Pages

24 November 2019

Ia Memanggil Orang-Orang Berdosa

Yang Mustahil Dipahami Ahli-Ahli Taurat & Orang-Orang Farisi
Oleh: Martin Simamora

A.Dosa, Taurat dan Kristus Sebagai Orang yang Berkuasa
Apa yang membuat Sang Kristus tidak mudah untuk begitu saja disingkirkan dalam pengaruh dan eksistensinya ditengah-tengah masyarakat, karena Kristus mengajar dengan penuh kuasa. Misalkan saja seperti yang diungkapkan dalam injil Markus:
Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.(Markus 1:22)

Publik mengakui bahwa sang Kristus adalah satu-satunya yang berkusa untuk mengajar sebagai orang yang berkuasa…berbanding terbalik dengan ahli-ahli Taurat. Di tangan Kristus, kitab suci yang diajarkannya mengerjakan kuasa..kuasa yang bekerja didalam dan melalui dirinya. Kedua, kita harus memahami secara penuh hormat bahwa Kristus secara sengaja menjadikan rumah-rumah ibadat bukan saja tempat pengajarannya tetapi menjadi tempat terpenting bagi bekerjanya kuasanya sementara ia mengajar dan berdiri dihadapan jemaat sebagai orang yang berkuasa. Kristus membawa masuk jemaat kedalam momentum paling monumental yaitu membuat dirinya dijumpai oleh jemaat-Nya sebagai Sang Penggenap kitab suci didalam rumah ibadah. Karena itulah dalam injil kita dapat membaca momentum semacam ini:
         
Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." (Markus 1:23-27)

Didalam rumah-rumah ibadah, sementara ia mengajarkan jemaat berdasarkan kitab suci pada saat yang sama sang mesias secara bertahap mengajarkan jemaat untuk mengenal siapakah dirinya. Bukan hal yang mudah bagi jemaat sebab pertama-tama mereka berurusan dengan hal yang sangat tak lazim. Rumah ibadah telah menjadi tempat paling kental dengan hadirat kemuliaan Allah yang sanggup mengekspos dan mempermalukan kuasa-kuasa kerajaan kegelapan dalam cara yang siapapun tak akan berpikir akan terjadi, seperti halnya ini:

ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya

Untuk pertama kalinya rumah ibadah di muka bumi menjadi bagian dari kerajaan Allah di muka bumi dengan kuasa dan otoritas untuk menginjak-injak segala kuasa kegelapan dengan segala modus operandinya. Dan ini menjadi segala sesuatunya mengenai Kristus…sebab tanpa Kristus Sang Penggenap kitab suci maka jemaat dan rumah-rumah ibadat tak memiliki kuasa Kerajaan Allah yang dibawa turun oleh Sang Kristus.

Dosa dan tuntutan kudus Hukum kudus Allah adalah isu yang hanya sanggup ditangani Allah dalam dan melalui Kristus. Dari rumah-rumah ibadah, selanjutnya Kerajaan Allah bergerak keluar menjelajahi bumi ini untuk menelanjangi dan mempermalukan kemapanan kerajaan kegelapan dalam cara yang paling tak terduga…setidak-tidaknya apa yang Yesus lakukan telah meletakan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menjadi orang-orang yang berkuasa untuk mengajar tetapi tak berkuasa atas dosa dan tak berkuasa untuk memenuhi tuntutan kudus Hukum Kudus Allah. Kristus yang mengandung Kerajaan Allah sebagai properti miliknya menggelar perang rohani paling terbuka dan paling konfrontatif yang pernah digelar Kerajaan Allah dengan basis-basis peperangan adalah rumah-rumah ibadah:
Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu.
Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. (Markus 1:32-34)

         
Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan. (Markus 1:39)

         
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." eketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. (Markus 1:40-42)

Ini adalah perang besar yang digelar secara langsung oleh Yesus Kristus sebagai seorang yang berkuasa atas dosa dan memenuhi tuntutan Hukum Kudus Allah dalam dirinya, dalam Ia menahirkan orang Kustas, ini adalah demonstrasi keimamatan di muka bumi yang meletakan diri sang Kristus sebagai seorang imam yang begitu kudus dan mulia dan doanya senantiasa didengarkan Allah…karena kesalehannya adalah kesalehan seorang yang berkuasa bukan saja untuk mentaati dalam penuh kehendak terhadap Hukum sebagai manusia tetapi juga seorang yang berkuasa untuk menggenapi kitab suci.

Tetapi apa yang merupakan agenda teragungnya adalah ini:
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."- Lukas 5:32

Penggelaran perang-perang rohani berbasis di rumah-rumah ibadah sangat erat bertaut dengan relasinya dengan manusia berdosa yang berlandaskan pada apakah tujuan Kristus datang kedalam dunia yaitu memanggil orang berdosa.

Kristus merontokan kemapanan kerajaan iblis di muka bumi ini sehingga manusia-manusia berdosa yang dipanggilnya dapat menanggapi dan merespon injil Kristus sebagai pertama-tama orang yang telah dibebaskannya. Kristus memang menekankan bahwa pemanggilannya itu memang dalam relasi yang sepenuhnya bergantung pada dirinya…bukan pada sisi manusia. Ketika ia berkata bahwa dirinyalah yang harus mendatangi dan menyembuhkan..itu karena tak ada satupun dasar bagi manusia untuk dapat merespon dan mendatangi Kristus untuk kemudian mengikut Kristus..sebab manusia-manusia berdosa adalah orang-orang sakit yang tak mungkin sembuh oleh cara apapun. Mari kita perhatikan Yesus dalam mengungkapkan situasi relasinya terhadap semua manusia:
         
Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; (Markus 5:31)
Inilah situasi dan hakekat manusia berdosa yang tak dipahami oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menakar dirinya bahwa hukum Allah tak bekerja secara demikian dan manusia tak sekritis yang ditunjukan Kristus…inilah salah satu fundamental penolakan terberat pihak mahkamah agama terhadap Kristus. Perhatikan ini: Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (Markus 5:30). Mereka tak memahami Yesus adalah seorang yang berkuasa untuk berurusan dengan dosa dan yang berkuasa bukan saja untuk memelihara Hukum kudus Allah tetapi menggenapkannya secara tak bercela pada dirinya dan bagi dirinya untuk kepentingan setiap orang yang didatanginya dan dipanggilnya.


B.Kristus Membangun Relasi Kekal Kepada Setiap Orang Berdosa yang Dipanggilnya Untuk Bertobat
Ini sangat penting. Relasi yang tercipta dalam pemanggilan orang berdosa oleh Kristus, bukan dihasilkan oleh manusia tersebut tetapi oleh Kristus. Relasi tersebut akan menjelaskan secara gamblang bagaimana penebusan yang berultimat pada kayu salib Kristus melahirkan kehidupan dalam Kerajaan Allah yang mengikat setiap orang percaya pada hukum kasih Kristus yang berdasarkan pada aku datang untuk memanggil orang berdosa. Hal ini terungkap secara gamblang kala Yesus mengungkapkan relasi dirinya dengan setiap diri murid-muridnya yang tak lain adalah orang-orang berdosa yang juga didatangi dan dipanggilnya secara personal. Mari kita memperhatikan ini:

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum."Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? (Lukas 5:32-34)

Dalam konteks yang sebenarnya spesifik ini, Yesus mengungkapkan satu realitas global bagi setiap manusia yang dipanggilnya terkait apakah bentuk dan kualitas relasinya yaitu: relasi antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Kita harus juga memperhatikan bahwa Nabi Yohanes telah lebih dahulu menunjukan relasi kekal semacam ini:
         
Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. (Yohanes 3:29)

Memang di era Kristus dan seharusnya seterusnya, dirinya adalah pusat pemberitaan kabar baik dalam arti yang total dan sangat melibatkan hubungan penuh kepercayaan, pengandalan penuh tanpa bimbang, hubungan kasih dari seorang kekasih yang ingin dikenal sebagai kekasih yang mencintai secara total dan penuh kuasa untuk menunjukan bahwa cinta-Nya adalah cinta yang penuh kuasa dan penuh kesetiaan:

Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." (Matius 9:28)

Relasi yang dibangun Yesus adalah relasi yang membuat setiap manusia yang dipanggilnya dan dijamahnya untuk melihat dirinya sebagai Allah yang menjawab permintaan dan doa…ungkapan percatakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya..adalah pertanyaan yang secara bertahap mengajarkan bahwa Ia adalah Sang Firman yang Ya dan Amin…jika Ia bersabda di dunia ini maka bumi taat terhadap kuasa sorga yang bekerja dalam dan melalui dirinya.


Tujuan Kristus datang ke dunia dan apa yang dikehendaki Kristus bagi setiap orang yang dipanggilnya adalah jelas. Secara gamblang adalah untuk memanggil orang berdosa agar bertobat dan percaya kepadanya bahwa Kristus adalah Allah kekasihnya yang dapat diandalkan sebagai yang senantiasa mengasihi dan setia…jadi kitapun dalam berelasi dengan Kristus secara pasti belajar mengasihi dan belajar membangun dan memiliki kesetiaan dan kemurnian cinta kepada sesama manusia dan kepada Allah.

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment