namun juga kuasa-kuasa yang tak terlihat dunia ini…mulai dari yang minor hingga yang mayor. Saya ingin mengajak anda untuk melihat beberapa eksemplar luar biasa bagaimana bentrokan-bentrokan berikut ini sungguh-sungguh mencengangkan setiap manusia yang melihat dan mengalaminya secara langsung:

Matius 8:28-29  Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu.        
Dan mereka itupun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"


Matius 12:45 Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini."

Lukas 8:29-31 Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu. Karena sering roh itu menyeret-nyeret dia, maka untuk menjaganya, ia dirantai dan dibelenggu, tetapi ia memutuskan segala pengikat itu dan ia dihalau oleh setan itu ke tempat-tempat yang sunyi. Dan Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena ia kerasukan banyak setan. Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut.

1Korintus 10:20 Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.

Manusia begitu akrab dengan segala rupa kuasa-kuasa semacam ini, sebab dunia ini adalah huniannya. Tidak sekedar menghuni tetapi juga bekerja diantara manusia untuk satu tujuan saja yaitu menuju tujuan akhirnya yang sayangnya tidak berada di dalam tangannya tetapi sang Anak Manusia: Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"

Memang harus diakui, oleh sebab dunia begitu karib dengan dunia beserta segala kuasanya, begitu hampa dengan pengenalan akan Allah yang hidup dan benar sehingga siapapun di dunia ini secara alami pasti akan memiliki keyakinan bahwa sebetulnya dunia ini memang memiliki kuasa kerajaan-kerajaannya sendiri yang Allah sendiri tidak bisa begitu saja mengintervensi dan apalagi mengoperasikan kedaulatannya. Tidak terlihat sama sekali, sebaliknya yang dapat dilihat adalah nyaris dunia dan segala kuasanya dapat mengoperasikan apapun yang disukainya untuk dilakukan apakah itu menumpahkan darah ataupun tidak. Yesus Sang Mesias menunjukan poin krusial ini, bahwa memang hal yang karib bagi manusia... tetapi faktanya tidak menunjukan bahwa dunia mampu melakukannya oleh sebab dunia lebih berkuasa untuk menahan atau membatasi kuasa kedaulatan Allah. Mari kita perhatikan percakapan yang mencengangkan ini:

Yohanes 19:7- Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, Lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.    Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.
Kuasa-kuasa..segala kuasa di dunia ini walau memiliki keinginan untuk melakukan apapun yang dimauinya, tidak berkuasa menahan kuasa Allah. Bentrokan super dahsyat dipertontonkan oleh Yesus seperti ini:

Pilatus: Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"

Sang Kristus: Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas
Dan Pilatus bahkan dalam kuasa yang digenggamnya, tak berdaya menahan kuasa Allah yang berkehendak  atas Sang Kristus, manusia berdosa dan Sang Pilatus sendiri:

Yohanes 19:12 Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."

Yohanes 19:16 Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan.


B.Dunia Berbuat Sesukanya, Tetapi Kesudahan Apapun Juga Tidak Ditangan Dunia
Penghakiman di dunia ini bisa menjadi begitu biadab dan brutal oleh karena kuasa penghakiman yang memang melekat, pun demikian dengan penghakiman massa di dunia ini entah di jalanan dan atas nama kebenaran-kebenaran di dunia ini sanggup menunjukan jati diri dan karakter sejati manusia, yaitu berada dalam sandera kuasa penghulu kegelapan. Ia tak mengakui dan tunduk pada kebenaran Allah itu sendiri.


Stefanus salah seorang murid Kristus yang hidup dalam kurun waktu jauh setelah kelahiran,kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus menjadi salah satu sejarah hitam bagi dunia yang membusungkan kuasa-kuasanya terhadap Tuhan, menyangka Tuhan bukan siapa-siapa di dunia ini. Mari kita melihat catatan penting mengenai Stefanus:

Kisah Para Rasul 6:8-10 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini--anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.

Kuasa Allah di dunia melalui kesaksian Stefanus secara dramatis memercikan bentrokan yang tak main-main terhadap kuasa-kuasa dunia. Manusia-manusia yang religius namun begitu fasih dan karib dengan kuasa-kuasa dunia ini, segera saja memainkan “jampi-jampi” dunia yang sebetulnya tidak ada dalam arsenal kudus orang-orang yang mengenal Kitab Suci sejak mulai nabi Musa…namun itulah yang diandalkan mereka:

Kisah Para Rasul 6:13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat,

Situasi ini sungguh pelik dan nyaris atau lebih kerap akan berakhir dalam tragedi… tragedi kelam, hitam dengan pesan yang juga kelabu bahwa orang baik dan pengikut Kristus pun tak berdaya dihadapan kuasa-kuasa dunia. Impresi bahwa harus dan mutlak menang telah menjadi persepsi absolut pada kebanyakan manusia yang mengaku Kristen.

Pada kasus Stefanus, Tuhan tidak diam. Saya ingin memberikan penekanan pendahuluan bahwa Tuhan tidak diam tidak berarti senantiasa dengan pengerahan hard power tetapi juga soft power bergantung pada maksud dan kehendak-Nya semata…jadi pertimbangkan perkataan Yesus ini: engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.

Jadi mari sekarang kita melihat pengerahan soft power oleh Allah melalui Stefanus dihadapan kuasa-kuasa dunia yang sedang mengerahkan kekuatannya. Kali ini wujud soft power itu adalah ini:
Kisah Para Rasul 6:15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.

Kini Stefanus duduk dalam dakwaan yang secara pasti tak dapat dielakannya sebab Tuhan sendiri berkehendak secara absolut mendampinginya untuk jalan sertanya dalam melaluinya…dan Ia berkehendak menyingkapkan pendampingan-Nya pada diri Stefanus dengan mencelikan mata semua orang sehingga mampu memandang muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat. Ini tak main-main ketika mereka mampu memandang muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat…sebab ini menunjukan bahwa Stefanus saat itu diliputi oleh kemuliaan sorgawai yang sanggup dikenali dan seharusnya mendatangkan hormat dan kegentaran…malaikat adalah makhluk karib bagi bangsa Yahudi, bandingkan dengan ini:     “Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku” (Ibrani 2:2).

Ini adalah bentrokan kuasa yang sangat intensif dan memperlihatkan bagaimana Allah tidak diam secara absolut dalam situasi-situasi yang secara kasat mata membuat setiap manusia lebih mengimani sebagai Allah jikapun tidak diam namun Ia menghargai kehendak bebas manusia sehingga Ia berlalu meninggalkan situasi-situasi semacam ini untuk berakhir dalam tatanan dunia dengan segala kehendaknya.

Dalam kasus Stefanus kita tidak sedang melihat kasus yang bersifat unik sehingga tidak bersifat umum. Jika demikian kitapun harus membantah fakta yang diungkapkan Yesus pada 2 hal ini:

-engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas

-Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. (Lukas 11:20)

Apa yang dialami Stefanus merupakan salah satu bukti terlihat dan tercatat bahwa memang benar  Kerjaan Allah sudah datang. Yesus pernah berkata bahwa memang gandum-Nya akan bertumbuh dalam bentrok kuasa yang intensif terhadap kuasa iblis dengan segala kehendaknya sehingga faktanya adalah ilalang bertumbuh bersama dengan gandum-Nya.

Ia tidak diam, itu kita lihat hingga kesudahan Stefanus:

Kisah Para Rasul 7:54-55 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.

IA tidak diam sehingga untuk terakhir kalinya Stefanus menghunuskan pedang kemuliaan yang ada didalam dirinya untuk terhadap jiwa-jiwa yang berada dalam sandera kegelapan yang telah mempersekutukan setiap jiwa untuk melawan dan menentang pengenalan yang benar akan Kemuliaan Allah dan Anak Allah yang penuh kuasa dan yang kerajaan-Nya telah hadir di muka bumi ini. Stefanus dalam kedukaan jiwanya bagi para penghakimnya  berkata: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (Kisah Para Rasul 7:56).

Kuasa-kuasa dunia itu sungguh aktual, dan ketika dikatakan manusia berada dalam perbudakannya pun itu adalah otentik. Akal sehat dan kemanusiaan bahkan adalah budak-budak setiap kuasa-kuasa dunia ini. Kemanusiaan setiap manusia sekejab saja menjadi onggokan daging busuk di jalanan yang menyemburkan bau busuk yang menyengat…dan akal sehat setiap manusia sekejab menunjukan keasliannya: budak-budak dunia yang menunggu sebuah akhir yang sangat pahit. Manusia tak berdaya walau berkehendak untuk tidak ataupun iya, sebab bisa seketika menjadi budak-budak maut:

Kisah Para Rasul 7:57-58 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya.

Stefanus tak kalah dan IA tidak diam sebab tidak ada satupun bentuk kuasa, ancaman-ancaman dan marabahaya seperti apapun yang sanggup merampas dan menghancurkan persekutuan seorang percaya yang teguh dan hidup dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Persekutuan yang kekal dan tak dapat dirampas si Iblis bahkan dalam petaka berdarah: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment