Pages

09 June 2019

Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (3)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Oleh: Martin Simamora


Sebelumnya: Bagian 2
Kemuliaan Mesias ini bahkan ketika diasosiasikan dengan menambahkan ‘Sang” pada kata Mesias atau Kristus untuk menunjukan keilahian atau ketuhanan pada Anak Manusia, pun sebenarnya memiliki keterbatasan yang sangat krusial sebab walau secara linguistik akan cukup membantu,namun kala menjelaskan dan memahami kehakeatannya, problemnya tak terselesaikan begitu saja oleh karena komplikasinya begitu keras dan begitu meruntuhkan sistematikan kemonoteisme-an yang berdiri begitu rapi dan permanen dalam tatanan religiositas yang sama sekali tak mengenal dan mengakui kesehakekatan atau kese-Dzat-an  antara Anak Manusia dengan Bapa. Karena memang begitu sukar dan begitu jauh dari jangkauan manusia untuk menyelami hakekat Allah yang bersemayam penuh dalam diri Kristus itu (Kolose1:16-17), itu sebabnya Yesus tidak pernah berkutat dengan teks-teks Kitab Suci untuk menjelaskan relasi dirinya terhadap Bapa, selain satu ini saja: “pekerjaan-pekerjaannya” akan bersaksi siapakah Ia:

Yohanes 5:36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.

Ada semacam kesia-siaan dalam diri manusia untuk dapat dan mungkin melahirkan kesaksian yang benar mengenai Anak Manusia ketika kitab suci dipegang berdasarkan kekuatan pikiran dan jiwa manusia: tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. (Yohanes 5:34).


Perhatikan apa yang saya tekankan dengan kalimat yang ditebalkan, menunjukan kemampuan manusia untuk menerima penjelasan kesehakekatan Mesias dengan Bapa bukan saja tidak datang dari ilmu pengetahuan ketuhanan yang bersumber pada Kitab Suci, tetapi berdasarkan kesatuan atau kesehakekatan Bapa dan Mesias dimana wujud kesehakekatan yang terlihat adalah Bapa menyerahkan semua pekerjaan-Nya kedalam tangan Mesias dalam sebuah ketakbercelaan dalam sumber kuasa dan otoritas menjadi nyata. Terkait ini, injil Yohanes menyatakan realitas ini:

Yohanes 1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

bahwa kemuliaan dan keagungannya pertama-tama pada ketakterpisahan atau ketakterputusan relasi dan eksistensi kekal dirinya dalam kesehakekatannya dengan Bapa: yang ada dipangkuan Bapa sementara telah di bumi dan menjadi manusia berkuasa untuk menyatakan Bapa. Mendekati Yesus melalui Kitab Suci dalam semangat meneliti secara seksama dan ketulusan yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, ternyata tak pernah menjadi mata air kebenaran suci dalam diri manusia:

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Kita harus memahami bahwa kitab-kitab suci tersebut adalah juga yang diakui oleh Yesus Kristus bahkan lebih jauh lagi dikatakan oleh Sang Mesias semua kitab tersebut memiliki relasi yang begitu personal bahwa kemuliaan yang terkandung didalamnya hanya akan terpancar gemilang melalui dan dalam dirinya saja, sebagaimana dikatakannya:

Matius 5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Bahkan setelah kebangkitan sang mesias, Ia bahkan menegaskan bagaimana kitab-kitab suci itu berjumpa dengan kemuliaan yang diberitakannya sejak zaman purba (Ibrani 1:1-2):

Lukas 24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Lukas 24:44Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."

Ketika relasinya adalah demikian, memang julukan “Sang Mesias” atau ‘Sang Kristus”, juga “Sang” lainnya lagi, bukan saja tak lagi cukup kuat untuk mengakomodasi posisi relasi yang rasional bagi diri dan eksistensi Yesus terhadap firman suci tertulis, bahwa ia walau manusia  adalah penggenap kehendak Allah dalam firman-firman pada kitab-kitab suci di bumi ini, sehingga penggenapannya bertemali dengan ketetaapan Allah sejak kekekalan hingga turun masuk ke dalam titik-titik sejarah yang telah terjadi dan juga yang belum dan akan terjadi. Bahkan  jika Yesus tetap dipertahankan pada “Sang Tuan atau Sang Tuhan” dalam Ia adalah Sang Firman yang telah menjadi manusia, pun tak membuatnya  memiliki kebedaan hakekat dengan Bapa  sebab menjadi janggal jika Yesus didudukan sebagai lebih rendah dan subordinatif terhadap Bapa, sebab bagaimana mungkin segenap kitab suci digenapi oleh selain Allah sendiri yang bersabda?

Pekerjaan-pekerjaan yang diserahkan Bapa memberikan kesaksian siapakah Yesus menunjukan bahwa ia memang diutus oleh Bapa untuk menggenapi semua kitab suci. Posisi ini membuat Yesus secara kualitatif menjadi begitu sukar untuk diagungkan dan dijelaskan belaka dalam tatanan linguistik termasuk gramatika bahasa asli Alkitab, sementara memang itu sangat berguna untuk menjelaskan siapakah Yesus Kristus.

Maka memang dalam ia adalah Anak Manusia, ia akan senantiasa memiliki kuasa  sebagai properti milik diri, dan karenanya otoritas sehakekat dengan Allah adalah milik yang melekat tanpa perlu terlebih dahulu dilantik sebagaimana diajarkan pendeta tertentu.

Mari kita lanjutkan poin berikutnya:

-Membangkitkan umatnya dari kematian:
Yohanes 6:40,44  Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.

Kembali kita melihat wujud dari sabda Yesus yang berbumyi: Aku dan Bapa adalah satu. Sekaligus kita melihat kesehaketan antara Bapa dan Sang Mesias. Sang pada kata Mesias dengan demikian memiliki makna yang jauh begitu megah dari apa yang dapat dipersepsikan manusia karena disini pada ayat di atas tersebut kita sedang melihat wujud kesehaketan mesias dengan Bapa dalam cara yang mencengangkan: bahwa Kehendak Bapa hanya genap dalam Kristus. Ini tak menunjukan sebuah interdependensi Bapa terhadap Anak, tetapi kesehakekatan dalam mode operasionalnya. Ini juga bukan berarti bahwa kekuasaan Anak ada sebagai sebuah relasi subordinasi, sebab jika demikian maka tak mungkin terjadi kesehakekatan. Tetapi yang lebih buruk lagi, jika Yesus adalah subordinat dalam eksistensinya terhadap Bapa, sangat mustahil ada makhluk yang lebih rendah daripada Bapa berkuasa sebagaimana Bapa bersabda dan menggenapinya sekaligus. Relasi: Bapa berkehendak dan Yesus menggenapinya adalah relasi yang menunjukan bahwa :Aku dan Bapa adalah Satu (Yohanes 10:30).

Jadi ketika ia berkata: ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman, ini adalah kuasa di bumi dan di sorga yang memang melekat dan milik kepunyaannya, bukan sebagai semacam ”power sharing” antara 2 tuhan yang berbeda derajat kesehakekatannya, apalagi menakar Yesus adalah salah satu dari anak-anak Allah disamping Lucifer.


-Bertakhta di takhta kemuliaannya
Itu sebabnya Yesus sejak sebelum ia disalibkan, mati dan bangkit lalu naik ke sorga, telah menyingkapkan pemerintahannya yang menunjukan kesehakekatannya dengan Bapa dalam terminologi yang sangat eksklusif menunjukan kemuliaan diri yang tak berbeda sama sekali dengan Bapa: Aku dan Bapa adalah satu, sebab wujudnya  menunjukan sebuah kemegahan yang akan membuat kemesiasan Yesus begitu Allah dalam substansi, kualitas dan eksistensi kekekalan  dan kemahaan pemerintahannya sementara ia masih di dunia dalam kemanusiaannya:
Matius 19:28Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Jika Yesus tidak sehakekat dengan Bapa walau ia juga adalah manusia dalam keyakinan teologis para pendeta tertentu yang mengaplikasikan dan menafsirkan teks pada kitab Yesaya sebagai dosa besar seorang malaikat atau anak Allah bernama Lucifer sehingga jatuh, bukankah seharusnya para pendeta yang berkeyakinan Yesus adalah tuhan yang lebih rendah daripada Bapa dan hanya sebatas teladan Corpus Delicti, ternyata  juga melakukan dosa yang sama, karena ia pun berbicara tentang dirinya bersemayam di takhta kemuliaan-Nya? Dengan demikian juga telah juga jatuh dalam dosa yang sama seperti Lucifer? Mari lihat teks yang ditafsir  oleh pendeta-pendeta tertentu sebagai tentang iblis bernama latin (dalam kitab Ibrani) dalam kitab Perjanjian Lama ini:

Yesaya 14:13-15 Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

Mereka memang meneliti kitab suci secara seksama tetapi bukan berjumpa dengan Yesus yang memberikan hidup, tetapi hanya Yesus yang menjadi teladan pengejaran corpus delicti. Kekacauan yang mendatangkan keberimanan pada malaikat yang mungkin gagal atau mungkin berhasil; mungkin berhasil dilantik menjadi mesias atau mungkin gagal dilantik menjadi mesias, lebih buruk lagi: mungkin berhasil dilantik menjadi Allah atau mungkin gagal sama sekali. Iman yang begitu fantasi dan terjebak pada peninggian diri sendiri: berjuang menjadi corpus delicti demi menolong Allah untuk membuktikan secara adil dan benar bahwa Lucifer memang bersalah secara judisial.

-Menghakimi seluruh bangsa
Bahwa Mesias atau Sang Mesias menghakimi seluruh bangsa adalah hal mencengangkan lainnya, sebab kuasa dan otoritas penghakiman seluruh umat manusia bukankah hanya milik Allah pencipta langit dan bumi? Bagaimana mungkin seorang mesias berkebangsaan Yahudi berkuasa menghakimi seluruh bangsa? Bagaimana mungkin mesias manusia menghakimi sesamanya manusia; bukankah hanya Allah? Tetapi begitulah Yesus menunjukan kesehakekatan dirinya dengan Bapa:

Matius 16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Matius 25:31-32 Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,

Mengapa begitu penting untuk tidak menolak Yesus? Jawaban terdasarnya: karena menolak Yesus secara otentik adalah menolak Allah pencipta manusia itu sendiri. Yesus Sang Mesias sendiri pernah berkata secara gamblang mengenai hal ini:

Yohanes 5:22-23Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.

Apakah Yesus sedang melakukan dosa sebagaimana dituding oleh orang-orang Yahudi: Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:33), ketika Ia menyingkapkan instruksi dengan konsekuensi penghakiman jika menolak? Instruksi yang semacam ini: supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia?

Siapakah Yesus dan apakah Ia memiliki kesehakekatan dengan Bapa walau Ia pada saat itu adalah Sang Firman yang menjadi manusia? Apakah pengosongan diri olehnya membuat sang mesias kehilangan kesehakekatannya dengan Bapa, sehingga ia menjadi lebih rendah daripada Bapa? Jelas untuk menjawab ini secara tepat tak bisa berdasarkan linguistik dan gramatika bahasa asli kitab suci belaka, sebab saat Yesus berkata semua kitab suci menulis tentang dirinya, ini telah menempatkan dirinya adalah berkuasa penuh dalam kesehakekatan dengan Bapa untuk menggenapi apapun yang menjadi kehendak Sang Bapa.

Bersambung ke bagian 3



Soli Deo Gloria
Solus Christus

No comments:

Post a Comment