Pages

17 March 2019

Pujian Maha Akbar Di Sorga


Oleh: Martin  Simamora

Pujian Maha Akbar Di Sorga Dalam Kitab Wahyu: “Semua Ditujukan Pada Yesus  Saja, Tidak Ada Bagian [Peran] Ku”


Bahkan Manusia-Manusia Kudus Mustahil Mengagungkan Dirinya Sendiri
Jika kita memperhatikan seksama kitab Wahyu maka kita akan menemukan sebuah kemuliaan yang memuliakan Tuhan dalam sebuah cara yang mengajarkan pada setiap diri kita bahwa semulia apapun dirimu-sebagaimana sangkamu-itu bahkan kelak engkau akan menyesali karena terlalu terlambat untuk mengetahui bahwa hidup ini bukan sebuah pengejaran kemuliaan diri, tetapi hidup memiliki pengenalan-Nya sehingga mengetahui mengapa diri ini sama sekali tak ada nilainya dihadapan-Nya. Mari kita melihat deskripsi pada kitab Wahyu sebagaimana LAI menyajikannya:

Wahyu 4:8-11Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.

Coba perhatikan ini: Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu. Apa yang diungkapan oleh kalimat ini merupakan potret kemegahan yang begitu raksasa untuk menarik turun kemegahan-Nya agar pembaca dalam terang Roh Kudus dapat masuk ke dalam kemuliaan-Nya, sehingga karena itulah Roh menuntun Yohanes untuk memotretkan bagi kita situasi yang begitu agung dan tak mungkin dimasuki oleh jiwa manusia begitu saja kecuali visualisasi tekstual semacam ini: maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu. Untuk bisa ada dan tetap hidup dihadapan DIA saja sudah merupakan kemuliaan yang saya dan anda mustahil pahami selama masih di dunia ini. Di dunia ini mustahil bagi saya dan anda untuk membuang mahkota diri begitu saja bagi Tuhan dalam sikap jiwa dan tubuh tersungkur di hadapan-Nya: maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia… mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu.


Sekarang mari kita memandang pada potret yang begitu megah bagi manusia untuk mustahil sanggup sekali saja berkata bahwa “aku memiliki kebenaran pada diriku sendiri sehingga tak memerlukan Juruselamat dan tak selalu memerlukan Juruselamat dan bahkan perjuangan diriku bahkan perlu membantu kebenaran-Nya yang tak senantiasa menang di dunia ini.” Sekarang dengarkan Himne dahsyat ini:

Wahyu 5:9-14 Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi." Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" Dan keempat makhluk itu berkata: "Amin". Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah.

Perhatikan ini: “aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata”. Anda menangkap maksud saya? Ya…ini  bukan sekedar himne di sorga tetapi himne yang dinyanyikan oleh setiap makhluk di bumi ini! Apakah bunyi himne itu?? Inilah bunyinya: Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!Ada ‘Amin” saudara-saudaraku? Kalau anda sungkan atau segan karena terlalu memuliakan Yesus sampai-sampai tidak ada peran diriku turut menentukan keselamatan (jadi dalam hal ini adalah sebuah doktrin asing yang menekankan bahwa dirimu berperan aktif untuk menentukan keselamatan finalitasmu bukan Gembala Agung itu), itu…tak masalah karena jangan-jangan IA tak perlu pengagunganmu  bagi-Nya sebab para pemuji makhluk-makhluk sorgawi berkata AMIN dalam himne. Kamu lihatkah apa yang bisa dilakukan oleh para tua-tua itu dalam pengagungan yang melulu Yesus dan melulu apa yang telah dilakukan Yesus dan bukan apa juga yang kulakukan bagi kepastian keselamatanku?? Ya.. para tua-tua itu tersungkur dan menyembah!

Puji-Pujian yang dikumandangkan para tua-tua begitu kuat mengangkat kemuliaan dan kedaulatan Allah dalam sebuah ketinggian yang akan menakutkan para pengusung kemerdekaan diri dalam menentukan sikap terhadap keselamatan dan percaya sekali bahwa Tuhan tak mungkin memaksa (sebuah bahasa halus untuk melemahkan hingga melucuti aspek kedaulatan Allah sebagai hakim agung maha berdaulat). Perhatikan himne yang dilantunkan para tua-tua berikut ini:

Wahyu 11:15-18 Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya." Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah, sambil berkata: "Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Pertama-tama saya ingin mengajak anda semua untuk belajar sebuah pelajaran mahasukar bagi daging kita dan moralitas serta “ego” manusiawi kita, terkait bagaimana seharusnya kita berdiri dihadapan kedaulatan absolut-Nya yang dalam himne ini diartikulasikan begini: ‘"Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya”, tak peduli apapun situasinya dan keadaannya sebagai keadaan penulis Kitab Wahyu ini yang dalam pengasingan bukan dalam keadaan berbahagia, faktanya beginilah posisi Tuhan: Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya." Lagi saya mau bertanya, masih adakah Amin pada mulut kita untuk statement sorga sementara dunia ini dalam pandangan kita berkeadaan kacau balau. Sementara banyak dan begitu banyak orang menjadi meragukan kedaulatan Allah yang berdaulat mengingat dunia ini lebih menunjukan posisi Allah yang duduk berpangku tangan menunggu manusia insyaf baru Tuhan tolong, faktanya tidak begitu sebagaimana para tua-tua menunjukan dalam himne yang akan menggoncangkan jiwa dan mungkin imanmu:
"Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."

Apa yang perlu kita ketahui dan pelajari adalah bagaimana seharusnya memandang fakta Allah dalam dunia yang akrab dengan kekacauan yang begitu absurd. Tidak ada pandangan yang begitu obyektif selain pandangan sorga: Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja. Bahkan ini adalah himne pengucapan syukur dihadapan dunia yang dalam keadaan kacau atau jauh dari damai sejahtera.



Ini Saatnya Berkata “Good Bye” pada Keyakinan: Diriku Turut Menentukan Finalitas Keselamataan Diri
Di dunia ini doktrin atau pendetamu bisa saja mengajarkan Yesus yang lemah dalam bahasa yang halus agar tak menista Yesus dengan berkata: keselamatanmu bisa hilang (yang jahatnya lagi si pendeta tidak sadar kalau matanya buta sebetulnya sebab tidak lihat bahwa ada Gembala yang baik dan setia menggembalakan domba-dombanya sedang memandang tajam kepada si pendeta yang yakin sekali bahwa si Gembala adalah Yesus yang makin kepayahan), tetapi dalam Kitab Wahyu sekali lagi kita tak akan melihat pujian bagi dirimu yang hebat luar biasa memastikan keselamatanmu tidak hilang, sebab himne itu melulu memuliakan Yesus saja:

Wahyu 12:10-12 Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."

Anda harus tahu bahwa perjuanganmu bukanlah barang bukti yang dapat mementahkan dakwaan Iblis. Lebih gila lagi, sebetulnya kalau anda benar-benar sensitif dengan realitas peperangan rohani dan benar-benar bergaul karib dengan Roh Kudus dalam landas firman Tuhan, maka anda harusnya tahu loh kalau Iblis bahkan sama sekali tak melihat perjuangan diri dan kebaikan- kebaikan diri yang anda perjuangkan sebagai turut mengamankan atau menentukan finalitas keselamatan yang diberikan Yesus pada Salib, itu sama sekali tak memiliki kekuatan legal di hadapan Hakim dan Penggugat! Ya…kalau anda benar-benar berkarib dengan Roh Kudus maka IA akan menolong anda untuk menyelami betapa mengerikan dan tak berdayanya saya dan anda untuk lepas dari fakta ini:”pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita”. Tak ada satupun kebenaran diri dan perjuangan diri yang sanggup amankan keselamatanmu. Kalau anda berpikir terlalu dunia dan di luar terang Roh Kudus maka anda hanya berpikir soal perbuatan berdosa dan tak berdosa secara begitu naïf dalam kegelapan dunia ini! Mengapa saya katakan demikian? Karena sebetulnya problemmu lebih dari sekedar insyaf dari dosa-dosamu dan bertobat dan berbuat baik semulia-mulianya, tetapi ini: sementara mungkin anda memang benar-benar tulus dan berkorban dalam cintamu pada Tuhan, tetapi posisi legalitasmu tak pernah berubah: tetap dalam dakwaan Iblis senantiasa. Itu sebabnya posisi ini hanya bisa diatasi dan diamankan senantiasa oleh Yesus Sang Mesias Dunia: Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita.”

Mari kita renungkan dan doakan himne ini dan saya berdoa kiranya Roh Kudus melawatmu dan membukakan bagimu kebenaran dan kemuliaan Dia Sang Juruselamatmu dan mengapa sedetikpun anda begitu keliru untuk berpikir bahwa dirimu punya kontribusi signifikan untuk memastikan keselamatan. Sekali anda berpikir sehingga menggeser Yesus satu-satunya jalan dan penyelamatmu sebab engkau sama sekali tak berdaya, maka pastilah Iblis bukan saja mendakwamu siang dan malam, tetapi adalah Bapamu. Sekarang jika masih mungkin untuk dikatakan kamu boleh memilih, buatlah pilihan yang memastikan dirimu memiliki pengenalan yang benar sehingga anda bukan saja tersungkur di hadapan-Nya tetapi juga melemparkan mahkota diri agar sanggup berkata AMIN pada pemerintahan-Nya yang absolut sehingga dirimu tidak ada bahkan makin rendah dan Dia saja makin tinggi.


Mengapa hanya Yesus dan mengapa diriku dan dirimu bahkan tak punya kontribusi finalitas agar pastilah dirimu ke sorga? Sementara saya tak mau menyederhanakannya hingga menjadi simplistik pada kesempatan ini, saya mau ajak anda membaca dan merenungkan kebenaran yang menunjukan mengapa Ia mampu membebaskan dirimu dari dakwaan Iblis dan mengapa dalam hal ini diriku dan dirimu tidak mungkin sama sekali:

Wahyu 1:17-18 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
 



Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment