Pages

23 November 2019

Otoritas & Kuasa yang Samakah?


Bukan Kuasa yang Terlalu Berani & Bukan Keilahian Hirarkial
Oleh: Martin Simamora

A.Sang Kristus dan Kuasanya
Apa yang semakin menyukar orang untuk memahami siapakah Yesus Kristus adalah lintasan kehidupannya kerap menyertakan penghadiran kuasa demi kuasa yang bekerja tanpa batasan dan sepenuhnya berdasarkan dirinya sendiri.Theisme yang diyakini oleh religiositas Yahudi tidak akan pernah memberikan tempat kepada semacam ketuhanan yang besar kemudian ada ketuhanan yang sedikit lebih rendah sebagaimana  kita suci memberikan referensinya:

Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.- Yesaya 42:8

Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah; kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu- Mazmur 67:3

Kehadiran Kristus dengan penghadiran kuasa-demi kuasa dihadapan publik pada puncaknya menempatkan diri mesias pada sebuah lintasan yang tak seharusnya dimiliki oleh seorang manusia, selain hanya Allah. Bagaimana mungkin Allah memberikan kuasa-kuasa demikian dan bahkan lebih tepat lagi harus dikatakan bahwa sang mesias memperlihatkan kuasanya sebagai properti milik diri sendiri yang bekerja berdasarkan kehendak dan perintahnya. Jika berdasarkan ini, disimpulkan Kristus adalah Allah dalam strata yang lebih rendah dari pada Allah Bapa, maka problem terbesarnya akan begitu berbahaya dan membawa kekristenan sebagai sebuah keyakinan yang menanggalkan kebenaran: Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.

Karena itulah kala sang Kristus masuk pada lintasan dirinya dengan kuasa-kuasa demi kuasa yang hanya Allah saja yang memiliki properti demikian, maka hanya satu yang harus dan mutlak untuk dideklrasikan: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan. (Matius 9:34)" Jelas bahwa orang-orang Farisi sebagai salah satu representatif terhormat dan otoratif untuk menguji dan menentukan siapakah dan bagaimanakah kuasa yang bekerja pada Yesus harus diukurkan, telah melihat tanpa dapat dibantah bahwa kinerja-kinerja kuasa Yesus telah menembus langit yang hanya Allah saja dapat menjangkaunya. 


Kepelikannya adalah, mengakui keilahian Kristus berdasarkan kuasa-kuasa Kristus yang begitu otentik akan segera memberikan legalitas penghujatan pada Allah…hanya Allah yang boleh dimuliakan dan diagungkan dengan segala kuasanya, bukan yang lain selain dan diluar Allah. Kelihatannya ini menjadi salah satu hal yang harus dicegah untuk berkembang dalam pemikiran publik mengenai Yesus Kristus.

Mari kita melihat sejumlah kuasa Kristus yang bekerja dan menunjukan dirinya berada dilintasan dimana hanya Allah saja yang boleh ada:

Pertama: Kuasa mengampuni dosa
Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." (Matius 9:2)

Urusan penghakiman saja sudah menjadi otoritas dan kuasa Allah, namun disini sang Kristus bukan saja menghakimi keberdosaan seorang manusia, namun begitu saja memberikan sebuah pengampunan yang sama sekali mengabaikan ketentuan keimamatan terkait bagaimana sebuah dosa tertentu dapat diampuni…sebab menurut ketentuan hukum Musa, terkait pengampunan dosa inilah salah satu bentuk upacara yang harus dilakukan:

Tetapi segala lemak haruslah dipisahkannya, seperti juga lemak korban keselamatan dipisahkan, lalu haruslah dibakar oleh imam di atas mezbah menjadi bau yang menyenangkan bagi TUHAN. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu sehingga ia menerima pengampunan- Imamat 4:31

Sehingga ketika Yesus bersabda "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” maka ini adalah problem mahabesar, karena siapakah ia bersabda percayalah kepadanya terkait pengampunan dosa? Apakah ia lebih besar daripada sabda Allah…daripada Hukum? Ia tak mungkin semacam divinitas yang lebih rendah daripada Allah, divinitas hirarkial semacam itu tidak pernah ada lahir dalam kitab suci baik sebagai sebuah teologia dan apalagi pragmatism spiritualitas. Itulah sebabnya reaksi penolakan harus tegas dan tajam: Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." (Matius 9:3)

Tetapi apa yang menjadi masalah adalah, para ahli Taurat yang sangat berotoritas dalam menentukan bagaimanakah pengajaran dalam kitab suci harus diajarkan tak pernah mampu mengenali relasi antara diri Yesus terhadap kitab suci sebagaimana menjadi penekanan Yesus dalam pelayanan-pelayanannya. Dengan kata lain, ini sama sekali tidak serta merta menjadikan Yesus merupakan wujud hirarki yang berbeda daripada Allah Bapa sehingga dengan demikian Yesus datang menciptakan politeisme hirarkial yang sama sekali tak diajarkan kitab suci. Tidak demikian, karena Yesus sedang mendudukan dirinya secara otentik, terbuka dan dialogis bahwa Ia adalah satu-satunya penggenap kitab suci sehingga apa yang sempurna dari Allah hadir secara penuh dimuka bumi ini…tepat sebagaimana dikemukakan Sang Kristus berikut ini:
         
Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (Matius 9:6)


Kedua: Kuasa Menaklukan Kematian dan Kuasa Memberikan Hidup yang Menaklukan Maut

Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." (Matius 9:18)

Pada kasus ini, harus kita letakan pertama-tama bahwa pengetahuan umum terkait kuasa menaklukan kematian dan kuasa memberikan hidup yang menaklukan kematian atas jiwa dan tubuh tidak dimiliki atau setidak-tidaknya bukan merupakan pengetahuan umum. Karena itulah reaksi yang muncul ketika Yesus datang untuk membangkitkan seorang yang meninggal dalam rumah ibadat sangat penuh dengan sinisme dan jiwa yang mengolok: menertawakan dia! (Matius 9;24). Dirumah ibadat semua tahu bahwa  yang meninggal adalah benar-benar mati…jika demikian biarlah yang mati diperlakukan sebagaimana selayaknya memang Tuhan telah membiarkan kematian sebagai saat yang tepat bagi yang meninggal tersebut. Sehingga ketika Yesus memberi sinyal awal bahwa Ia tahu bahwa ia lebih dari sekedar memiliki pengetahuan akan kematian dan dunia kematian…bahwa ia berkuasa masuk kedalam dunia dan kuasa kematian untuk melakukan perubahan dan mengadakan kehidupan dalam ungkapan semacam ini: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." (Matius 9:24), opini yang terbangun adalah apakah Kristus adalah Allah..ataukah ia semacam manusia ilahi yang merupakan semacam ketuhanan sedikit lebih rendah daripada Allah itu sendiri…telah melahirkan sebuah jarak dan penolakan yang kian menjauhkan Kristus dari ketakberdayaan setiap manusia untuk mengenal dan menerima Sang Mesias sebagaimana seharusnya.

Tetapi Kristus menunjukan bahwa Ia bukan sama sekali seperti apa yang disangkakan banyak orang, pertama-tama ia bukan sama sekali semacam ketuhanan lain yang lebih rendah daripada Bapa…sebab Bapa tidak pernah menyerahkan atau berbagi sekepingpun otoritas dan kuasa kepada siapapun diluar dan lebih rendah daripada dirinya dalam cara pembagian kuasa secara hirarkial. Itu sebabnya jawaban Yesus merupakan jawaban yang menunjukan bahwa baik dirinya dan Bapa ada dalam satu kesehakekatan kuasa, kemuliaan dan pemerintahan baik di bumi dan di sorga dalam cara seperti ini:   Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu (Matius 9:25).
Ketiga: Rantai Kuasa-Kuasa Kristus Yang Menghakimi dan Sekaligus Berkuasa Menyelamatkan:

         
Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini." Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu. Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.         Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." (Matius 9:28-30)

Kristus secara bertahap mengajarkan siapakah Ia melalui dirinya sendiri. Sentral pengajaran Kristus bukan pada Kitab Suci tetapi pada kitab suci yang digenapkan dalam dirinya..dirinya adalah Kitab Suci yang berisikan kuasa dan kehidupan menjangkau kehidupan dan memberikan kehidupan yang menaklukan kuasa paling purba yang memperhamba dunia ini. Ketika tanggapan orang adalah: yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel..maka ini adalah satu momentum terpenting bagi Israel untuk berjumpa dalam ruang waktu dimana sang mesias sebetulnya membawa mereka berjalan dalam perjalanan dimana mereka memandang penggenapan dari bayang-bayang yang nampak dari apa yang selama ini telah mereka alami dan ketahui dan tercatat dalam kitab suci... bagaimana Allah bekerja diantara mereka selama ini. Ungkapan “jadilah kepadamu menurut imanmu” pun merupakan satu momentum dimana Sang Kristus menghadirkan kehadiran Allah yang begitu karib dengan Israel kekasih-Nya yang senantiasa merindukan sebuah ikatan kasih yang amat personal bagaikan Bapa dan anak-anaknya! Sang Kristus telah melalui dan didalam dirinya mendekatkan dan membawa mereka begitu dekat dan sangat dekat dengan Bapa..sebuah keimamatan yang memang tak pernah terjadi sebelumnya..keimamatan dimana seorang Imam Besar Agung dapat berkata jadilah kepadamu menurut imanmu!


B.Kuasa-Nya Tak Dapat Didekati Oleh Jiwa-Jiwa yang Mati
Karena itulah tak satupun dapat memahami Kristus datang untuk melakukan pekerjaan Bapa yaitu menggenapi kitab suci:

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:17-18)

Kristus bukan datang untuk menunjukan dirinya sebagai satu keilahian atau ketuhanan lain yang secara hirarkial dan hakekat adalah berbeda sehingga kemuliaannya berbeda terangnya daripada Bapa. Jika demikian, maka adalah satu kemustahilan Ia mampu untuk menggenapi Kitab Suci yang telah dituliskan oleh nabi-nabi kudus Allah. Ia tak berada dalam posisi hirarkial dan hakekat yang berbeda secara demikian…karena tak mungkin ada satu bentuk kuasa lebih rendah dapat mengerjakan kehendak, rancangan Allah yang mahasempurna itu.


Hanya jika ia datang kepada yang Hidup, maka ia mampu melihat kitab suci sebagaimana kitab suci berkehendak agar anda berjumpa dengan Kristus satu-satunya Sang Penggenap Kitab Suci, datang dari Allah bagi manusia agar manusia hidup dalam kebenaran Kitab Suci yang genap dalam Kristus…sebagai anak-anak Allah yang memiliki kuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan mulia dan memuliakan Kristus.


Lalu haruslah ia meletakkan tangannya ke atas kepala korban penghapus dosa itu, dan menyembelihnya menjadi korban penghapus dosa di tempat yang biasa orang menyembelih korban bakaran. Imamat 4:3

Soli Deo Gloria



No comments:

Post a Comment