Pages

02 June 2019

Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (2)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Oleh: Martin Simamora

Sebelumnya: Bagian1

Pernyataan- pernyataan Yesus Kristus yang bersifat sabda telah menjangkau kesudahan tatanan dunia dan segenap isinya yang berada dibawah perbudakan dosa dalam sebuah ketetapan bahwa Ia begitu mahakuasa. Sementara menunjukan bahwa kemanusiaannya bukan sekedar memiliki kedivinitasan atau  keilahian, juga sekaligus menunjukan bahwa Ia memiliki pemerintahan  yang hanya mungkin dimiliki oleh Allah saja. Yesus Kristus sementara dapat dikategorikan sebagai  manusia yang memiliki kedivinitasan pada faktanya menimbulkan problem lebih dari sekedar  ia memang divinitas. Ia walau manusia namun ia sendiri menunjukan dirinya seorang yang memiliki pemerintahan yang berkuasa atas segenap malaikat dan berkuasa penuh untuk menghakimi semua manusia dari segala bangsa. Perhatikanlah pernyataan-pernyataannya ini:

B.Yesus Kristus mendeklarasikan Kemuliaan dirinya pada Hari Akhir, Ia akan:
-datang dalam kemuliaan dirinya sendiri, dalam kemuliaan takhtanya sendiri dan disertai semua malaikat-malaikat:
Matius 25:31-32  Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya

Kemuliaan dirinya sendiri dan kemuliaan takhta-Nya sendiri, ini bukan semacam kemuliaan yang sedikit lebih rendah daripada Bapa kala ia mengatakan “Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya” sebab terkait kemuliaan dirinya, Ia menegaskan bukan semacam yang lebih rendah atau kelas dua, atau semacam kemuliaan malaikat yang paling mulia diantara semua malaikat. Perhatikan bagaimana injil Matius dan Markus menunjukan kemuliaan Yesus, apakah kemuliaan dirinya sendiri adalah kemuliaan yang berbeda dalam cara bagaimanapun terhadap Bapa:


Matius 25:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.


Markus 8:38 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."

-Ia mengirim malaikat-malaikatnya:
Pernyataan ini menengangkan karena tak ada makhluk sekedar ilahi yang dapat memiliki otoritas dan kuasa pemerintahan yang dapat menggerakan keberadaan malaikat dari sorga mengalihkan pelayanannya dari Bapa terhadap siapapun tanpa konsekuensi pemberontakan yang fatal terhadap Bapa kecuali Yesus Kristus seotoritas, semulia, sepemerintahan dan sehakekat dengan Bapa sendiri. Yesus menyatakan bahwa ia berkuasa untuk memerintahkan malaikat-malaikat di sorga dan mereka akan mentaatinya:

Matius 13:41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.

Apakah perintah yang Yesus komandokan pada para malaikatnya menunjukan otoritas sang Kristus keseluruhan? Sang Mesias memiliki tak hanya otoritas atas pemerintahan sorgawi tetapi otoritas atas setiap obyek yang berada didalam pemerintahan-Nya termasuk penghakimannya yang melibatkan malaikat-malaikatnya sebagai bagian eksekusinya  berdasarkan perintahnya saja :.. dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.

Kita harus memperhatikan dua hal yang sangat prinsip di sini sebagaimana Alkitab menunjukan. Pertama: bagi orang-orang Yahudi pernyataan-pernyataan dan perbuatan-perbuatan semacam ini telah dianggap sebagai semacam dualitas bernilai penistaan yang berat terhadap ke-esa-an atau monotheisme yang dikenal dan diajarkan dalam tradisi agama Yahudi. Lihatlah dialog keras berikut ini:

Yohanes 10:32-33,36-Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."… masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,

Sementara mereka tidak melihat kemonotheisme-an pada perkataan Yesus sebagaimana konsepsi religiositas mereka namun semacam dualitas kemuliaan dan  ke-dua-an Allah terlintas dalam benak mereka sebagaimana terkandung dalam pernyataan ini: karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah. Orang-orang Yahudi sangat memahami bahwa Yesus memang memaksudkan dirinya lebih dari sekedar ilahi, bahwa Yesus ingin menyatakan sebuah kesehakekatan dirinya dengan Allah dalam Ia memang memiliki kemanusiaan yang sangat tulen bukan semacam “setengah manusia dan setengah dewasa=semacam tuhan diantara Allah dan malaikat-malaikat.” Tetapi mereka gagal untuk menangkap kemonotheismean yang disingkapkan Allah yang sedang menyapa manusia secara dekat di dalam dunia yang berdosa dan sedang memperbudak mereka. Itu sebabnya sekalipun Yesus mencegah pemikiran dualitas dan keduaan yang menentang monotheisme, mereka tak sanggup untuk menerima utusan Allah yang adalah Sang Firman yang menjadi manusia. Perhatikan ini:

Yohanes 10:30-31 Aku dan Bapa adalah satu." Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.

Jika Yesus adalah satu dengan Bapa maka asal-usul Yesus memang bukan dari dunia ini, bukan salah satu malaikat-malaikat mulia, juga bukan satu allah disamping Allah. Tetapi siapa yang sanggup oleh kekuatan pikirannya dan kekuatan jiwanya sendiri dapat menerima kebenaran ini? Tak ada yang mungkin bagi manusia, selain oleh pertolongan Bapa, Sang Kristus dan Roh Kudus, mengenai ini bahkan Yesus menunjukan satu hubungan antara dirinya dengan Bapa yang sangat substansial dan menunjukan bagaimanakah wujud “Aku dan Bapa adalah satu”:

Yohanes 10:27-29 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.

Saya ingin menjelaskan secara singkat dan substansial untuk pernyataan Yesus ini: Bapaku…lebih besar dari pada siapapun, apakah ini bermaksud hendak menyatakan bahwa Yesus Kristus sedikit lebih kecil dari pada Bapa sehingga Yesus adalah little god or a little bit lower than Father? Menjawab ini hanya akan ditemukan satu jawaban saja: tidak demikian sama sekali, sebab tidak mungkin siapapun dalam statement Bapa-ku lebih besar dari pada siapapun itu termasuk Yesus sementara “Aku dan Bapa adalah satu”. Dan ini hal yang begitu penting terkait dirinya sehingga baginya memberitakan kebenaran ini adalah memberitakan kemuliaan diri Bapa yang hanya ada pada dirinya saja: “supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." (Yohanes 10:38).

Pelajari juga pernyataan-pernyataan Yesus berikut ini, sebab didalam pernyataan-pernyataan ini kita akan melihat wujud total dari “Aku dan Bapa adalah satu” menunjukan setinggi apa dan semulia apakah diri Yesus dan pemerintahannya, sekaligus apakah menunjukan semacam dualitas atau keduaan? Memang kita harus mengakui bahwa Yesus walaupun Allah yang menjadi manusia dan membuatnya tidak dapat dilihat kemuliaanya senantiasa sehingga membuatnya tanpa kesukaran membuktikan dirinya Aku adalah Allah, tetapi oleh karena Ia tetap memiliki kepenuhan-Nya sebagai Allah Sang Firman maka kompleksitas yang rumit bagi konsepsi religiositas manusia tak terhindarkan dalam setiap kali sang Kristus menunjukan wujud aktual “Aku dan Bapa adalah satu”. Perhatikanlah ini:

Matius 16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Matius 24:30-31 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.

Sekali lagi, jika anda ingin mengetahui seperti apakah kemuliaan Bapa yang dimiliki secara substansial-maksudnya bukan dekoratif dan bukan bersifat refleksi- walau saya dan anda belum melihatnya, tetapi kita boleh memperhatikan bagaimana Yesus menunjukan kemuliaan dirinya sendiri dan takhtanya sendiri yang adalah juga kemuliaan Bapa dan juga takhta Bapa dalam perbuatan dan kuasanya yang seperti ini: “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain”. Semacam ini bahkan keping bukti yang begitu raksasa sehingga mustahil untuk sekedar berkata bahwa Yesus memiliki divinitasnya atau keilahiannya tersendiri, menjadi sebuah pondasi yang kokoh  bagi Yesus untuk mengatakan dirinya adalah Anak Allah. Sehingga ketika Yesus mengatakan dirinya memang Anak Allah, camkanlah bahwa ini lebih besar daripada ia adalah ilahi. Dan jikapun kita tetap ingin mengatakan Yesus adalah ilahi maka ini tak mungkin didekati dalam konsep agama-agama dunia sebab tak mungkin konsep agama dunia mengaminkan bahwa Yesus adalah Allah secara substantif.

 Bahwa kemuliaan Bapa ada pada Yesus sebagai milik kepunyaannya sendiri adalah substantif  bukan dekoratif dan bukan refleksi seperti cermin memantulkan cahaya matahari semakin jelas kala Yesus bersabda begini mengenai dirinya sendiri:

Matius 24:35 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.

Kemuliaan dirinya atau mengukur setinggi apakah dan semulia apakah dibandingkan terhadap makluk divinitas lainnya atau Bapa sendiri semakin menjadi kesukaran bagi siapapun karena kini Ia mengajukan kekekalan pemerintahan perkataannya yang tak akan berlalu sekalipun langit dan bumi berlalu. Statement Aku dan Bapa adalah satu menjadi pondasi untuk memahami kesehakekatan  mesias dengan Allah dan memahami bahwa ketika Sang Firman menjadi manusia, Ia tak pernah kehilangan pemerintahan perkataannya di segala abad semesta dunia ciptaan ini.

Bersambung ke bagian 3


Soli Deo Gloria
Solus Christus

No comments:

Post a Comment