Pages

28 July 2019

Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (5)

Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Bacalah lebih dulu: bagian 4
Oleh: Martin Simamora

Bapa Telah memberikan kepadanya. Ini adalah relasi yang tak mudah dipahami bahkan sebetulnya tak mungkin jika saja Yesus tak pernah mengemukakannya. Ketakmudahan untuk memahaminya hingga ke tahap kemustahilan bagi indrawi manusia disebabkan karena tak ada satupun manusia yang dapat melihat permulaannya dalam peradaban alam semesta ini. Nabi Mikha dalam nubuat mengenai seorang raja Israel yang akan datang telah menggambarkan bahwa raja ini memiliki permulaan sebagai  Ia adalah divinitas sebagai pencipta segala permulaan dan bahwa ia adalah sumber segala permulaan. Mikha 5:2 menuliskan: ‘Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.’ Untuk apakah nubuat purba mengenai seorang raja yang keberadaan dan letak permulaannya adalah keabadian sebelum segala sesuatunya; sebelum ada untuk disebutkan Betlehem Efrata dan sebelum ada untuk disebutkan kerajaan Israel? Jelas ini bukan kisah mengenai Israel itu sendiri dan apalagi Betlehem tetapi adalah kisah seorang raja yang telah ada sebelum segala sesuatu ada termasuk sejarah itu sendiri ada bagi dunia ini dan baginya sendiri untuk menjadi seorang raja Israel sementara Ia pada mulanya bukan seorang Yahudi sama sekali dalam kekekalannya karena Ia tak bersuku bangsa  sejak semulanya tetapi ia telah ditentukan sejak semula untuk masuk ke dalam sejarah dunia pada satu bangsa yang kecil sebagaimana kecilnya kota tempat kelahirannya. Tentulah seorang raja Israel haruslah seorang Israel, dan raja yang berasal dari kekekalan pasti akan menghadirkan kemegahan dan kegentaran bagi raja dan bagi para pemimpin-pemimpin agama dunia ini. Perhatikanlah ini:

Matius 2:1-5 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."

Kitab kuno Mikha 5:2 secara luar biasa menjadi fokus yang memiliki gravitasi yang begitu dahsyat sehingga seorang raja sangat berkuasa, segenap imam dan ahli Taurat bangsa Yahudi, tak mungkin tak berkata bahwa pada Mikha 5:2 semua harus mengukur kedatangan Mesias yang dinubuatkan sejak Purba dan memiliki kekekalan dalam kekekalan dirinya sendiri yang eksistensi kesejarahannya menemukan penggenapannya dalam kedatangannya secara geografis sebagaimana telah ditorehkan Allah sendiri pada kitab nabi Mikha. Ia begitu penting dan begitu agung dalam kemuliaan yang tak mungkin dimiliki satu manusia teragung manapun lainnya di dunia ini, sebab kemuliaanya berasal datang dari kitab suci yang sejak semula telah menuliskan mengenai dirinya. Dirinya adalah sentral kitab suci dan boleh dikatakan inilah pertama kalinya observasi mesianik dalam pimpinan kuasa negara adi daya kala itu berlangsung, dengan perintah yang singkat, tajam, jelas tanpa keburaman: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu!"


Dan kala Anak itu beranjak dewasa, Ia bersabda menegaskan penggenapan oleh mulutnya setelah sebelumnya oleh dagingnya, tubuhnya yang lahir di Betlehem! Mari memperhatikan pernyataan Yesus terhadap seorang perempuan yang juga memiliki pengharapan mesianik:

Yohanes 4:25-26 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

Sekarang secara substansial, mesias yang dibicarakan pada Kitab Mikha, jelas tak mungkin semata daging karena apa yang telah saya tunjukan di atas tadi. Tetapi apa yang lebih penting lagi adalah apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri mengenai kemesiasannya, bahwa kemesiasannya adalah sebuah divinitas yang menunjukan bahwa Ia adalah sumber kelahiran sebuah keluarga, sebuah bangsa, sebuah kerajaan, sebuah peradaban, permulaan dan kesudahan dunia, sumber kehidupan bukan hanya selama di dunia ini tetapi sumber kehidupan kekal bersama-Nya selama-lamanya yang tak takluk dan tak dapat ditaklukan oleh kuasa apapun: maut dan dosa baik selama hidup di dunia dan setelah di dunia ini. Perhatikan dialog menarik antara Yesus dan perempuan di perigi ini:
Yohanes 4:12-13 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

Benarkah mesias memiliki kesehakekatan dengan Bapa? Ketika Yesus berkata: sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal, secara substansi hendak menunjukan bahwa Ia adalah pemberi hidup kepada manusia yang tak takluk pada maut dan kematian, lebih jauh lagi  Yesus bahkan menjamin kesudahan siapa yang telah diberikannya akan dipelihara dan dihidupi oleh kehidupan-Nya yang telah ditanamkan pada orang tersebut. Itulah dasar atau pondasi bagi siapapun untuk turut memiliki kehidupan Yesus. Injil Yohanes memberikan bagian pembukaan yang maha penting mengenai ini: “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” (Yohanes 1:3-4).

Inilah kaca mata maha penting untuk melihat apakah yang membedakan kata dan bahasa yang diucapkan dalam bahasa manusia pada umumnya pada otoritas dan kuasa pemerintahannya. Seorang raja memiliki otoritas dan kuasa pemerintahan bahkan pada perkataannya. Jadi jika raja telah bertitah, siapakah yang berani membangkang. Lalu Mesias dan Raja Israel ini bagaimana? 


Mengukurnya hanya mungkin diletakan pada ukuran yang diletakan oleh Yesus sendiri. 

Perhatikanlah hal-hal berikut ini:

(1)Yohanes 8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.

Siapakah Yesus? Jawaban sederhana Ia adalah segala sesuatu mengenai dirinya sendiri. Tak ada satu manusia yang mengintroduksi dirinya adalah melulu dirinya dan senantiasa dia saja: “Apabilah kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia.” Ada 2 yang tak dapat dipisahkan sementara memang Anak dan Bapa dapat dibedakan: pertama, mengenai Anak: apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia; kedua, mengenai Bapa: Aku tidak berbuat apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku  berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Keunikan relasi Anak dan  Bapa adalah hanya Anak yang dapat menyatakan segala sesuatu mengenai Bapa dimulai dari pikiran, perkataan dan tindakan Bapa tanpa sebuah kemelesetan. Yesus berkata Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Ini adalah relasi yang hanya mungkin terjadi karena Mikha 5:2 genap dan ketika Ia dihadirkan dalam bingkai dunia Mikha 5:2, sangat jelas Ia tak kehilangan kemuliaan substansialnya bersama-sama dengan Bapa, tepat sebagaimana dikatakan injil Yohanes: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. (Yohanes 1:1). Yesus sendiri menunjukan bahwa hanya Anak saja yang dapat menunjukan Bapa dalam ia adalah manusia kepada manusia-manusia lainnya. Dalam ia manusia, sang mesias  tak dapat diukurkan sebagai orang yang begitu dekat dan diperkenan Allah dalam komparasi obyektif terhadap orang-orang kudus dalam sejarah kitab suci. Bahkan orang yang suci dan tak melalui kematian, tak pernah akan memiliki pengenalan akan Allah dalam sebuah keterbukaan indrawi yang maha substansialis sehingga mampu berkata: Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu (Yohanes 6:37-38). Ekspresi semacam ini: tidak pernah mendengarkan suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, ini adalah berbicara mengenai bukan saja kesucian yang sehakekat dengan Bapa tetapi sebuah komunikasi antara Anak dan Bapa dalam relasi yang setara tanpa jarak dan tanpa semacam gradasi kemuliaan seolah Anak memerlukan jarak agar tak binasa karena ia adalah makhluk divinitas lebih rendah dan kekudusannya lebih rendah, karena jika tidak demikian maka ia sebagai manusia pun adalah dalam obyek sabda hukum ini:

Ibrani 12:25-26Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga."

Siapakah Yesus, dengan demikian, memang menjadi kesukaran bagi siapapun untuk mengenalnya. Ia hanya bisa didekati sebagaimana Ia ada, bahkan seorang rasul yang begitu fasih dan terhormat dalam hukum Taurat, mengenai Yesus ia tak mungkin meletakan pemahaman indrawi rasionalistiknya untuk menjelaskan Yesus, namun sebagaimana Yesus adanya:
Roma 1:2-4 Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.
Siapakah Yesus, menurutmu tidak bergantung pada bagaimana anda sanggup mendengar suara dan melihat rupanya. Jika Yesus saja menggenapi Mikha 5:2  maka siapapun harus menjelaskan Yesus berdasarkan bagaimana Yesus menggenapi kitab suci itu.


(2)Yohanes 8:38 Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu."
Bagaimana anda akan memahami bagian “apa yang Kulihat pada Bapa..?” Secara figuratif ataukah secara apa adanya logika yang terkandung dalam kata “lihat” bahwa itu adalah indrawinya sementara ia manusia dan telah dibumi? Bagaimana mungkin Ia melihat, mendengar? Ingatlah bahwa Yesus tak sedang berfiguratif karena para pendengarnya paham bahwa Yesus sedang berkata dalam konteks indrawi dan daging atau dengan kata lain bahwa Yesus sedang mendudukan dirinya terhadap Bapa dalam relasi tak terpisahkan di dunia ini sebagaimana di sorga; tak ada semacam shifting atau pergeseran sehingga Yesus bisa salah. Yesus senantiasa menegakan sebuah garis tegak lurus dan tak terbengkokan dalam apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan dengan menyatakan secara terbuka bahwa Ia senantiasa melihat Bapa dalam apa yang ia sabdakan yang menjadi dasar tersuci bagi Anak untuk ditaati dan disembah dalam sebuah cara yang begitu mulia. Reaksi pendengarnya tentu saja dapat diduga: resistensi yang begitu keras. Perhatikan reaksi emosional ini: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." (Yohanes 8:41). Mengapa mereka berkata Bapa kami satu? Ini untuk menunjukan bahwa Bapa yang dikemukakan oleh Yesus bukanlah Bapa sebagaimana yang selama ini dikenal oleh mereka. Bagaimana mungkin Bapa “membagi” kemuliaan-Nya kepada seorang manusia yang mengaku dapat melihat wajahnya dan dapat mendengar suaranya sementara manusia di bumi saja? Rejeksi ini membawa pada soal lain yang diangkat untuk menjatuhkan Yesus pada tempat yang sepatutnya sebagai seorang yang bapak biologisnya dipertanyakan karena kehamilan di luar pernikahan: "Kami tidak dilahirkan dari zinah.” Menjawab mengapa demikian atau mengapa kelahiran oleh Roh berlangsung di luar pernikahan, Yesus mengajukan satu posisi yang tak banyak menolongnya dihadapan orang banyak, namun kebenaran yang dinyatakan Bapa sebagaimana ia melihat dan mendengar Bapa sebagai ia manusia! 

Perhatikan ini:
Yohanes 8:43Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Pertama Yesus menyatakan bahwa ia bukan lahir dari peristiwa perzinahan, namun keluar dan datang dari Allah. Ini pada kesempatan yang sama Yesus menunjukan bahwa kemesiasan dalam Mikha adalah kemesiasan yang ilahi bukan belaka manusia saja. Kedua, Yesus menyatakan bahwa Anak dan Bapa adalah dua yang berkuasa dalam kesehakekatan dan kesetaraan dalam sebuah tatanan: Bapa berkehendak, Anak menggenapkan yang dimulai dengan sebuah penggenapan di dalam Rahim seorang perempuan yang dimuliakan Allah: Bunda Maria, Bunda Allah yang melahirkan Anak Allah tepat sebagaimana Malaikat Gabriel telah mengabarkannya:

Lukas 1:26, Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Maria, bunda Allah mengalami problem sukar atas kehamilan di luar pernikahan ini yang tidak dihamili oleh calon suaminya sendiri, pun demikian Yesus di sepanjang pelayanannya pun harus menghadapi isu bahwa ia adalah anak zinah! Injil, karena itu, memberikan catatan yang begitu khusus mengenai perihal ini:

Matius 1:18-20 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.

Kemuliaan Kristus dan Bapa apakah tidak menjadi cemar karenanya? Ini adalah cara pandang yang rasional namun sekaligus pemikiran yang begitu terbuka bahwa kelahiran semacam ini adalah sebuah konsekuensi keberdosaan dunia manusia yang mendistorsi ketakbercelaan pada nama baik Yesus dan keluarganya kelak. Apakah demikian? Perhatikan bagaimana injil ini menjelaskan:
Matius 1:22-23 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang
anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.

Nubuat nabi Yesaya (7:14) tersebut menegaskan siapakah Yesus, bahwa penggenapan kitab suci oleh Mesias telah dimulai oleh dagingnya sendiri, daging atau tubuh yang kelak berkuasa untuk menebus dosa manusia tepat sesuai dengan sabda yang diucapkannya dengan melihat Bapa-Nya

Bersambung ke Bagian 6

Soli Deo Gloria
Solus Christus





No comments:

Post a Comment